Sepanjang Bagian Pertama dari Masa Biasa sesudah Epifani, kita akan mendengarkan dan merenungkan Injil Markus.
Markus juga dikenal sebagai Yohanes Markus, adalah putera Maria dari Yerusalem (Kis 12:12), sepupu Barnabas (Kol 4:10), dan dipandang tradisi sebagai pengarang Injil kedua. Termasuk generasi pertama orang yang berpindah mengikut agama Kristiani dan anggota jemaat Kristiani Yerusalem, ia mungkin adalah anak muda yang lari telanjang ketika Yesus ditangkap (Mrk 14:51-52) – suatu cerita khusus yang tidak terdapat dalam Injil-injil lain. Ia menyertai Barnabas dan Paulus dalam perjalanan misi yang pertama, tetapi karena alasan yang tidak jelas, ia berpisah dengan mereka di Pamfilia (Kis 13:13). Ini mengakibatkan ketidakserasian hubungan antara Barnabas dan Paulus, sehingga Barnabas membawa Markus bersamanya dalam perjalanan misi ke Kiprus (Kis 15:39). Markus kemudian menyertai Paulus ketika rasul itu dipenjarakan di Roma, seperti yang disebutkan dalam Kol 4:10; 2 Tim 4:11, dan Flm 24. Ia juga bersama Petrus di Roma (1 Ptr 5:13). Menurut Papias, seorang uskup dari abad kedua, Markus adalah penterjemah Petrus dan menuliskan ajaran rasul itu dalam Injil Markus (lih Eusebius, Hist.Eccl. 2.15 dan 3.39). Dalam karyanya, Eusebius menulis bahwa Markus kemudian pergi ke Aleksandria sesudah kematian Petrus. Ia mengajar di sana dan menjadi uskup Gereja Aleksandria (Hist.Eccl 2.16.24). Cerita bahwa ia menjadi martir di Aleksandria pada masa Kaisar Trayanus dinilai tidak bisa dipercaya oleh sebagian ahli. Markus juga punya hubungan dengan kota Venesia, di mana jenazahnya dibawa pada tahun 829 dan disemayamkan di gereja asli St Markus (San Marco). Lambangnya, singa bersayap, kemudian menjadi lambang kota itu dan juga dijadikan lambang Republik Venesia. Lambang itu juga menjadi lambang tiga Paus di zaman modern: Pius X (masa kepausan 1903-1940), Yohanes XXIII (masa kepausan 1958-1963) dan Yohanes Paulus I (masa kepausan 1978); masing-masing adalah Uskup Agung Venesia sebelum menjadi Paus. Markus dipestakan setiap 25 April.
Injil
Kitab yang kedua dalam Perjanjian Baru, dan yang kedua dari Injil-injil
Sinoptik. Ditulis terutama untuk orang Kristen bukan Yahudi, Injil Markus
berusaha menunjukkan bahwa Yesus adalah sungguh Anak Allah. Kisahnya menukik
dalam realisme dan rinci, dengan lebih berfokus pada karya dan mujizat Yesus
daripada wacana-wacananya.
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
II. ISI
III. CIRI-CIRI SASTRA
IV. MAKSUD DAN TEMA
A. Yesus Mesias dan Putera
B. Yesus Anak Manusia
C. Tuntutan Sebagai Murid
D. Kabar Gembira
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Menurut Tradisi, Injil ini ditulis oleh Yohanes Markus dari
Yerusalem. Manuskrip-manuskrip awal Injil ini diberi judul “Injil Menurut
Markus”. Ia juga dikenal sebagai murid Petrus, walaupun ia tidak termasuk salah
seorang dari rasul-rasul. Markus disebutkan beberapa kali dalam Kisah Para
Rasul dan surat-surat Paulus, di mana ia disebut Markus, Yohanes Markus, atau
Yohanes (Kis 12:35; 13:5.13; 15:37; Kol 4:10; 2 Tim 4:11; Flm 24). Dalam 1 Ptr
5:13 di digambarkan sebagai “Markus, anakku”, mungkin karena ia dibaptis oleh
Petrus. Tradisi juga menyakini bahwa Petruslah yang menjadi sumber utama Injil Markus ini, dengan memberikn kesaksian mata yang mendasari cerita tentang hidup Yesus.
Rujukan awal
yang menyatakan bahwa Markus adalah pengarang Injil kedua terdapat dalam
tulisan-tulisan Papias dari Hierapolis (awal abad kedua), yang menyebutnya
“penerjemah Petrus” dan dikutip oleh Eusebius dari Kaisarea dalam karyanya Historia
Ecclesiastica (3.39). Selain itu pernyataan yang meneguhkan berasal dari St
Ireneus (sekitar tahun 180), St Klemens dari Aleksandria (sekitar tahun 200)
dan Tertulianus (sekitar tahun 200).
Para ahli pada
umumnya menganggap Injil ini ditulis tak lama sebelum hancurnya Yerusalem tahun
70M. Mungkin pada masa penganiayaan Gereja di Roma waktu Kaisar Nero berkuasa.
Dalam Mrk 13:1-37 Yesus menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, tetapi
Markus sama sekali tidak menggambarkan peristiwa dahsyat itu seolah-olah sudah
terjadi.
Waktu penulisan
sebelum tahun 70M ini didukung oleh Tradisi Gereja. Setidaknya salah satu Tradisi menyatakan bahwa Injil ini ditulis sesudah Petrus menjadi martir di
Roma (antara tahun 65 dan 67M); Prolog Anti-Marcion dan Santo Ireneus, keduanya
dari abad kedua, menyatakan bahwa Markus menuliskan Injilnya tak lama sesudah
Petrus mati, walaupun St Klemens dari Aleksandria menyatakan bahwa Injil Markus
ditulis sebelum Petrus mati. Akhirnya, Eusebius dari Kaisarea memberikan waktu
penulisan Injil ini bahkan lebih awal lagi, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar
Klaudius (antara 41-54 M).
II. ISI
I. Karya Yohanes Pembaptis (Mrk 1:1-8)
II. Yesus Dibaptis dan Dicobai (Mrk 1:9-13)
III. Karya dan Ajaran Yesus (Mrk 1:14-8:30)
A. Karya Yesus di Galilea (Mrk 1:14-3:12)
B. Yesus Mengajar (Mrk 3:13-7:23)
C. Rahasia Kristus (Mrk 7:24-8:30)
IV. Yesus Sang Mesias (Mrk 8:31-13:37)
A. Ajaran Yesus dan Perjalanan ke Yerusalem
(Mrk 8:31-10:52)
B. Yesus Mengajar di Yerusalem (Mrk
11:1-13:37)
V. Sengsara, Wafat dan Kebangkitan (Mrk 14:1-16:20)
III. CIRI-CIRI SASTRA
Injil Markus sangat boleh jadi ditulis bagi jemaat Kristen
di Roma. Markus berusaha dengan sabar menjelaskan adat Yahudi dan
menterjemahkan ungkapan bahasa Aram yang tentunya asing bagi sebagian besar pembaca
dari bangsa lain, dan ia menggunakan hal-hal yang bersifat Latin dan rujukan
pada uang logam kekaisaran Roma.
Di satu pihak
usaha Markus menunjukkan kelemahan dari para rasul dengan cara
lugas menunjukkan upayanya untuk menjadi penulis sejarah. Di pihak lain, gaya
Markus bukanlah gaya sastra, dan Injilnya sangat menyolok oleh keterbatasan
kosa-kata dan susunan kisahnya yang longgar. Injil ini ditulis dalam bahasa
Yunani Koine, yaitu bahasa Yunani umum, yang merupakan bahasa percakapan di kawasan
Laut Tengah bagian timur, dan di antara keempat Injil, Injil Markus tampak
paling kagok dengan tradisi sastra Yunani.
IV. MAKSUD DAN TEMA
A. Yesus Mesias dan Putera
Injil Markus mengikuti dengan ketat khotbah
Petrus: rancangan dasar Injil ini sangat mirip dengan khotbah Petrus dalam Kis
10:34-43. Tujuan utama Injil ini adalah mengungkapkan jatidiri Yesus sebagai
Mesias dan Anak Allah, dan seluruh Injil diarahkan kepada Sengsara dan Wafat
Yesus di kayu Salib sebagai suatu jabaran dan penjelasan atas jatidiri itu.
Sebutan-sebutan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah diuraikan dalam
bagian-bagian pokok Injil : Mrk 1:16-8:30 dan 8:31-15:47. Prolognya membuat
hubungan di antara Yohanes Pembaptis dengan nubuat Perjanjian Lama; dan untuk mengawali
karyanya di Galilea, Yesus dibaptis oleh Yohanes, suatu peristiwa yang meliputi
adanya suara dari langit yang menyatakan bahwa Yesus adalah Putera dan Hamba
Allah yang dinubuatkan oleh Yesaya (Yes 42:1). Yesus kemudian dibimbing Roh ke
padang gurun dan di sana mengalami pencobaan.
Kisah
bagian pertama memuncak pada pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk
8:23). Dari sini, rahasia mulai terurai, dan pekerjaan Yesus adalah menunjukkan
kepada para murid bahwa penderitaanNya
merupakan bagian pokok dari tugas perutusannya sebagai Mesias. Penekanan
pada pengkhianatan dan hukuman yang dialami Yesus begitu menonjol dalam Injil
Markus, sehingga beberapa ahli menduga inti Injil ini adalah kisah Sengsara,
dan selebihnya disusun sebagai prolog yang luas bagi peristiwa itu.
Markus
dari awal Injilnya menyatakan kepada para pembaca status Yesus sebagai Anak
Allah, dan jatidiri itu ditegakkan pada waktu-waktu lain oleh suara dari langit
(Mrk 1:11; 9:7) dan seruan roh jahat (Mrk 1:24; 3:11; 5:7). Namun orang-orang
dan para pemimpin agama tidak mampu menangkap jatidiri Yesus yang sebenarnya
itu, sekalipun mereka sudah menjadi saksi atas ajaran-ajaran dan
mujizat-mujizatNya. Yang mengherankan, Yesus sendiri menyuruh orang diam
mengenai apa yang Ia lakukan dan jatidiriNya dan enggan menggunakan sebutan
Mesias selama Ia masih bekerja (lihat Mrk 1:34.44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26.30;
9:9).
Dengan
cara ini, Injil menunjukkan suatu pola yang disengaja bagi penyembunyian
jatidiri Yesus sebagai Mesias, dibiarkan sebagai misteri, supaya kebenaran itu baru dipahami sesudah
Sengsara dan WafatNya. Dengan demikian jalan ceritanya harus selalu terarah
pada wafat dan kebangkitan Yesus, dan Injil menunjukkan bahwa Yesus sudah
memberitahukan secara dini tiga kali kematianNya yang memilukan dan janjiNya
untuk bangkit lagi (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34).
B. Yesus Anak Manusia
Untuk tujuannya itu, Markus menggunakan gelar
yang lain, Anak Manusia, sebutan yang digunakan hanya oleh Yesus bagi diriNya sendiri.
Jika
gelar-gelar agung Anak Allah dan Kristus diterapkan bagi Yesus sebagai Raja,
sebutan “Anak Manusia” menggambarkan raja seperti apa kiranya Yesus: seorang
raja yang menderita. Ini ditegaskan dalam tiga kali pemberitahuan Yesus
mengenai sengsaraNya (Mrk 8:31; 9:31; 10:33-34),
di mana setiap kali sebutan “Anak Manusia” dipergunakan Di hadapan Mahkamah
Agama, ketika menjawab pertanyaan apakah Dia “Mesias, Anak dari Yang Terpuji”
(Mrk 14:61), Yesus menjawab “Akulah Dia” dan kemudian mengungkapkan
kemuliaanNya di hadapan Allah sebagai Anak Manusia yang dimuliakan (Mrk 14:62)
seperti yang dinubuatkan nabi Daniel (Dan 7:13). Penegasan status Yesus ini
selanjutnya secara terbuka dinyatakan dalam kisah Sengsara dan WafatNya sendiri
(Mrk 15:2.9.18.26.32). Ini merupakan proses pengakuan yang bergerak memuncak
atas Keputeraan Kristus.
C. Tuntutan Sebagai Murid
Cerita mengenai Sengsara dan Wafat Kristus juga menunjukkan
gagasan Markus mengenai pemuridan dalam gambar relief yang tajam.
Tema pemuridan
diperkenalkan dalam bab pertama dengan panggilan atas Simon dan Andreas,
Yakobus dan Yohanes (Mrk 1:16-20) diikuti dengan penunjukan Dua Belas Rasul
(Mrk 3:13-19) dan perutusan mereka dalam suatu misi (Mrk 6:7-10). Bagian besar
dari Injil digunakan untuk pengajaran tentang makna menjadi murid (Mrk 8:34-38;
9:42-50; 10:23-31.35-45), namun para murid sering gagal menangkap implikasi
yang terdalam dari apa yang dikatakan Yesus pada mereka. Petrus khususnya
digambarkan cepat bertindak tapi lamban untuk mengerti.
Bagi Markus
pemuridan tidak terpisahkan dari penderitaan dan juga dari salib, maka
pemuridan mencakup kesediaaan untuk ikut serta di dalam penderitaan Yesus sama
seperti Ia menderita untuk banyak orang (Mrk 10:45; 14:24). Ajaran-ajaran ini
niscaya bergema kembali dengan semakin bertambah penting dan semakin mendesak
jika Markus memang bermaksud menyapa jemaat Kristen yang sedang mengalami
penganiayaan di Roma (bdk Mrk 8:34-38; 9:35; 10:29-31.35-45).
D. Kabar Gembira
Namun Markus bukanlah orang yang pesimis. Sebaliknya, Ia menggunakan kata Injil (atau Kabar Gembira) lebih sering daripada para penginjil lainnya, dan tampaknya ketika ia menggunakan kata itu, ia membayangkan kata itu sepadan, bukan dengan dokumen yang ditulisnya sendiri, melainkan dengan pesan kemenangan Kristus atas dosa dan kematian demi seluruh dunia. Kerajaan Allah sudah diwartakan dan sekarang hadir dalam pribadi Yesus Kristus: Kerajaan itu didirikan dengan wafat dan KebangkitanNya.