Taman Eden suatu tempat
yang berkelimpahan dan sangat indah di mana manusia pertama tinggal sebelum
jatuh dalam dosa. Kej 2:8 secara khusus menunjukkan “di sebelah timur” dari
Taman Eden, dengan gambaran taman yang penuh dengan pohon-pohon, “yang menarik
dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman
itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” (Kej 2:9). Dalam
Yes 51:3 dan di tempat lain, Taman Eden digambarkan sebagai taman kepunyaan
Tuhan (bdk 31:8-9; Yl 2:3), tempat kediaman yang kekal dari Tuhan (KGK
374-379).
Di mana adanya Taman Eden? Sejak zaman
kuno, para pembaca Kitab Suci berdebat mengenai lokasi taman itu. Kej 2:8
menggambarkan letak taman itu “di timur” (bdk Kej 3:24; 4:16; bdk Mzm 77:6.12;
78:12; 143:5; Ams 8:22-23), yang ditafsirkan banyak orang di suatu tempat di
Mesopotamia. Taman itu digambarkan sebagai sumber dari sungai-sungai besar di dunia: Pison, Gihon, Tigris dan Efrat (Kej 2:10-14). Namun, cara yang paling
bermanfaat dalam membaca kisah tentang Eden bukanlah dengan mencocokkannya pada
situasi geografis yang nyata, melainkan dengan mencari kecocokannya pada
pandangan Kitab Suci atas alam.
Cerita penciptaan dalam Kej 1-3 bertolak
dari alam keseluruhan, lalu bumi, lalu Taman Eden, tempat yang dipilih Tuhan
bagi manusia pertama. Di sini Tuhan berdiam bersama dengan mahluk ciptaanNya
dalam situasi yang akrab dan penuh rahmat.
Sesungguhnya, Allah hadir di Taman itu
bagaikan di dalam suatu Bait (Kej 3:8; Im 26:12; 2 Sam 7:6). Perhatikan
bagaimana kerubim menjaga Taman itu dan bagaimana hal itu diperlihatkan dalam
Bait Allah Yerusalem di kemudian hari (Kej 3:24; 1 Raj 6:23-28). Pohon
Kehidupan berada di tengah-tengah Taman seperti pohon tarbantin dan nantinya
pohon-pohon palma ukiran yang menghiasi ruang kudus Bait Allah Yerusalem (Kej
2:9; Yos 24:26; 1 Raj 6:29-32); Taman itu adalah sumber air suci yang mengalir
mirip dengan gambaran nabi-nabi yang menganggap Bait Allah menjadi sumber air
(hidup) yang terus mengalir (Kej 2:10; bdk Yeh 47:1-12; Yl 3:18; Mzm 46:4); dan
Taman dimasuki dari timur, sebagaimana Kemah Pertemuan dan Bait Allah (Kej
3:24; Kel 27:13; Yeh 47:1).
Adam ditempatkan di Kemah ini sebagai
imam-agung rajawi. Dikatakan dalam Kej 2:15 ia harus mengusahakan [till] dan memelihara [keep] Taman itu; kata-kata yang sama
digunakan untuk menggambarkan tugas para imam dan kaum Lewi Israel (Bil 8:26;
dalam versi RSV Kej 2:15, tugas-tugas [till
– keep] itu diterjemahkan dengan
“mengurus” [minister] dan
“memelihara” [keep]). Bahwa ia harus memelihara Taman mengandung pengertian
bahwa ia harus siap membelanya dari penyusupan musuh – misalnya ular, yang memasukinya
pada Kej 3:1.
Pada tempat lain dalam Perjanjian Lama,
rujukan pada Eden tampaknya paling sering dibuat oleh Yehezkiel (Yeh 28:13;
31:9.16.18; 36:35); juga ada rujukan dalam Yes 51:3 dan Yl 2:3. Yes 51:3 dan
Yeh 36:35 menjanjikan kepada orang Israel yang berada di tanah Pembuangan bahwa
tanah Israel akan dipugar menjadi berkelimpahan dan subur seperti Eden: “Tanah
ini yang sudah lama tinggal tandus menjadi seperti taman Eden dan kota-kota
yang sudah runtuh, sunyi sepi dan musnah, sekarang didiami dan menjadi kubu.”(Yeh
36:35). Dalam ayat lain kitab Yehezkiel, Eden juga ditekankan sebagai contoh
kelimpahan dan kesuburan. Yoel 2:3 menggunakan gambaran Eden sebagai kontras
antara kesuburan tanah sebelum kerusakan akibat wabah belalang dengan situasi
yang menyedihkan sesudahnya: “Tanah di depannya seperti Taman Eden, tetapi di
belakangnya padang gurun tandus, dan sama sekali tidak ada yang dapat luput”.
Dalam Yehezkiel, kita lihat bagaimana
Taman Eden mempunyai suatu makna yang lebih dalam, jauh melebihi sekedar tempat
tinggal manusia pertama pada masa sebelum dosa pertama. Yeh 28:13 membuat
hubungan langsung antara Eden dengan Taman Allah (“Engkau di Taman Eden, yaitu
Taman Allah”), mengandaikan bahwa Eden bukan hanya Firdaus bagi tempat tinggal
manusia, tetapi juga tempat kediaman ilahi.
Dalam Perjanjian Baru istilah “Firdaus”
digunakan tiga kali (Luk 23:43; 2 Kor 12:3; Why 2:7) dengan makna yang terkait
erat dengan Taman Eden, walaupun tekanannya bergeser dari gambaran suatu tempat
yang sangat indah di bumi menjadi suatu harapan eskatologis. Tetapi yang
dimaksudkan lebih dari sekedar Eden; tempat indah surgawi itu adalah “Kerajaan
Surga” di mana anak-anak angkat Bapa dipanggil melalui rahmat (KGK 736; bdk St
Basilius Agung, “De Spiritu Sancto” 15.36). Maka Yesus ketika wafat di Salib
menjanjikan surga itu kepada penyamun yang baik (Luk 23:43) (KGK 1721; bdk LG
art 49).
Dalam 2 Kor 12:3 Santo Paulus menulis
tentang tiba-tiba “di angkat ke Firdaus”, suatu perkataan yang menunjukkan
suatu tempat tinggal surgawi. Suatu Firdaus surgawi juga muncul dalam Why 2:7:
“pohon kehidupan yang berada di Firdaus Allah”, yang menggunakan tipologi
gambaran kitab Kejadian untuk melukiskan kegembiraan surga yang akan datang.