Pada hari ini kita baca/dengar doa syukur Yesus dari Injil Luk 10:21-24 (Bacaan Injil Selasa Pekan I Adven Tahun A). Mungkin tulisan berikut membantu pengertian kita tentang doa, doa kita maupun doa Gereja seluruhnya.
Menurut Santo Yohanes dari
Damsyik, “Doa adalah mengangkat jiwa dan hati kepada Allah atau memohon hal-hal
yang baik dari Allah” (De fide orthodoxa,
3.24). Melalui doa Allah mengundang setiap orang untuk bertemu secara pribadi
dengan Sang Pencipta. Rencana keselamatan dari Allah menawarkan suatu hubungan
timbal-balik antara Allah dan manusia, dan doa adalah bagian integral yang tak
terpisahkan dari ketimbal-balikan itu.
Doa dalam Kitab Suci meliputi keseluruhan emosi dan ungkapan
manusiawi, mulai dari permohonan, keluhan, sampai pada renungan, terimakasih,
syukur, pujian, hingga penyembahan.
I. Doa Dalam Perjanjian Lama
A. Macam-macam Doa
B. Percakapan Dengan
Allah
C. Perantaraan Kepada
Allah
D. Doa Nabi-nabi
II. Doa Dalam
Perjanjian Baru
A.
Yesus, Teladan Doa
B. Keakraban
dengan Allah Bapa
C. Doa dalam
Gereja Awal
I. Doa Dalam
Perjanjian Lama
A. Macam-macam Doa
Dalam Pentateuch (Lima
Kitab Musa, lima kitab pertama dalam Alkitab), kita membaca
percakapan antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan orang-orang lain. Sementara
agama-agama lain menyampaikan permohonan-permohonan kepada berbagai dewa, doa
Israel ditujukan kepada Tuhan Allah (Kel 20:2-3; Ul 6:4), yang lebih dulu dikenal
sebagai Allah yang Mahakuasa (Kel
6:2-3). Percakapan di antara Allah dan orang perorangan merupakan dasar bagi hubungan
perjanjian yang diadakan Allah
dengan para Bapa Bangsa yang ketika berdoa menyerukan “nama” Tuhan (Kej 12:8;
21:33; 26:25).
Maka juga ada dimensi sosial dan umum di dalam doa Perjanjian
Lama. Tekanan diberikan kepada waktu dan tempat-tempat suci yang dikhususkan
untuk ibadat. Kelima Kitab Musa menyataan tempat-tempat ibadat seperti Sikhem (Kej
12:6-7), Betel (Kej 28:18-22), Mamre (Kej 13:18) dan Bersyeba (Kej 26:23-25)
dan waktu-waktu suci seperti Sabat di setiap pekan (Kej 2:1-3; Kel 20:8-11) dan
perayaan-perayaan tahunan (Kel 23:14-17; Im 23; Ul 16:1-17). Namun tempat utama
bagi doa liturgis adalah Kemah Pertemuan (Kemah Suci) dan kemudian Bait Allah,
sebab di situlah Allah tinggal di tengah-tengah umatNya (Kel 25:8; Ul 12:5-7).
B. Percakapan Dengan
Allah
Doa pertama kali
dicantumkan dalam Perjanjian Lama dalam Kej 4:26 pada zaman Enos ketika “waktu
itulah orang mulai memanggil nama Tuhan”. Namun sebelum ini pun kita lihat Adam
bercakap-cakap dengan Allah (Kej 3:9-12). Begitu pulalah Musa, karena Kel 33:31
menyatakan : “Tuhan berbicara dengan Musa dengan berhdapan muka seperti seorang
berbicara kepada temannya.”
Abraham dan Musa sungguh tokoh yang penting dalam doa
Perjanjian Lama. Abraham samasekali pasrah kepada kehendak Allah bahkan sampai
bersedia mengurbankan anaknya sendiri sekalipun (Kej 22:8; Ibr 11:9) (KGK
2570-2572). Untuk kesetiaannya ini, Abraham menerima janji Allah yang kemudian
diperbarui lagi dengan Yakub, yang pergumulannya dengan malaikat dipandang
sebagai model doa bagi perjuangan iman (Kej 32:24-30) (KGK 2573).
C. Perantaraan Kepada
Allah
Doa pengantaraan – yaitu
doa untuk dan atas nama orang lain – juga penting dalam Perjanjian Lama.
Abraham berdoa untuk kepentingan Sodom (Kej 18:20-32) dan Abimelekh (Kej
20:17), tetapi Musa adalah contoh utama untuk doa pengantaraan. Doa semacam ini
merupakan bagian dari peranannya sebagai pengantara perjanjian antara Allah dan
Israel. Ketika bangsa Israel berdosa, ia memohonkan pengampunan dari Allah (Kel
32:30-32; Bil 14:13-19). Ketika
pertanyaan dan keraguan timbul, ia ada disana untuk bertanya kepada Allah (Bil
27:1-5). Ia kemudian mendapat reputasi sebagai seorang yang berdiri di hadapan
Allah demi orang lain (Yer 15:1).
D. Doa Nabi-nabi
Nab-nabi dalam manusia
pendoa karena mereka sering bercakap-cakap dengan Allah. Kadang-kadang mereka
berseru kepadaNya ketika sedang merasa sedih tertekan (Yun 2:1-9) dan putus asa
(1 Raj 19:4) dan kadang-kadang mereka menyatakan iman keyakinan mereka kepada
Allah sekali pun mereka bergulat untuk memahami jalan-jalan Allah (Hab 3:1-9).
Kadang-kadang mereka mengajar tentang doa dalam hidup bangsa Israel. Terutama
ini jelas dalam Yesaya, yang tidak sabar karena orang berdoa tetapi hati dan
peri-hidupnya jauh dari Allah (Yes 1:15; 29:13). Namun ia terus mendesak umat
Allah agar berdoa (Yes 55:6) dengan keyakinan bahwa Allah akan mendengarkan dan
mengabulkan doa permohonan mereka. Ia juga melantunkan doa-doa bagi mereka yang
mengucap syukur atas keselamatan dari Allah.
Kitab Ayub, kitab Ratapan dan yang terutama kitab Mazmur
memberikan kepada kita contoh-contoh doa Perjanjian Lama. Mazmur menekankan
tema-tema seperti pembebasan, ketakjuban, perintah, dan perayaan-perayaan umum.
Mazmur juga menyampaikan cara yang ideal untuk memperkenalkan doa dalam
Perjanjian Baru, terutama karena Mazmur-mazmur itu terpenuhi dalam Kristus (KGK
2596-2597).
II. Doa Dalam
Perjanjian Baru
A. Yesus, Teladan Doa
Yesus adalah model teladan
doa yang sempurna dalam Kitab Suci. Dalam Dia kita lihat doa sendirian, doa
malam, doa percakapan, doa pengulangan, doa persiapan dan doa pengantaraan. Ia
sering berdoa di dalam keheningan di tempat yang sunyi seperti di gunung (Mat
14:23; Mrk 1:35; 6:46; Luk 5:16) dan berdoa dalam rangka persiapan momen-momen
yang paling menentukan dan paling penting dalam karya dan hidupNya, termasuk
pembaptisan (Luk 3:21), panggilan keduabelas rasul (Luk 6:12), Peralihan Rupa
(Transfigurasi) (Luk 9:28) dan SengsaraNya (Luk 22:41-45; bdk Mat 26:36-44).
Pada Perjamuan Malam Terakhir Yesus menyampaikan doa permohonan yang panjang
(Yoh 17:1-26), dan di Taman Getsemani ia mengucapkan doa yang sama tiga kali
berturut-turut (Mat 26:36-44). Di atas salib, ia mengucapkan doa rangkaian kata
yang sudah disiapkan dari Mazmur (Mzm 22:2; bdk Mzm 31:5 dalam Luk 23:46).
B. Keakraban dengan Allah Bapa
Hidup doa Yesus ditandai
dengan penggunaan kata “Abba”
(Bahasa Aram untuk “Bapa”) untuk menunjukkan keintiman dan kekeluargaan dengan
Allah (Mrk 14:36). Yesus dengan demikian menjadi model teladan tentang cara
berdoa (Mat 6:5-15; Luk 18:9-14), terutama pada waktu pencobaan dan
penderitaaan (Ibr 5:7). Ketika para murid meminta, “Tuhan, ajarilah kami
berdoa” (Luk 11:1), Yesus menanggapi dengan mengajarkan Doa Bapa Kami. Ia menekankan perlunya
mendekati Allah dengan iman: “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah
bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk
11:24). Seharusnya kita pun berdoa dengan sikap batin yang selalu taat kepada
kehendak Bapa (Mat 7:21) dan karenanya bekerja sama dengan rencana keselamatan.
Yesus juga mengajar bahwa iman pada Putera merupakan jalan yang terbaik untuk
mengenal Bapa, sebab Yesus adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Hidup doa Yesus tidak berakhir ketika Ia naik ke surga, sebab
sekalipun di sana, di sisi kanan Bapa, ia menjadi pengantara bagi segenap orang
kudus di bumi (Ibr 7:25).
C. Doa dalam Gereja Awal
Doa Kristen awal
disampaikan dalam nama Yesus (Yoh 14:13; 1 Kor 1:2), dengan keyakinan bahwa Ia
ada menyertai di tengah-tengah para muridNya (Mat 28:20). Doa dilakukan
dalam berbagai-bagai konteks, baik secara bersama maupun pribadi: Di Bait Allah
Yerusalem (Luk 24:52), di rumah (Kis 2:46), di dalam penjara (Kis 16:25);
bahkan di atap rumah (Kis 10:9). Menyerukan nama Yesus merupakan bagian
integral dari badat liturgis dan sakramen (Kis 2:38; 22:16; 1 Kor 6:11; Yak
5:14-15), dan doa-doa syukur jelas terkait dengan perayaan Ekaristi Kristiani
(Kis 2:42; 1 Kor 11:23-26).
Menurut ajaran para rasul doa harus terus menerus (1 Tes 5:17)
dan disampaikan dengan keyakinan iman akan kuasa Tuhan untuk menyelesaikan
segala sesuatu (Yak 1:5-8). Maka bisa dipahami, hidup doa seseorang saling
kait dengan hidup moralnya, karena doa orang benar sungguh mujarab (Yak 5:16),
sedang doa seorang pendosa mungkin terhambat (1 Ptr 3:7.12).
Secara teologis, ketika kaum beriman diangkat menjadi anak-anak
Allah di dalam Putra dan melalui Roh Kudus, dikaruniakanlah
kepadanya kemampuan untuk menemui Bapa (Ef 2:18), yang disapanya secara mesra
sebagai “Abba” (Rm 8:15-16; Gal 4:6). Bukan hanya itu, baik Kristus maupun Roh
Kudus dikatakan menjadi pengantara kaum beriman atas kehendak Allah (Rm
8:26-27.34).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar