Pada bulan Agustus yang lalu Paus Fransiskus mengunjungi salah satu paroki di Roma yang membuka rumah singgah bagi para korban ideologi dan diskriminasi gender. Karena meneruskan kasih Kristus, Gereja Katolik membuka pelayanan merawat orang sakit, memberi tumpangan pada perempuan yang hamil dalam krisis, para pengungsi, orang miskin, dan orang-orang yang terpinggirkan termasuk para transgender yang dipersimpangan identitas. Kendati ada debat seru tentang para transgender ini pelayanan inklusif yang terbuka menerima siapa saja yang luka dan menderita didasarkan pada keyakinan bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah dan dikasihi oleh Allah, dan cinta Allah tidak membeda-bedakan, Gereja melayani dan menjaga martabat manusia tanpa meninggalkan seorangpun, tanpa diskriminasi.
Kendati Paus Fransiskus menegaskan ajaran Gereja tentang jenis kelamin dan perkawinan, namun ia menunjukkan kebaikan hati kepada orang yang hidupnya berbenturan dengan ajaran ini. Bukan sesuatu yang luar biasa. Sebab itulah amanat Kristus: kasihilah sesamamu dan ajarilah mereka kebenaran.
Ketika dunia dilanda krisis AIDS, Gereja Katolik adalah jejaring terbesar di dunia untuk perawatan penderita AIDS. Orang sakit memerlukan perawatan. Orang yang tak punya rumah memerlukan tumpangan. Mereka yang terbuang perlu tahu bahwa mereka dikasihi. Demi mengungkapkan kasih Kristus itulah Gereja Katolik menyelenggarakan banyak lembaga pelayanan. Bahkan menjadi pemberi pelayanan terbesar di dunia.
Berkenaan dengan ajaran Gereja tentang jenis kelamin dan perkawinan, dasarnya adalah iman dan akal budi. Di sekitar kita, kita menjadi saksi bagaimana hasrat seksual menghasilkan banyak penderitaan jika dilepaskan dari cinta yang benar. Moralitas memberi kisi-kisi untuk melindungi manusia dari kehancuran dan membimbing kepada situasi yang lebih baik.
Diskursus publik tentang LGBT adalah panggilan untuk penghormatan atas hak-hak asasi dan martabat manusia. Di dalamnya makna tubuh dan seksualitas yang saling melengkapi dan terbuka pada keturunan menurut iman kepada Tuhan dan logika manusia tetap perlu ditegaskan. Sedang teladan kasih Kristus mengarahkan pelayanan kasih yang terbuka kepada siapa, terutama kepada mereka yang secara sosial terluka dan terpinggirkan.