Perspektif Kitab Suci
Seorang siswa atau pengikut
yang melaksanakan teladan yang dibuat oleh guru dan berusaha membentuk jati diri
menurut ajaran sang guru (bdk Mat 10:24-25). Dalam Perjanjian Lama, murid-murid
mengikuti para nabi (Yes 8:16). Dalam Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis
mempunyai murid-murid (Mat 14:12; Yoh 1:35; 3:25) begitu pula para Farisi (Mat
22:16; Mrk 2:18; Luk 5:330 yang menyebut diri mereka sebagai murid-murid Musa
(Yoh 9:28). Seringkali murid di dalam Perjanjian Baru berarti seorang pengikut Yesus
Kristus. Maksudnya bisa saja sembarang murid (bdk Kis 6:1; 9:1.19; 13:52 dsb),
namun terutama salah satu dari Keduabelas Rasul (Mat 10:2; 28:16-20; Mrk
16:14-18; Luk 24|:47-49; Yoh 20:19-23; bdk 1 Kor 9:1). Ada lebih dari 250
rujukan pada “murid” di dalam Perjanjian Baru, kebanyakan dalam Injil-injil dan Kisah, dan
sebagian besar darinya merujuk kepada rasul-rasul.
Menjadi murid Yesus bukan sekedar menjadi siswa atau pengikut. Yesus
bukan rabi (guru) biasa. Ia tidak pernah belajar di bawah bimbingan seorang
rabi yang lain, maka ia tidak memerlukan izin dan akreditasi untuk mengajar (Mat 13:54; Yoh
7:15). Ajarannya belum pernah diajarkan orang lain (Mat 7:29; Mrk 1:22) dan
murid-muridNya yang terdekat tidak datang kepadaNya minta diajar; tetapi Ia-lah
yang memanggil mereka untuk hidup sebagai murid dengan wibawaNya sendiri (Mat
4:18-22; Mrk 1:16-20) (KGK 767, 787). Selanjutnya, murid-murid tidak punya
ambisi untuk menandingi (atau melampaui) guru mereka, seperti lazimnya murid-murid para Farisi.
Mereka bukan hanya sekedar mendengarkan ajaran dan memelajari kebijaksanaan,
melainkan mempunyai suatu komitmen pada hidup baru yang diteladankan oleh
Yesus. Para murid harus ”memanggul salib” dan mengikut Yesus (Mat 16:24; Mrk
8:34; Luk 14:27). Para pengikut harus bersedia demi Yesus meninggalkan segala
sesuatu – keluarga, teman, dan harta kekayaan – dan ikut serta di dalam tugas
perutusanNya, kegembiraanNya, penderitaanNya, bahkan wafatNya (Mat 8:19; 10:37;
Luk 9:57; 14:26).