Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Yesus Kristus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yesus Kristus. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 November 2022

ANAK MANUSIA

 Anak Manusia adalah sebutan gelar yang sering digunakan Yesus bagi DiriNya sendiri. Pilihannya atas ungkapan itu mungkin terkait dengan maknanya yang berbeda. Pada tingkat tertentu, “anak manusia” hanyalah semata-mata suatu cara ungkapan Semit untuk menyebut seorang manusia – yaitu seseorang yang berbagi dalam keterbatasan-keterbatasan manusia yang fana (Ayb 25:6). Kadang-kadang Yesus tampak menggunakan ungkapan “anak manusia”  dengan arti umum ini, misalnya ayat-ayat paralel dalam Injil memperlakukannya sebagai kata ganti orang ketiga yang setara dengan kata ganti orang pertama yang mengucapkan “aku” (bdk Mat 16:13 dengan Mrk 8:27). Pada tingkat yang lain, sebaliknya, sebutan gelar “Anak[1] Manusia” mempunyai hubungan yang tegas dengan visiun/penglihatan Mesianis dari Daniel 7, di mana “seseorang seperti anak manusia”  di atas awan-awan langit dan diberi kerajaan yang tidak berkesudahan (Dan 7:13).  Tidak diragukan lagi, Yesus bermaksud menyamakan DiriNya dengan tokoh di dalam Kitab Daniel itu dan dengan demikian menggunakan sebutan gelar “Anak Manusia” itu dalam konotasi makna yang sepenuhnya Mesianis. Hal ini sangat jelas di dalam ayat-ayat di mana Yesus berbicara tentang “Anak Manusia” di dalam hubungan dengan gambaran semacam “awan-awan langit” (Mat 24:30; Mrk 14:61-62) (KGK 440).



 

I.                LATAR BELAKANG PERJANJIAN LAMA

Di dalam Perjanjian Lama, “anak manusia” dapat dianggap padan-kata yang sifatnya puitis dari “manusia” yang sungguh fana (Bil 29:19; Mzm 8:4; Sir 17:30). Istilah itu banyak sekali digunakan dalam Kitab Yehezkiel, di mana sang nabi disebut sekitar sembilan puluh kali oleh Allah sebagai “anak manusia” (Yeh 2:1.3 dst). Dalam Kitab Daniel satu-satunya penggunaan sebutan “anak manusia” dengan konotasi makna seperti itu adalah pada Dan 8:17. Sedangkan dalam Dan 7, sesudah munculnya keempat binatang yang besar, dahsyat menakutkan, Allah duduk di atas takhtanya seperti “dahulu kala” (Dan 7:9) dan ke hadapanNya datanglah ”seorang seperti anak manusia” dengan awan-awan langit (Dan 7:13). “Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan 7:14).

      Anak Manusia jelas ditampilkan di sini sebagai sosok Mesianis yang mengungkapkan kebijaksanaan Allah dan yang kuasanya akan menengarai kekalahan penghabisan musuh-musuh Allah. Tulisan-tulisan apokrif Yahudi melebih-lebihkan peran Daniel sebagai Anak Manusia. Anak Manusia yang dikemukakan dalam perumpamaan dalam 1 Henokh 37-71 adalah penguasa Mesianis yang kuat, seorang tokoh eskatologis yang akan datang pada akhir zaman melakukan pengadilan. Sebelum itu, ia masih tersembunyi bersama dengan Allah, walaupun ia sudah terpilih sebelum adanya ciptaan, dan dia akan membawa keselamatan bagi seluruh ciptaan baru. Peran pokok dari Anak Manusia adalah sebagai Hakim ( 1 Henokh 49.4; 51.1-3), Mesias (1 Henokh 48.10), Cahaya bagi Bangsa-bangsa lain (1 Henokh 48.4) dan sebagai Yang Benar ( 1 Henokh 46.3).

 

II.              PENGGUNAAN DALAM PERJANJIAN BARU

Yesus menyebut DiriNya sendiri “Anak Manusia” di sepanjang pemunculannya di depan umum. Kadang-kadang Ia membicarakan DiriNya dengan kata-kata manusia yang jelas, melakukan kegiatan seperti beristirahat (Mat 8:20; Luk 9:58), makan dan minum (Mat 8:20; Luk 7:34) dan mengalami kesedihan (Mrk 8:31). Tetapi Yesus juga mempunyai kuasa ilahi yang melebihi daya-daya manusia, semisal hal mengampuni dosa (Mat 9:6; Mrk 2:10; Luk 5:24) dan menggugurkan tuntutan hari Sabat (Mat 12:8; Mrk 2:28; Luk 6:5). Dalam Injil Yohanes Anak Manusia tampil sebagai Hakim (Yoh 5:7) dan sebagai Dia yang turun dari surga dan akan naik kembali ke surgga (Yoh 6:62); Dia adalah pengantara di antara surga dan bumi (Yoh 1:51) dan dimuliakan oleh Allah yang dimuliakanNya (Yoh 13:31).

      Tak pelak lagi Yesus menggunakan pengertian “Anak Manusia” yang berasal dari Dan 7:13 ketika Ia menyatakan bahwa Ia akan bertahta di surga (Mat 19:28; 25:31) dan bahwa Kerajaan adalah milikNya (Mat 16:28; Luk 9:26-27). Di dalam dua konteks Ia menyebutkan “awan-awan langit” yang  tampak jelas dalam visiun/penglihatan Daniel : yaitu ketika Ia menubuatkan kedatanganNya untuk yang kedua kalinya (Mat 24:30; Mrk 13:26), dan ketika Ia menubuatkan pengadilanNya di hadapan imam besar yang sudah siap mau menjatuhkan hukuman kepadaNya (Mat 26:64; Mrk 14:62).

      Yang unik di dalam gambaran Yesus sendiri mengenai “Anak Manusia” bukanlah bahwa Ia mampu untuk menonjolkan aspek-aspek duniawi dan Mesianis, melainkan fakta bahwa Ia mengaitkan statusNya sebagai Anak Manusia itu dengan tugas penyelamatan di dalam penderitaan. Sesungguhnya, pernyataannya yang lebih dini mengenai Penderitaan Sengsara-Nya yang disebutkan di dalam Injil-injil disampaikan dengan konotasi mengenai apa yang akan terjadi pada “Anak Manusia” (Mat 12:40; 17:12.22; 20:18; Mrk 9:31; 10:33; Luk 9:44; 18:31). Walaupun mungkin bahwa pembaca Kitab Daniel melihat adanya hubungan di antara ”anak manusia” dalam Daniel 7:13 dan ”dia yang diurapi” yang disingkirkan dalam Dan 9:26, kiranya Yesus menghendaki agar para muridNya mengaitkan anak manusia Daniel dengan Hamba yang Menderita dari Yes 52-53. Dengan demikian para pengikutNya dapat memahami bahwa penderitaan yang dialamiNya sampai mati merupakan permulaan yang penting bagi pemuliaan dan pentahtaanNya di surga.



[1] Terjemahan bahasa Indonesia dalam Alk LAI konsisten menggunakan “anak”. Tetapi dalam KKK digunakan dua terjemahan: “anak” (misalnya dalam Yeh) dan “putra” (dalam Injil). Terjemahan “putra” lebih memerhatikan gender dari bahasa Inggris “son”.

Selasa, 22 November 2022

ANAK DOMBA DALAM KITAB SUCI

 




Yang dimaksud Anak Domba adalah domba muda. Domba biasa (Ovis aries) diternakkan sejak ribuan tahun yang lalu, hampir dapat dipastikan awalnya di Asia. Domba menghasilkan wol dan makanan (Ul 32:14; Am 6:4). Domba dikenal bersikap lembut dan sangat tergantung pada manusia demi kelangsungan hidupnya. Maka mereka sangat jinak dan dapat digiring ke pembantaian tanpa melawan. Menurut Hukum (Taurat), domba digunakan untuk bermacam-macam upacara kurban: selama pesta roti tak beragi (terkait Pentakosta; Bil 28:26-27), pesta Pondok Daun (Bil 29:12-15), dan pada Hari Pendamaian (Bil 29:7-8), dan pada pesta Paskah (Kel 12:3-11).

Domba digunakan sebagai kiasan manusia dalam hubungannya dengan Allah, terutama dalam Mzm 23: “Tuhan adalah Gembalaku”. Dalam 2 Sam 12:1-4, ketika Natan mengecam Raja Daud, ia menggunakan gambaran seorang domba yang dicuri untuk Batsyeba, yang dicuri Daud dari suaminya, Uria.

Yesus Kristus disebut Anak Domba Allah karena Ia memberikan DiriNya sebagai korban penebusan bagi dosa-dosa dunia (Yoh 1:29).



Hamba yang Menderita dalam Kitab Yesaya digambarkan sebagai seekor domba (Yes 5:7), merujuk kepada ketaatan Yesus kepada Bapa (bdk Kis 8:32; 1 Pet 18,19). Yesus adalah Hamba yang Menderita yang pergi ke tempat pembantaian tanpa mengeluh, dengan memikul dosa-dosa semua orang. Seluruh tugas Yesus dari Bapa mengantarNya ke sana: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh 6:38), seperti anak domba yang patuh yang dengan sukarela pergi ke tempat pembantaiannya sendiri.

Di dalam Injil Yohanes, Yesus disalib tepat pada waktu domba-domba korban Paskah (Yahudi) disembelih untuk menyiapkan makanan (Yoh 19:14). Tidak ada tulang Yesus yang dipatahkan, sebagaimana tidak ada tulang domba Paskah yang dipatahkan pula (Yoh 19:36; bdk Kel 12:46). Pengulangan tema Keluaran di dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Yesus menumpahkan darahNya sebagai Anak Domba Paskah tanpa noda yang baru dan lebih mulia (Yoh 1:29; 19:36; 1 Kor 5:7; 1 Ptr 1:18-19; Why 5:6-10).

Maka kita lihat domba kurban dari Perjanjian Lama merupakan tipologi yang digenapkan dalam Kristus, Anak Domba Allah. Kristus adalah Anak Domba yang tak bernoda (Kel 12:5) yang berasal dari Allah, sebagaimana Allah memberikan seekor kambing gunung kepada Abraham untuk kurban, menggantikan Ishak (Kej 22:9-14). Kristus adalah Anak Domba yang menghapus dosa-dosa dunia (Yoh 1:29; bdk Yes 53). Di dalam Ekaristi, Kristus adalah Anak Domba makanan kurban (1 Kor 5:7; bdk Kel 12:6-10). Ketika para penulis Perjanjian Baru berbicara tentang Kristus sebagai Anak Domba mereka sudah mempunyai gambaran yang kaya akan korban Perjanjian Lama di dalam benak mereka (KGK 613-614, 757,796, 1328-1329, 1602, 1612, 1642, 2618).

Dalam Kitab Wahyu Anak Domba adalah nama dan gambaran bagi Yesus Kristus. Ia adalah penguasa (1: 5); Ia berdiri di­tengah-tengah kaki dian sebagai imam agung (1: 13); Dia adalah “Yang Awal dan Yang Akhir” (1 :17), “Yang Kudus” (3:7), “Tuan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja” (17: 14) – Yesus adalah Anak Domba.