Suatu peradaban
kuno di sepanjang Sungai Nil di Afrika timur laut, dan suatu lambang belenggu
dan perbudakan yang kuat di dalam Kitab Suci. Sejarah Mesir sudah lima ribu
tahun umurnya, dan bagi sebagaian besar dari keberadaan Israel kehadiran Mesir
merupakan bayangan buruk.
Hingga penaklukan Persia, Mesir diperintah
oleh para Firaun, seorang raja-bagaikan dewa yang mempunyai kekuasaan mutlak.
Masyarakat dikendalikan dengan ketat sekaligus diatur dengan baik. Orang Mesir
terutama sangat piawai memeras tenaga pekerja rodi seperti yang ditunjukkan
dalam pembangunan priramida-piramida.
I. PEMBABAKAN
SEJARAH MESIR
Seorang imam
kafir dari Mesir yang bernama Manetho pada abad ketiga SM menulis suatu sejarah
Mesir yang masih bertahan dalam rupa fragmen-fragmen dan berbagai ikhtisar.
Pembabakan yang dibuatnya atas sejarah Mesir, dengan berbagai tambahan dan
perubahan, menjadi dasar yang berguna bagi para ahli sekarang:
Masa Pra
Sejarah – Pra Dinasti (10.000 – 3300 SM).
Masa Kuno –
Dinasti 1-2 (2920-2575 SM)
Kerajaan Lama
– Dinasti 3 – 8 (2575 – 2134 SM)
Masa Antara
Pertama – Dinasti 9 – 10 (2134-2040 SM)
Kerajaan
Tengah – Dinasti 11-12 (2040-1640 SM)
Masa Antara
Kedua – Dinasti 13-17 (1640-1550 SM)
Kerajaan Baru
– Dinasti 18-20 (1550-1070 SM)
Masa Antara
Ketiga – Dinasti 21-25 (1070-712 SM)
Periode Akhir
– Dinasti 26-30 dan Periode Persia (712-332 SM)
Periode
Yunani- Roma – Dinasti Ptolemeus dan pemerintahan provinsi Roma (332SM – 395
M).
II. PADA MASA
PARA BAPA BANGSA
Mesir sudah
kuno pada masa Abraham, yang oleh
kebanyakan para ahli diperkirakan mengunjungi Mesir (Kej 12:10-20) pada awal
Masa Kerajaan Tengah. Yusuf muncul
sebagai pegawai pemerintahan Mesir beberapa generasi sesudah Abraham (Kej
41:39-40). Ia memanfaatkan pemerintahan Mesir dan organisasinya yang efisien dan membuat persediaan gandum selama
tujuh tahun panen raya sehingga negara itu dapat mengatasi masa kelaparan tujuh
tahun berikutnya (Kej 41:34-36). Selama masa wabah kelaparan itu seluruh
keluarga Yakub pindah ke Mesir, di mana mereka disambut dan diberi lahan untuk
menggembalakan ternak mereka (Kej 45:16-46:7).
III. PADA MASA
KELUARAN
Selama Masa
Kerajaan Baru, Mesir membangun suatu kerajaan yang terbentang dari Sudan hingga
Efrat. Para ahli pada umumnya menempatkan peristiwa Keluaran dan penaklukan Kanaan dalam periode ini – di masa
firaun-firaun baru yang “tidak lagi mengenal Yusuf”, dan mengikuti kecurigaan
umum atas orang-orang asing sebagai alasan untuk memperbudak keturunan Yakub
(Kel 1:8-11). Keluaran dari Mesir merupakan peristiwa yang sangat menentukan
dalam sejarah Israel: ceritanya dicantumkan dalam empat kitab : Keluaran,
Imamat, Bilangan dan Ulangan, dan bangsa Israel selalu mengingat Allah mereka
sebagai Dia “yang membebaskan kamu dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan”
(Kel 20:2; bdk Yos 24:17; Hak 2:12; 6:8; 1 Sam 8:8; 10:18; 1 Raj 8:16; 9:9; 2
Raj 17:7; Neh 9:9; Mzm 81:10; Yer 16:14).
IV. PENGARUH
ATAS ISRAEL DAN YEHUDA
Mesir tidak
dapat mempertahankan cakar kekuasaannya atas bangsa Israel, atau atas negeri
Palestina atau atas negeri-negeri jajahan lainnya, tetapi ia tetap merupakan
kekuatan besar di dalam politik Israel dan Yehuda. Firaun Sisak (oleh sejarawan
Mesir dikenal sebagai Sosenk I, memerintah dari 945 hingga 924 SM) menyerbu
Palestia dan menaklukkan Yerusalem (1 Raj 14:25-28; 2 Taw 12:2-9). Pengepungan
Asyur atas Yerusalem pada masa pemerintahan Hizkia merupakan bagian dari perang
besar Asyur dengan Mesir (bdk 2 Raj 19:9; Yes 37:9). Firaun Neko (Neko II)
melakukan peperangan menahan naiknya kekuatan baru Babilon: Raja Yosia merintangi jalannya dan tewas
karena luka di pertempuran Megido.
Neko mengangkat Elyakim, putera Yosia, menjadi raja alih-alih Yoahaz, dan
mengganti namanya menjadi Yoyakim
(bdk 2 Taw 35:20). Neko dikalahkan di Karkemis pada tahun 605 oleh Nebukadnezar, dan dalam konflik
selanjutnya Yehuda dan Yerusalem sama-sama dihancurkan, banyak penduduk Yehuda
melarikan diri ke Mesir dengan membawa nabi Yeremia (Yer 41-44). Maka, dalam masa Pembuangan, peristiwa Keluaran secara simbolis terbalik keadaannya:
Israel kembali lagi dibelenggu (bdk Yer 23:7-8).
V. PADA MASA
MAKABE
Persia
memperlakukan Mesir sebagai suatu satrapi (provinsi) dari kerajaannya.
Efektivitas pemerintahan provinsi itu berbeda-beda derajatnya sampai Aleksander
Agung menaklukkan Mesir di tahun 332. Aleksander mendirikan suatu kota baru, Aleksandria, yang menjadi ibukota baru
bagi Mesir. Masa pemerintahan Makedonia yang singkat (332-304 SM) berakhir
ketika mantan panglima perang Makedonia, Ptolemeus I Soter, yang mencuri jenasah Aleksander Agung
memaklumkan diri sebagai raja Mesir. Dinasti Ptolemeus berlangsung dari 304
hingga 30 SM, dengan meluaskan pengaruh Helenisasi atas pemerintahan di Mesir.
Aleksandria berkembang dan merupakan pemimpin dalam hal kebudayaan, intelektual
dan perdagangan dunia kuno. Pada masa Makabe, Yudea sekali lagi terperangkap
dalam persaingan antara Mesir (di bawah Ptolemeus) dan sebuah kerajaan kuat
Timur Dekat (kerajaan Seleukus).
Dengan kematian Kleopatra VII pada tahun
30 SM setelah kalah bersama Markus Antonius dalam pertempuran di Actium tahun
31 SM, Mesir jatuh ke tangan kekuasaan Roma dan dicaplok menjadi wilayah
kekaisaran Roma.
VI. DI MASA
PERJANJIAN BARU
Pada masa
Perjanjian Baru ada komunitas besar Yahudi di Mesir (Yahudi Diaspora). Setelah kelahiran Tuhan,
Yusuf diberitahu malaikat agar pergi ke Mesir membawa Maria dan kanak-kanak
Yesus untuk menjauhi Herodes (Mat 2:13). Mereka tinggal di Mesir setidaknya
satu atau dua tahun. Kemudian Yesus keluar dari Mesir, dan secara simbolis
mengulangi Keluaran (Mat 2:15). Di tempat lain dalam PB, Mesir biasanya disebut
dalam konteks cerita dalam kitab Kejadian atau Keluaran. Kitab Wahyu
mengungkapkan kejahatan Yerusalem dengan menyebutnya “Sodom dan Mesir” (Why
11:8), sekali lagi menggunakan Mesir sebagai lambang belenggu rohani.
Kekristenan didirikan di Aleksandria pada
abad pertama M. Paulus tidak mengajar di sana tetapi Santo Markus secara
tradisi dihormati sebagai pemimpin jemaat Kristen Mesir. Menjelang abad kedua,
sudah ada himpunan umat beriman yang terorganisasi dengan baik di Mesir.