Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Injil Sengsara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Injil Sengsara. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Januari 2023

MARKUS DAN INJIL MARKUS

Sepanjang Bagian Pertama dari Masa Biasa sesudah Epifani, kita akan mendengarkan dan merenungkan Injil Markus.



Markus juga dikenal sebagai Yohanes Markus, adalah putera Maria dari Yerusalem (Kis 12:12), sepupu Barnabas (Kol 4:10), dan dipandang tradisi sebagai pengarang Injil kedua. Termasuk generasi pertama orang yang berpindah mengikut agama Kristiani dan anggota jemaat Kristiani Yerusalem, ia mungkin adalah anak muda yang lari telanjang ketika Yesus ditangkap (Mrk 14:51-52) – suatu cerita khusus yang tidak terdapat dalam Injil-injil lain. Ia menyertai Barnabas dan Paulus dalam perjalanan misi yang pertama, tetapi karena alasan yang tidak jelas, ia berpisah dengan mereka di Pamfilia (Kis 13:13). Ini mengakibatkan ketidakserasian hubungan antara Barnabas dan Paulus, sehingga Barnabas membawa Markus bersamanya dalam perjalanan misi ke Kiprus (Kis 15:39). Markus kemudian menyertai Paulus ketika rasul itu dipenjarakan di Roma, seperti yang disebutkan dalam Kol 4:10; 2 Tim 4:11, dan Flm 24. Ia juga bersama Petrus di Roma (1 Ptr 5:13). Menurut Papias, seorang uskup dari abad kedua, Markus adalah penterjemah Petrus dan menuliskan ajaran rasul itu dalam Injil Markus (lih Eusebius, Hist.Eccl. 2.15 dan 3.39). Dalam karyanya, Eusebius menulis bahwa Markus kemudian pergi ke Aleksandria sesudah kematian Petrus. Ia mengajar di sana dan menjadi uskup Gereja Aleksandria (Hist.Eccl 2.16.24). Cerita bahwa ia menjadi martir di Aleksandria pada masa Kaisar Trayanus dinilai tidak bisa dipercaya oleh sebagian ahli. Markus juga punya hubungan dengan kota Venesia, di mana jenazahnya dibawa pada tahun 829 dan disemayamkan di gereja asli St Markus (San Marco). Lambangnya, singa bersayap, kemudian menjadi lambang kota itu dan juga dijadikan lambang Republik Venesia. Lambang itu juga menjadi lambang tiga Paus di zaman modern: Pius X (masa kepausan 1903-1940), Yohanes XXIII (masa kepausan 1958-1963) dan Yohanes Paulus I (masa kepausan 1978); masing-masing adalah Uskup Agung Venesia sebelum menjadi Paus. Markus dipestakan setiap 25 April.

 


Injil Markus

Kitab yang kedua dalam Perjanjian Baru, dan yang kedua dari Injil-injil Sinoptik. Ditulis terutama untuk orang Kristen bukan Yahudi, Injil Markus berusaha menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah. Kisahnya menukik dalam realisme dan rinci, dengan lebih berfokus pada karya dan mujizat Yesus daripada wacana-wacananya.

 

I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

II. ISI

III. CIRI-CIRI SASTRA

IV. MAKSUD DAN TEMA

A. Yesus Mesias dan Putera

B. Yesus Anak Manusia

C. Tuntutan Sebagai Murid

D. Kabar Gembira

 

I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Menurut Tradisi, Injil ini ditulis oleh Yohanes Markus dari Yerusalem. Manuskrip-manuskrip awal Injil ini diberi judul “Injil Menurut Markus”. Ia juga dikenal sebagai murid Petrus, walaupun ia tidak termasuk salah seorang dari rasul-rasul. Markus disebutkan beberapa kali dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, di mana ia disebut Markus, Yohanes Markus, atau Yohanes (Kis 12:35; 13:5.13; 15:37; Kol 4:10; 2 Tim 4:11; Flm 24). Dalam 1 Ptr 5:13 di digambarkan sebagai “Markus, anakku”, mungkin karena ia dibaptis oleh Petrus. Tradisi juga menyakini bahwa Petruslah yang menjadi sumber utama Injil Markus ini, dengan memberikn kesaksian mata yang mendasari cerita tentang hidup Yesus.

      Rujukan awal yang menyatakan bahwa Markus adalah pengarang Injil kedua terdapat dalam tulisan-tulisan Papias dari Hierapolis (awal abad kedua), yang menyebutnya “penerjemah Petrus” dan dikutip oleh Eusebius dari Kaisarea dalam karyanya Historia Ecclesiastica (3.39). Selain itu pernyataan yang meneguhkan berasal dari St Ireneus (sekitar tahun 180), St Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 200) dan Tertulianus (sekitar tahun 200).

      Para ahli pada umumnya menganggap Injil ini ditulis tak lama sebelum hancurnya Yerusalem tahun 70M. Mungkin pada masa penganiayaan Gereja di Roma waktu Kaisar Nero berkuasa. Dalam Mrk 13:1-37 Yesus menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, tetapi Markus sama sekali tidak menggambarkan peristiwa dahsyat itu seolah-olah sudah terjadi.

      Waktu penulisan sebelum tahun 70M ini didukung oleh Tradisi Gereja. Setidaknya salah satu Tradisi menyatakan bahwa Injil ini ditulis sesudah Petrus menjadi martir di Roma (antara tahun 65 dan 67M); Prolog Anti-Marcion dan Santo Ireneus, keduanya dari abad kedua, menyatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya tak lama sesudah Petrus mati, walaupun St Klemens dari Aleksandria menyatakan bahwa Injil Markus ditulis sebelum Petrus mati. Akhirnya, Eusebius dari Kaisarea memberikan waktu penulisan Injil ini bahkan lebih awal lagi, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius (antara 41-54 M).

 

II. ISI

I. Karya Yohanes Pembaptis (Mrk 1:1-8)

II. Yesus Dibaptis dan Dicobai (Mrk 1:9-13)

III. Karya dan Ajaran Yesus (Mrk 1:14-8:30)

A. Karya Yesus di Galilea (Mrk 1:14-3:12)

B. Yesus Mengajar (Mrk 3:13-7:23)

C. Rahasia Kristus (Mrk 7:24-8:30)

IV. Yesus Sang Mesias (Mrk 8:31-13:37)

A. Ajaran Yesus dan Perjalanan ke Yerusalem (Mrk 8:31-10:52)

B. Yesus Mengajar di Yerusalem (Mrk 11:1-13:37)

V. Sengsara, Wafat dan Kebangkitan (Mrk 14:1-16:20)

 

III. CIRI-CIRI SASTRA

Injil Markus sangat boleh jadi ditulis bagi jemaat Kristen di Roma. Markus berusaha dengan sabar menjelaskan adat Yahudi dan menterjemahkan ungkapan bahasa Aram yang tentunya asing bagi sebagian besar pembaca dari bangsa lain, dan ia menggunakan hal-hal yang bersifat Latin dan rujukan pada uang logam kekaisaran Roma.

      Di satu pihak usaha Markus menunjukkan kelemahan dari para rasul dengan cara lugas menunjukkan upayanya untuk menjadi penulis sejarah. Di pihak lain, gaya Markus bukanlah gaya sastra, dan Injilnya sangat menyolok oleh keterbatasan kosa-kata dan susunan kisahnya yang longgar. Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani Koine, yaitu bahasa Yunani umum, yang merupakan bahasa percakapan di kawasan Laut Tengah bagian timur, dan di antara keempat Injil, Injil Markus tampak paling kagok dengan tradisi sastra Yunani.

 

IV. MAKSUD DAN TEMA

A. Yesus Mesias dan Putera

Injil Markus mengikuti dengan ketat khotbah Petrus: rancangan dasar Injil ini sangat mirip dengan khotbah Petrus dalam Kis 10:34-43. Tujuan utama Injil ini adalah mengungkapkan jatidiri Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah, dan seluruh Injil diarahkan kepada Sengsara dan Wafat Yesus di kayu Salib sebagai suatu jabaran dan penjelasan atas jatidiri itu. Sebutan-sebutan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah diuraikan dalam bagian-bagian pokok Injil : Mrk 1:16-8:30 dan 8:31-15:47. Prolognya membuat hubungan di antara Yohanes Pembaptis dengan nubuat Perjanjian Lama; dan untuk mengawali karyanya di Galilea, Yesus dibaptis oleh Yohanes, suatu peristiwa yang meliputi adanya suara dari langit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putera dan Hamba Allah yang dinubuatkan oleh Yesaya (Yes 42:1). Yesus kemudian dibimbing Roh ke padang gurun dan di sana mengalami pencobaan.

      Kisah bagian pertama memuncak pada pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk 8:23). Dari sini, rahasia mulai terurai, dan pekerjaan Yesus adalah menunjukkan kepada para murid bahwa penderitaanNya  merupakan bagian pokok dari tugas perutusannya sebagai Mesias. Penekanan pada pengkhianatan dan hukuman yang dialami Yesus begitu menonjol dalam Injil Markus, sehingga beberapa ahli menduga inti Injil ini adalah kisah Sengsara, dan selebihnya disusun sebagai prolog yang luas bagi peristiwa itu.

      Markus dari awal Injilnya menyatakan kepada para pembaca status Yesus sebagai Anak Allah, dan jatidiri itu ditegakkan pada waktu-waktu lain oleh suara dari langit (Mrk 1:11; 9:7) dan seruan roh jahat (Mrk 1:24; 3:11; 5:7). Namun orang-orang dan para pemimpin agama tidak mampu menangkap jatidiri Yesus yang sebenarnya itu, sekalipun mereka sudah menjadi saksi atas ajaran-ajaran dan mujizat-mujizatNya. Yang mengherankan, Yesus sendiri menyuruh orang diam mengenai apa yang Ia lakukan dan jatidiriNya dan enggan menggunakan sebutan Mesias selama Ia masih bekerja (lihat Mrk 1:34.44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26.30; 9:9).

      Dengan cara ini, Injil menunjukkan suatu pola yang disengaja bagi penyembunyian jatidiri Yesus sebagai Mesias, dibiarkan sebagai misteri, supaya kebenaran itu baru dipahami sesudah Sengsara dan WafatNya. Dengan demikian jalan ceritanya harus selalu terarah pada wafat dan kebangkitan Yesus, dan Injil menunjukkan bahwa Yesus sudah memberitahukan secara dini tiga kali kematianNya yang memilukan dan janjiNya untuk bangkit lagi (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34).

 

B. Yesus Anak Manusia

Untuk tujuannya itu, Markus menggunakan gelar yang lain, Anak Manusia, sebutan yang digunakan hanya oleh Yesus bagi diriNya sendiri.

      Jika gelar-gelar agung Anak Allah dan Kristus diterapkan bagi Yesus sebagai Raja, sebutan “Anak Manusia” menggambarkan raja seperti apa kiranya Yesus: seorang raja yang menderita. Ini ditegaskan dalam tiga kali pemberitahuan Yesus mengenai sengsaraNya  (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34), di mana setiap kali sebutan “Anak Manusia” dipergunakan Di hadapan Mahkamah Agama, ketika menjawab pertanyaan apakah Dia “Mesias, Anak dari Yang Terpuji” (Mrk 14:61), Yesus menjawab “Akulah Dia” dan kemudian mengungkapkan kemuliaanNya di hadapan Allah sebagai Anak Manusia yang dimuliakan (Mrk 14:62) seperti yang dinubuatkan nabi Daniel (Dan 7:13). Penegasan status Yesus ini selanjutnya secara terbuka dinyatakan dalam kisah Sengsara dan WafatNya sendiri (Mrk 15:2.9.18.26.32). Ini merupakan proses pengakuan yang bergerak memuncak atas Keputeraan Kristus.

 

C. Tuntutan Sebagai Murid

Cerita mengenai Sengsara dan Wafat Kristus juga menunjukkan gagasan Markus mengenai pemuridan dalam gambar relief yang tajam.

      Tema pemuridan diperkenalkan dalam bab pertama dengan panggilan atas Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) diikuti dengan penunjukan Dua Belas Rasul (Mrk 3:13-19) dan perutusan mereka dalam suatu misi (Mrk 6:7-10). Bagian besar dari Injil digunakan untuk pengajaran tentang makna menjadi murid (Mrk 8:34-38; 9:42-50; 10:23-31.35-45), namun para murid sering gagal menangkap implikasi yang terdalam dari apa yang dikatakan Yesus pada mereka. Petrus khususnya digambarkan cepat bertindak tapi lamban untuk mengerti.

      Bagi Markus pemuridan tidak terpisahkan dari penderitaan dan juga dari salib, maka pemuridan mencakup kesediaaan untuk ikut serta di dalam penderitaan Yesus sama seperti Ia menderita untuk banyak orang (Mrk 10:45; 14:24). Ajaran-ajaran ini niscaya bergema kembali dengan semakin bertambah penting dan semakin mendesak jika Markus memang bermaksud menyapa jemaat Kristen yang sedang mengalami penganiayaan di Roma (bdk Mrk 8:34-38; 9:35; 10:29-31.35-45).

 

D. Kabar Gembira

Namun Markus bukanlah orang yang pesimis. Sebaliknya, Ia menggunakan kata Injil (atau Kabar Gembira) lebih sering daripada para penginjil lainnya, dan tampaknya ketika ia menggunakan kata itu, ia membayangkan kata itu sepadan, bukan dengan dokumen yang ditulisnya sendiri, melainkan dengan pesan kemenangan Kristus atas dosa dan kematian demi seluruh dunia. Kerajaan Allah sudah diwartakan dan sekarang hadir dalam pribadi Yesus Kristus: Kerajaan itu didirikan dengan wafat dan KebangkitanNya.