Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Murid Utama Yesus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Murid Utama Yesus. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 September 2022

PETRUS

 


Seorang teman meminta saya menulis tentang Petrus. Saya tidak tahu pasti apakah ia meminta penjelasan tentang Surat-surat Petrus, atau tentang pribadi Petrus. Suatu ketika nanti saya akan menyampaikan tulisan tentang Surat-surat Petrus, maka yang saya sajikan di sini adalah tentang pribadi Petrus.

Petrus dari bahasa Yunani petros, “karang”. Simon Petrus, rasul Yesus Kristus, pemimpin Keduabelas Rasul dan gembala utama Gereja Kristen awal. Ia banyak muncul dan dikisahkan dalam Injil-injil dan Kisah Para Rasul dan dianggap pengarang dua surat Perjanjian Baru, 1dan 2 Petrus (1 Ptr 1:1; 2 Ptr 1:1).

 

I. MURID YESUS  

Petrus aslinya dikenal bernama Simon, anak Yohanes (Yoh 1:42), dan saudara Andreas (Yoh 1:40). Ia seorang nelayan penangkap ikan dari Betsaida, suatu komunitas kecil di sebelah utara Laut Galilea (Yoh 1:44) dan sudah menikah (Mat 8:14). Ia juga punya sebuah rumah di Kapernaum (Mrk 1:21.29).

          Yesus memanggil Simon untuk menjadi muridNya pada awal karyaNya. Dalam injil Matius, Markus dan Lukas, Simon menerima panggilan untuk mengikut Kristus sewaktu menjala ikan (Mat 4:13-20; Mrk 1:16-18; Luk 5:1-11). Dalam Injil Yohanes kita dapatkan perjumpaan lain yang diatur oleh saudara Simon, Andreas (Yoh 1:40-42). Dalam kesempatan itu Yesus mengubah nama Simon menjadi Petrus: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas” (Yoh 1:42). Kefas adalah nama Aram yang berarti karang dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani petros, [yang kemudian melalui bahasa Latin diserap ke dalam bahasa kita menjadi] Petrus. Perubahan nama itu secara resmi baru terjadi belakangan dalam karya Yesus sesudah Simon mengakui keputraan ilahi Yesus (Mat 16:16). Menanggapi pengakuan itu Yesus menjadikan Simon sebagai dasar komunitas Kristen : “Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat 16:18). Sesudah itu rasul itu disebut Petrus atau Simon Petrus, sekalipun Paulus juga menyebutnya dalam bahasa Aram, Kefas (1 Kor 1:12; 9:5; 15:5; Gal 2:9.11.14).

          Perubahan nama itu menandai perubahan misi dalam hidup Simon. Ia bukan hanya seorang Rasul di antara yang lain-lain, tetapi Rasul yang dianggap “yang pertama dan terutama” dari Keduabelas Rasul (Mat 10:2). Maka ia mendapatkan hubungan yang sangat erat dengan Yesus (Mat 17:24-27) dan diberi kesempatan-kesempatan khusus, bersama Yakobus dan Yohanes, untuk menjadi saksi keajaiban-keajaiban misalnya pembangkitan puteri Yairus dari mati (Mrk 5:37) dan peralihan rupa Yesus dalam kemuliaan atau Transfigurasi (Mat 17:1-8). Petrus juga bertindak selaku juru bicara bagi Keduabelas Rasul (Mat 15:15; Mrk 9:5; 10:28; Luk 12:41; Yoh 6:67-69).

          Penempatan Petrus sebagai tokoh penting dalam Injil-injil lebih dari sekedar kehormatan belaka. Yesus memberi tanggungjawab besar kepada Petrus. Sebagai “karang” dan landasan Gereja, kepadanya dipercayakan “kunci-kunci Kerajaan Allah” dan wewenang dari surga untuk “mengikat” dan ”melepaskan” sebagai gembala utama dan guru bagi murid-murid Kristus di dunia (Mat 16:19). Peneguhan peranan Petrus itu diberikan sesudah Kebangkitan, ketika Kristus memberi tugas kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku... Gembalakanlah domba-domba-Ku... Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:15-17). Maka ia mewakili dan bertindak atas nama Yesus “gembala yang baik” (Yoh 10:14). Tidak ada rasul lain yang oleh Yesus diberi misi sebesar itu.

          Namun Petrus berjuang keras untuk tetap setia kepada Kristus ketika peristiwa-peristiwa dalam sengsara dan wafat Kristus mulai terjadi. Ketika pihak yang berwenang menangkap Yesus di Taman Getsemani, Petrus bereaksi dengan melakukan kekerasan dan memotong telinga seseorang yang bernama Malkhus (Yoh 18:10-11). Namun ketika ia ditanya mengenai hubungannya dengan Yesus sewaktu ia duduk di halaman rumah imam besar, Petrus menyangkal mengenal Yesus tiga kali (Mat 26:69-75). Yesus sudah menubuatkan sikap pengecut Petrus itu sebelumnya (Mrk 14:29-30). Dan menyemangati Petrus supaya “menguatkan” saudara-saudaranya, setelah Petrus menyesali sikapnya itu (Luk 22:31-32).

          Akhirnya Petrus adalah rasul pertama yang menyaksikan makam Yesus yang kosong (Luk 24:12; Yoh 20:3-7) dan yang pertama dari Keduabelas Rasul yang melihat Yesus bangkit lagi (Luk 24:34; 1 Kor 15:5) (KGK 442, 552-553, 765, 880-881, 1429).

 


II. GEMBALA GEREJA

Petrus tampil dominan dalam bab-bab pertama kitab Kisah Para Rasul yang menggambarkan berdirinya Gereja di Yerusalem dan awal penyebaran Injil (Kis 1-2). Peranannya pada hari-hari pertama ini persis seperti yang diharapkan orang sesudah membaca Injil: ia tampil di depan di antara para rasul sebagai guru utama, gembala dan pengambil keputusan bagi Gereja awal.

          Kepemimpinannya dilaksanakan dalam berbagai-bagai kesempatan:

          1. Sesudah Tuhan naik ke surga, Petrus memutuskan untuk mencari saksi Tuhan yang memenuhi syarat untuk menggantikan Yudas Iskariot, supaya jumlah Rasul genap duabelas (Kis 1:25-26).

          2. Pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas para rasul di ruang atas, Petruslah yang tampil pertama berkhotbah di tengah-tengah orang banyak sebagai ketua pewarta Injil dari Gereja (Kis 2:14-16) dan menyerukan agar mereka memberikan diri dibaptis (Kis 2:37-41).

          3. Orang pertama dalam sejarah Kristen harus disembuhkan dalam nama Yesus, disembuhkan oleh Petrus (Kis 3:1-10).

          4. Petrus diakui bertindak sebagai pejabat kepala Gereja ketika ia ditangkap oleh Sanhedrin (bersama Yohanes) dan didesak untuk mempertanggungjawabkan ajarannya (Kis 4:1-12)

          5. Disiplin Gereja untuk pertama-kalinya ditegakkan oleh Petrus, ketika dua anggota komunitas perdana, Ananias dan Safira, ketahuan berdusta (Kis 5:1-11).

          6. Ketika orang-orang Samaria pertama menerima Injil, persetujuan Petrus diperlukan untuk menerima mereka sebagai anggota Gereja dan mendatangkan Roh Kudus atas mereka (Kis 8:14-17).

          7. Petrus adalah wewenang Kristen pertama untuk mengajarkan Injil dan  membaptis bangsa lain sesudah Tuhan menyampaikan kehendakNya mengenai bangsa lain dalam suatu penglihatan (Kis 10:1-48)

          8. Petrus memainkan peran yang sangat menentukan dalam konsili gereja yang paling awal, Konsili Yerusalem (Kis 10). Walaupun yang lain seperti Yakobus memikul peran pemimpin dalam mengajukan strategi pastoral bagi jemaat Kristen (Kis 15:13-21), Petrus sebagai pembicara utama demi iman mengakhiri debat panjang tentang sunat dengan pernyataan ajaran yang tegas : “kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga” (Kis 15:11).

          Di luar babak-babak utama ini, hanya sedikit saja pekerjaan dan tindakan Petrus yang dicantumkan dalam Perjanjian Baru. Kitab Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa Petrus pergi meninggalkan Gereja Yerusalem ke tempat lain pada awal tahun empatpuluhan (Kis 12:17). Surat-surat Paulus menunjukkan bahwa Petrus menjadi tuan rumah bagi Paulus di Yerusalem sesudah ia bertobat (Gal 1:18) dan untuk beberapa kemudian ia berada di Antiokhia Siria, dan disitu Paulus terpaksa mengecam Petrus karena mengkompromikan Injil karena tekanan orang-orang lain (Gal 2:11-14), dan tampaknya Petrus pernah berada di Korintus di Yunani selatan beberapa waktu sebelum pertengahan tahun limapuluhan (1 Kor 1:12). Dua surat Petrus, yang tampaknya ditulis pada pertengahan tahun enampuluhan, mengungkapkan keprihatinan pastoralnya atas Gereja-gereja di Asia Kecil (1 Ptr 1:1; 2 Ptr 3:1) dan menunjukkan bahwa ia menulis dari Roma (yang disamarkan dengan nama “Babilon” dalam 1 Ptr 5:13).

 


III. HARI-HARI TERAKHIR

Kitab-kitab Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa tentang akhir hayat Petrus. Namun tradisi Kristen melengkapi dengan beberapa detil. Eusebius dari Kaisarea, sejarawan abad keempat, mengungkapkan tradisi yang menyatakan bahwa Petrus tiba di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius antara tahun 41 dan 54 (Hist. Eccl., 2:14) dan banyak penulis kuno lainnya juga menyatakan bahwa tahun-tahun terakhir hayat Petrus dilewatkan di ibukota kekaisaran Roma (sesuai dengan 1 Ptr 5:13). Kemudian Eusebius menyatakan bahwa Petrus dibunuh sebagai martir di ibukota Roma itu; ia disalibkan dengan kepala di bawah atas permintaannya sendiri (Hist.Eccl 3:1). Santo Ireneus dari Lyon, seorang pemimpin Gereja abad kedua, menyatakan bahwa Petrus bersama dengan Paulus adalah pendiri Gereja Roma (Adv Haer., 3.3). Kematian Petrus sebagai martir terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Nero sekitar tahun 67.



Bambang Kussriyanto