Yohanes adalah
terjemahan Yunani dari Yohanan, bahasa Ibrani, artinya, “Tuhan itu murah hati”.
Rasul dan Pengarang Injil, salah seorang di antara Keduabelas Rasul, putera
Zebedeus dan saudara dari Yakobus Besar (Mat 10:2; Mrk 3:17; Luk 6|:14;
Kis 1:13). Yohanes disebut tiga puluh tiga kali dalam Injil-injil Sinoptik,
Kisah Para Rasul dan Surat Galatia. Tradisi menyebutnya “murid yang terkasih”
karena ia menyatakan diri dengan sosok tanpa nama yang disebutkan beberapa kali
di dalam Injil Yohanes itu (bdk Yoh 13:23; 21:20.24).
I. HIDUPNYA
Yohanes dan
saudaranya, Yakobus, adalah anak-anak Zebedeus. Kristus menyebut mereka
Boanerges (putera guntur, Mrk 3:17), mungkin karena ambisi dan tekat kuat mereka. Yakobus disebut dua kali sebagai anak
Zebedeus, sedang Yohanes dikaitkan dengan Yakobus, mungkin karena ia lebih muda
(Mat 4:21; 10:2; Mrk 1:19; 3:17; bdk Mat 17:1).
Yohanes dan Yakobus semula adalah nelayan
penangkap ikan yang bekerja dengan ayah mereka di Laut Galilea (Mat 4:21.22;
Mrk 1:19.20; Luk 5:10; bdk Yoh 21:3). Keluarga itu sepertinya tinggal di dekat Kapernaum,
di pantai utara Laut Galilea (Mrk 1:21). Yohanes dan Yakobus sedang memerbaiki
jala ketika Yesus memanggil mereka; mereka termasuk di antara rasul-rasul
pertama yang dipanggil Yesus (Mrk 1:19-20; Mat 4:21-22; bdk Luk 5:1-11).
Dalam daftar Keduabelas Rasul, Yohanes
ditempatkan kedua (Kis 1:13), ketiga (Mrk 3:17), dan keempat (Mat 10:3; Luk
6:14). Di dalam Injil keempat, ia dikatakan sebagai “murid yang dikasihi Yesus”
(Yoh 13:23; 20:2; 21:20.24). Bersama Petrus dan Yakobus, Yohanes menyaksikan Yesus menghidupkan kembali puteri Yairus (Mrk 5:37; Luk 8:51), menyaksikan Perubahan Rupa Yesus (Transfigurasi, Mat 17:2-3; Mrk 9:2-4;
Luk 9:28.31) dan Sakaratul Maut yang dialami Yesus di Taman Getsemani (Mat 26:37; Mrk 14:32-33).
Hanya Yohanes dan Petrus yang diutus Yesus untuk mempersiapkan Perjamuan
Terakhir (Luk 22:8; bdk Mrk 14:13). Dan pada waktu Perjamuan Terakhir itu,
Yohanes mendapat kehormatan duduk di samping Kristus (Yoh 13:23.25).
Mat
20:20-28 dan Mrk 10:35-45 mencantumkan saat penting ketika Yakobus dan Yohanes
memohon agar diperbolehkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di dalam
KerajaanNya (Mat 20:20-21 menyatakan permintaan itu berasal dari ibu mereka,
tetapi di dalamnya terkandung persetujuan kedua bersaudara itu atas permintaan
tersebut). Jawaban Yesus adalah menawarkan kepada mereka peluang untuk minum
dari “cawan”-Nya, peluang yang diterima oleh kedua bersaudara itu. Jelas bahwa
mereka belum memahami hakekat dari Kerajaan Mesias: “Cawan” Yesus bukanlah
sesuatu yang berkenaan dengan kemuliaan duniawi, melainkan berkaitan dengan
sengsara dan korban Yesus.
Di
dalam Kisah Sengsara Tuhan, Yohanes mungkin adalah “murid lain” yang
diceritakan mengikuti Kristus sesudah ditawan, dan Petrus, masuk ke dalam rumah
imam besar (Yoh 18:15). Hanya Yohanes saja di antara keduabelas rasul yang
berdiri di kaki salib Yesus di Kalvari menyertai Maria dan para wanita
saleh lainnya, dan menerima Maria sebagai keluarganya atas permintaan Kristus
di Salib (Yoh 19:25-27).
Sesudah
Kebangkitan, Yohanes sering dikaitkan dengan Petrus. Ia dan Petrus
adalah yang pertama dari para rasul yang menyaksikan makam kosong (Yoh
20:2-10). Yohanes juga yang pertama dari ketujuh murid yang mengenali Kristus
di Laut Galilea (Yoh 21:7). Setelah Pentakosta ia mendapatkan tempat
yang terhormat di dalam Gereja Perdana. Paulus melukiskan Yohanes, bersama
dengan Yakobus (saudara Tuhan) dan Petrus, sebagai tiang-tiang utama jemaat
Kristen Yerusalem (Gal 2:9-10). Ia ada bersama Petrus ketika Petrus
menyembuhkan orang lumpuh di gerbang Bait Allah (Kis 3:1); baik dia maupun
Petrus dipenjarakan sesudah kejadian itu (Kis 4:3), dan bersama dengan Petrus
ia mengunjungi Samaria (Kis 8:14).
II. TRADISI
Hanya sedikit yang
diketahui dengan pasti mengenai karya misionernya di Palestina, tetapi karena
ia tidak hadir dalam Kis 18:22 dan 21:17 ketika kepulangan Paulus, hal itu
ditafsirkan bahwa ia telah meninggalkan daerah itu antara tahun 52 dan 55.
Tradisi utama Gereja menyatakan bahwa Yohanes pindah ke Asia Kecil dan menetap
di Efesus, di mana ia meninggal dalam usia lanjut karena sebab-sebab alamiah
(bdk Tertulianus, An. 50). Kitab apokrif Kisah Yohanes juga
menyatakan bahwa Yohanes berada di Efesus. Ada tradisi kecil di sana yang
menyatakan bahwa Yohanes mati sebagai martir (mis. Lihat Heracleon dalam St
Klemens Aleksandria, Strom. 4.9 dan Filipus dari Side pada abad kelima
serta Martirologi Siria untuk tanggal 27 Desember dan karya Afrahat, Tentang
Penganiayaan).
Suatu sumber utama mengenai Yohanes di
luar Perjanjian Baru adalah Eusebius (dalam Hist. Eccl 3.18.1; 23.3-4;
39.3-4; 4.18.6-8; 5.8.4; 18.14; 20.6). Eusebius mendasarkan tulisannya pada
sumber-sumber lain termasuk St Klemens Aleksandria (3.39.3-4), Santo Ireneus
(3.1.1; 39.3-4; bdk Adv Haer 2.22.3.5; 3.1.2; 3.4), Santo Yustinus Martir
(4.18.6-8; bdk Dial 81.4), Polikrates (5.24.3) dan Apolonius (5.18.14).
Dengan demikian pada Eusebius tersimpan
sejumlah cerita mengenai Yohanes, misalnya ketika Yohanes membangkitkan
seseorang dari mati di Efesus (Hist Eccl 5.18.14; lihat juga St Ireneus,
Adv Haer 3.3.4 dan St Hieronimus, Comm. Gal. 6.10). Tradisi juga
percaya bahwa Yohanes dibuang ke Pulau patmos di dekat Efesus pada masa
pemerintahan Domitianus (tahun 81-96; bdk Eusebius, Hist. Eccl 3.13.1)
dan bahwa ia menulis kitab Wahyu di sana (Why 1:9). Pada akhirnya, menurut
tradisi, ia kembali ke Efesus dan hidup sampai pada masa pemerintahan kaisar
Trayanus (sekitar tahun 98 -117; St Ireneus, Adv Haer 2.22.5).
III. YOHANES
SEBAGAI PENGARANG
Menurut tradisi,
Yohanes adalah pengarang dari lima tulisan dalam kanon Perjanjian Baru (Injil
Yohanes, Surat-surat 1,2,3 Yohanes, dan kitab Wahyu), yang semuanya disebut korpus
Yohanin (Tulisan-tulisan Yohanes).
Para kritikus historis modern mempertanyakan
kepengarangan Yohanes atas seluruh atau sebagian dari korpus Yohanin
itu. Sehubungan dengan ketiga Surat Yohanes, beberapa ahli menolak tradisi lama
mengenai kepengarangan rasul itu dan beranggapan bahwa surat-surat itu berasal
dari tokoh gereja kuno lain yang disebut Yohanes “penatua” (2 Yoh 1) atau
seorang penulis lain yang tidak dikenal yang sangat akrab dengan Injil keempat.
Tradisi lama yang menyatakan Yohanes
sebagai pengarang kitab Wahyu berasal sekurangnya dari St Yustinus Martir pada
abad kedua. Demikian pulalah pendapat St Ireneus, Origenes, St Klemens
Aleksandria, dan banyak lagi lainnya. Di pihak lain, sebagian orang di Timur
yakin bahwa bukan Yohanes yang menjadi pengarangnya; ini adalah pendapat
Dionisius dari Aleksandria (pertengahan abad ketiga) dan Eusebius dari Kaisarea
(awal abad keempat), dan dasarnya adalah perbedaan gaya sastera antara Wahyu
dan Injil Yohanes. Argumen ini dipegang oleh beberapa ahli modern, walaupun
tidak ada konsensus sehubungan dengan siapa pengarang yang sesungguhnya.
Nama-nama yang diduga sebagai pengarang kitab Wahyu adalah termasuk Yohanes
Markus, Yohanes “penatua”, atau Yohanes lain yang tidak diketahui, atau bahkan
seorang penulis anonim yang menggunakan nama Yohanes.
Pada akhirnya, bukti yang dapat menjelaskan
dengan memuaskan menegaskan tradisi kepengarangan rasul itu. Tidak sulit untuk
mendapatkan penjelasan mengenai perbedaaan antara kitab Wahyu dan
tulisan-tulisan lain dari Yohanes dengan anggapan bahwa semuanya berasal dari
satu pengarang yang sama. Misalnya, karena tulisan-tulisan itu menggunakan tiga
ragam sastra yang berbeda-beda (ragam sastra apokalip untuk Wahyu, ragam narasi
untuk Injil dan ragam surat untuk ketiga surat). Pada tahun 1907 PBC (Pontifical
Biblical Commission atau Komisi Kitab Suci Kepausan) menyampaikan argumen
yang menentang sanggahan pihak-pihak yang meragukan kepengarangan Yohanes,
dengan menyatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menggugurkan tradisi yang
hampir merupakan konsensus bahwa Yohaneslah pengarang seluruh korpus Yohanin .