Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Yerusalem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yerusalem. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Januari 2023

GEOGRAFI INJIL HARI INI MRK 3:7-12

 Galilea

Bahasa Ibrani, artinya mungkin “distrik, wilayah.”

Suatu kawasan di Palestina utara yang berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah barat, Sungai Yordan dan Laut Galilea di sebelah timur, dataran Esdralon di sebelah selatan, dan Nahr el-Qasimiyeh di sebelah utara. Keadaan geografisnya beraneka ragam. Pegunungan Lebanon terentang sampai di bagian utara Galilea, dengan kawasan bukit-bukit karang yang terjal, sementara Galilea selatan adalah bukit-bukit landai dan dataran subur.

      Pada masa penaklukan Kanaan, Galilea mempunyai sejumlah kota suku Kanaan yang dominan. Setelah penaklukan (Yos 11), kawasan itu dibagi-bagi di antara suku-suku Zebulon, Naftali, Asyer dan Isakhar (Yos 19:10-30). Pada masa Salomo, kawasan itu relatif tidak penting sehingga Salomo memberikan kepada Hiram dari Tirus dua puluh dari kota-kotanya untuk pembayaran bahan material yang digunakan dalam pembangunan Bait Allah di Yerusalem (1 Raj 9:10-13). Kawasan itu direbut oleh Tiglat-pileser III dari Asyur sekitar 732 AM dan dijadikan bagian dari provinsi-provinsi Asyur (2 Raj 15:29). Hubungan Galilea dengan bangsa-bangsa lain diperhatikan oleh Yesaya (Yes 9:1), tetapi di sana tinggal orang-orang Israel di sepanjang masa Kitab Suci (1 Mak 5:14-23). Galilea di kemudian hari menjadi bagian dari wilayah tetrarka Herodes Antipas (Luk 3:1; 13:31).

      Galilea dikenang sebagai medan untuk sebagian besar karya Yesus. Dia dibesarkan di Nazaret, sebuah kota di Galilea, dan para rasul (selain Yudat Iskariot) adalah orang-orang Galilea. Sejumlah kota di Galilea disebutkan dalam Perjanjian Baru, termasuk Kana, Kapernaum, Nazaret dan Tiberias. Dalam masa Perjanjian Baru, orang Yahudi Galilea tidak begitu dihargai oleh sesamanya di Yerusalem dan Yudea (Yoh 1:46; 7:52), mungkin karena banyaknya bangsa-bangsa lain yang lama menetap di Galilea (bdk Mat 4:15) dan karena jarak  antara Galilea dan Yerusalem. Di luar Injil, Galilea hanya  disebutkan di dalam Kisah Para Rasul (Kis 9:31).

Galilea, Danau/Laut

Danau Galilea adalah danu air tawar yang terbesar di Palestina (Mat 4:18; Mrk 7:31; Yoh 5:1). Bagian dari sistem aliran Sungai Yordan di Lembah Karang Besr yang memisahkan Galilea dari Golan dan Dekapolis. Banyak nama digunakan untuknya. Dalam Perjanjian Lama danau itu disebut Kinerot (Bil 34:11; Yos 12:3;13:27; berasal dari bahasa Ibrani untuk ”lira”). Sejarawan Yosephus menyebutnya “danau Genasar” (BJ 2.573; 3.463,506,515-516; Ant 5.84; 13.158;18.28,36). Dalam Perjanjian Baru Lukas menggunakan sebutan Danau Genasaret (Luk 5:1; bdk 1 Mak 11:67) atau hanya “danau” saja (Luk 5:2; 8:22.23.33). Markus dan Matius juga menggunakan kata ”danau”, tetapi mereka sering menggunakan kata ”laut” dan “laut Galilea” (Mrk 1:16;  7:31; Mat 4:18; 15:34). Yohanes menyebut “Laut Galilea, yang adalah Laut Tiberias” (Yoh 6:1).

            Panjang Laut Galilea sekitar 14,5 kilometer dan lebarnya delapan kilometer, dengan kedalaman lebih dari 245 meter di bawah permukaan laut. Terkenal banyak ikannya sehingga pekerjaan sehubungan dengan menangkap dan berdagang ikan vital dan aktif di sana, dan dilakukan sebelumnya oleh beberapa rasul (lihat misalnya Mat 4:18-22; Luk 5:1-11). Laut Galilea juga terkenal dengan badai yang datang mendadak dan keras (Mat 8:24). Kebanyakan karya Yesus dilaksanakan di dekitar Laut |Galilea dan beberapa mujizat terjadi di sana, termasuk berjalan di air (Mat 14:21-33; M|rk 6:45-52 dan meredakan badai (Mat 5:23-27; Mrk 35-41; Luk 8:22-25). 



Idumea, dulunya Edom

Edom. Bahasa Ibrani, artinya “merah”. Nama suatu kawasan yang terbentang dari sebelah selatan dan timur Laut Mati hingga ke Teluk Aqaba. Penduduknya adalah suku Edom. Mereka digambarkan sebagai keturunan Esau, putera sulung Yakub (Kej 25:30; 32:4; 36:1; 1 Taw 1:35). Para ahli arkeologi melacak asal-usul suku Edom sampai pada suku-suku Semit yang menetap, yang bermigrasi ke tempat itu pada abad ketigabelas SM. Tampaknya rakyat di kawasan Edom terbagi dalam dua belas suku (Kej 36:20-30) di bawah seorang ketua besar, walaupun mereka mempunyai seorang raja, sebelum kedatangan bangsa Israel (Kej 36:31). 

      Suku Edom tidak mau memberi jalan lewat bagi suku-suku Israel dalam perjalanan mereka menuju Tanah Terjanji (Bil 20:14-21) sehingga mereka terpaksa jalan memutar di sekeliling kawasan Edom. Pada kesempatan lain, mereka memberi izin lewat kepada suku-suku Israel dan Musa dilarang  Allah menyerang suku Edom (Ul 2:4-8; Bil 21:4). Namun, orang Edom tidak termasuk anggota umat Allah (Ul 23:8). 

      Lokasi Edom berada di jalan utama perdagangan, dan mereka menguasai Jalan Raya Raja yang merupakan lalu-lintas perdagangan di antara Arabia dan Siria. Karena itu kawasan Edom sangat penting secara ekonomis dan strategis (Bil 20:17). Berulangkali Edom dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tetangga. Saul menglahkan suku-suku Edom, tetapi secara resmi mereka ditaklukkan di bawah Daud (2 Sam 8:14). Edom tetap membayar upeti kepada Yehuda sampai pada masa Raja Yoram dari Yehuda (849-842 SM; 2 Raj 8:20-22). Di bawah Amazia (800-783 SM) dan Uziah (783-742 SM), Edom kembali lagi di bawah kuasa Yehuda (2 Raj 14:7.22). Edom berhasil memeroleh kemerdekaan pada masa Ahas dari Yehuda (2 Raj 16:6), tetapi kemudian jatuh di bawah kekuasaan Asyur. 

      Suku Edom membantu Nebukadnezar berperang melawan Yerusalem (587 SM) dan merayakan jatuhnya Yehuda (Mzm 137:7; Rat 4:21-22; bdk Am 1:11-12; Yes 11:14; 21:11.12; 34: 2-17; Yer 49:7-22). Kota-kota Edom kemudian ditaklukkan oleh Yohanes Hirkanus I pada tahun 129 SM yang memaksa penduduk yang bukan-Yahudi agar disunat (1 Mak 4:36-59; 2 Mak 10:1-8). Dalam abad pertama SM Idumea (Edom yang berbahasa Yunani) berada di bawah kekuasaan Dinasti Hasmona, dan kasawan itu meluas dari daerah perbukitan di selatan Yudea, sebelah selatan Bet-zur, hingga perbatasan Negeb. 

      Dengan reorganisasi politik besar-besaran yang dilancarkan oleh Pompeyus di Palestina pada tahun 63 SM, Idumea menjadi bagian dari Provinsi Roma di Siria, namun tetap berada di tangan keluarga Hasmona. Dengan demikian Edom memberikan dasar politik bagi bangkitnya Herodes Agung dan peningkatan wibawa secara berangsunr-angsur dari keturunan Herodes. Setelah Herodes Agung mati pada tahun 4 SM, Kaisar Augustus memberikan Idumea kepada tetrarka Arkhelaus, namun kemudian Idumea jatuh ke tangan Herodes Agripa I sejak tahun 41-44 dan kemudian di bawah kekuasaan Roma sepenuhnya, sebagai bagian dari Provinsi Siria. 


Tirus dan Sidon  

Tirus salah satu kota pelabuhan utama di pantai Punisia. Tirus terletak di sebelah selatan Sidon, dan di sebelah utara Ako. Sebagian dari kota itu merupakan pulau lepas pantai, dan sebagian lagi berada di daratan. Kota itu didiami penduduk sejak milenium ketiga SM dan merupakan salah satu kota dan pelabuhan terbesar pada milenium pertama SM.

      Sesudah gelombang serangan asing pada akhir milenium kedua yang menghancurkan Sidon, Tirus muncul sebagai pelabuhan utama Punisia dan disebut “Puteri Sidon” (Yes 23:12) karena ada begitu banyak pelarian dari Sidon berlindung di balik tembok-tembok kota. Benteng Tirus terkenal di seluruh Palestina (Yos 19:29; 2 Sam 24:7). Puncak kejayaan Tirus tercapai pada abad ke sepuluh SM pada masa pemerintahan Hiram I (sekitar 980-947 SM). Pada masa itulah Daud dan Hiram menjalin hubungan yang sangat erat dalam politik dan perdagangan. Hiram mengirim kayu aras dan pekerja untuk membantu pembangunan istana Daud (2 Sam 5:11).

      Salomo melanjutkan hubungan baik itu dan membuat suatu kontrak dengan Hiram untuk pembangunan Bait Allah di Yerusalem (1 Raj 5:1-12; 2 Taw 2:1-16). Kedua raja itu juga melakukan kerjasama perdagangan luar negeri melalui Ezion-geber di Teluk Aqaba ke Ofir (1 Raj 9:26-28; 10:11-12; 2 Taw 8:17-18; 9:10-11), karena Tirus  besar wibawanya dan pengaruhnya dalam bidang maritim (Yes 23:8; Yeh 27:1-4). Kapal-kapal orang Tirus mengunjungi pelabuhan-pelabuhan asing dn melakukan perdagangan antara lain kaca dan bahan-bahan warna yang terkenal, yang disebut warna Tirus (lihat Pewarnaan). Hiram membangun suatu jalan yang menghubungkan bagian pulau dan daratan kotanya, memugar kuil-kuil dan meluaskan wilayah kekuasaan Tirus melalui politik kolonisasi yang agresif. Kemudian, pada abad kesembilan SM, Etbaal naik tahta dan mengawinkan puterinya Izebel dengan Ahab dari Israel (1 Raj 16:31). Perkawinan itu meluaskan praktik penyembahan Baal di Samaria dan memererat hubungan Tirus dengan Samaria hingga kematian Izebel (1 Raj 16:32-33; 2 Raj 9:30-37).

      Kemerosotan Tirus dimulai dengan munculnya Asyur yang menuntut upeti dari Tirus sekitar tahun 841 SM. Akhirnya kota itu jatuh ke tangan Asyur pada tahun 724 SM di bawah Sargon II dan kemudian ditundukkan Asyur lagi ada tahun 701 SM di bawah Sanherib. Esarhadon mengangkat seorang Asyur sebagai raja Tirus dan mendapatkan berbagai-bagai konsesi. Sebaliknya, Tirus memeroleh hak-hak khusus yang sangat luas untuk melakukan perdagangan di Laut Tengah. Berkali-kali para Nabi menyampaikan keputusan hukuman Allah atas Tirus (Am 1:9-10; Yl 3:4-8; Za 9:2-4).

      Setelah hancurnya Yerusalem pada tahun 586 SM, bangsa Babilonia di bawah Nebukadnezar mengepung Tirus selama tiga belas tahun hingga kota itu menyerah (586-573 SM). Kemudian, di bawah bangsa Persia, |Sidon bangkit lagi hingga melebihi Tirus. K|ejadian besar terakhir di dalam sejarah kota terkenal itu adalah pada tahun 332, ketika Aleksander Agung mengepung kota itu selama tujuh bulan dan akhirnya merebut kota daratan dalam suatu perjuangan yang nyaris legendaris. Tirus tidak begitu berperan di dalam Perjanjian Baru. Yesus mendapat pengikut dari Sidon dan Tirus (Mrk 3:8). Ia juga mengunjungi kawasan itu (Mrk 7:24) dan menyatakan bahwa kota itu niscaya bertobat seandainya menyaksikan mujizat-mujizat yang telah dilakukanNya di Palestina (Mat 11:21-22). Paulus singgah sebentar di kota itu (Kis 21:13).

Yordan, Sungai 

Bahasa Ibrani, mungkin berarti “yang turun”. Sungai yang paling penting di Palestina. Mata airnya dimulai dengan salju yang meleleh dari lereng-lereng Gunung Hermon, yang membentuk beberapa aliran utama yang bergabung lagi di Yordan. Dari sana sungai itu mengalir ke arah selatan ke dalam Danau Huleh, dan kemudian ke Laut Galilea (lihat Laut Galilea), dan akhirnya bermuara di Laut Mati. Bagian sungai di sebelah  utara dari Laut Galilea disebut Yordan Atas (Hulu); bagian sungai di selatan Laut Galilea adalah Yordan Bawah (Hilir). Sungai Yordan merupakan sungai yang letaknya paling rendah di dunia, hingga 213 meter di bawah permukaan laut ketika mencapai Laut Galilea, dan hingga 392 meter di bawah laut ketika sampai di Laut Mati. Secara keseluruhan jika ditarik garis lurus dari utara ke selatan, panjang Sungai Yordan mencapai 128 kilometer, namum karena berkelok-kelok panjangnya hingga 320 kilometer, sedang lebarnya antara 27-30 meter. Di kanan kirinya sungai ini pada umumnya dibatasi oleh tebing-tebing terjal pegunungan, terutama di bagian timur, kecuali di sebelah utara Galilea.

            Di dalam Kitab Suci Sungai Yordan adalah sungai yang sangat penting, yang membagi wilayah Israel menjadi bagian barat dan bagian timur. Yordan Bawah (Hilir) merupakan batas di antara suku-suku Ruben, Gad,dan separoh suku Manasye di bagian Transyordan (seberang Yordan) dengan suku-suku lain yang berada di sebelah barat Yordan di Kanaan yang sebenarnya. Sungai Yordan juga bersentuhan dengan batas-batas wilayah Isakhar (Yos 19:22), Efraim (Yos 16:7), Benyamin (Yos 18:12) dan Yehuda (Yos 15:5). Yordan Atas (Hulu) merupakan batas timur wilayah suku Naftali (Yos 19:33-34).


Yudea 

Nama yang diberikan bangsa Roma untuk wilayah Yehuda di Palestina selatan. Batas geografisnya berubah-ubah dari masa ke masa. Dalam Kitab Ezra dan Nehemia, wilayah ini didiami oleh orang-orang Yahudi yang pulang dari Pembuangan pada abad keenam SM, dan pada waktu itu secara teknis kawasan ini dikenal sebagai suatu Provinsi Persia yang dalam bahasa Aram disebut Yehud. Luas Yehuda pada waktu itu lebih kecil daripada Yerusalem dan distrik-distrik di sekitarnya. Luasnya bertambah banyak pada masa Makabe dan Dinasti Hasmona hingga mencapai daerah pantai, Idumea, dan Lembah Yordan. Sesudah pendudukan Roma pada tahun 63 SM, nama Yudea kadang-kadang digunakan untuk Palestina seluruhnya, termasuk Samaria dan Galilea, namun dalam pengertian yang lebih sempit menunjuk pada distrik Yudea yang lebih kecil yang terpisah dari Galilea dan Samaria.

      Raja Herodes memerintah atas Yudea dari tahun 37 SM hingga 4 SM; kerajaannya meliputi seluruh Palestina dan beberapa wilayah di sebelah timur Sungai Yordan. Anaknya, Arkhelaus, memerintah sebagai raja-muda atas Yudea, Samaria dan Idumea, tetapi di luar Perea dan Galilea. Sesudah Arkhelaus dicoot dari kedudukannya pada tahun 6 M, Yudea ditambahkan sebagai bagian dari Provinsi Roma di Siria dan secara lebih langsung dikelola dengan sistem Roma dengan adanya para pro-kurator atau wali negeri (Luk 3:1). Luas wilayah Yudea di bawah pemerintahan Roma sama dengan Yudea ketika diperintah oleh Arkhelaus, walaupun pusat pemerintahan (Roma) berada di Kaisarea; pada masa Herodes Agripa I, Galilea ditambahkan ke dalam yurisdiksi (wilayah hukum) Yudea. Pengertian Yudea yang lebih luas diungkapkan oleh sejarawan Yosephus (Ant., 17.13; 18.1) dan Perjanjian Baru (Luk 1:5; 7:17; Kis 1:8; 26:20). 

Yerusalem

Kota di Yehuda. Yerusalem terletak pada suatu dataran tinggi kapur kira-kira 32 kilometer di sebelah barat Laut Mati dan 48 kilometer sebelah timur pantai Laut Tengah pada suatu rangkaian paralel di jajaran pegunungan tengah Palestina. Ketinggian rata-rata perbukitan sekeliling Yudea adalah 2300 kaki atau 700 meter di atas permukaan laut. Kota itu dibatasi oleh lembah-lembah curam di ketiga sisinya – Lembah Kidron di sebelah timur, yang membagi kota dari Bukit Zaitun, dan Lembah Hinom di sebelah selatan dan barat, yang berfungsi sebegai benteng pertahanan alamiah. Maka karena letaknya itu Yerusalem sangat sulit ditaklukkan, karena hanya dapat diserbu dari utara.

Daud memperkuat pertahanan Yerusalem dan menjadikannya pusat pemerintahan. Ia juga memindahkan tabut perjanjian ke Yerusalem, dan memantapkan Yerusalem sebagai ibukota keagamaan Israel. Salomo menyelesaikan perkembangan ini dengan membangun Bait Allah.

      Ketika suku-suku utara mengalami kemunduran (lihat Israel, Kerajaan), Yerusalem menjadi ibukota Yehuda. Lalu kota itu mengalami kesulitan karena keputusan-keputusan yang buruk dan ketidaksetiaan raja-raja Yehuda. Bait Allah dan istana dirusak oleh pasukan Mesir (1 Raj 14:25-28), dan Yerusalem mendapat serangan dari Siria dan Israel, Kerajaan Utara (2 Raj 14:11-14; 2 Taw 25:21-24), gempuran dari Asyur (2 Raj 18:13-19; 2 Taw 32:1-22; Yes 36-37), dan akhirnya dilindas Babilonia (2 Raj 24:1-25:21). Beberapa raja seperti Uzia dan Hizkia berusaha memperkuat pertahanan dan memperbaiki persediaan air bagi kota. Yerusalem secara ajaib luput dan kehancuran dahsyat seperti yang menimpa kerajaan utara, tetapi bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Asyur, munculnya Babilonia menghadapkan ancaman baru yang bahkan lebih berat.

      Yerusalem dikepung pertama kali oleh Nebukadnezar pada tahun 597 SM (2 Raj 24:10-17). Dan kemudian, setelah melakukan kepungan selama delapan belas bulan, bangsa Babilonia menguasai Yerusalem pada tahun 586 SM. Kota Yerusalem mengalami keursakan yang sangat parah karena konflik itu, dan Nebukadnezar membuang penduduknya yang masih hidup, dan hanya meninggalkan sebagian kecil penduduk yang terdiri dari para petani miskin (2 Raj 25:1-17).

      Sesudah bangsa Persia menaklukkan Babilon pada tahun 539 SM, Koresh Agung mengizinkan orang Yahudi pulang ke Yerusalem dan membangun Bait Allah yang baru pada tahun 538 SM (Ezr 1-7; Neh 1-4). Tembok kota diperbaiki lagi di bawah Nehemia pada tahun 445 SM.

      Ptolemeus dari Mesir menguasai Yerusalem setelah Aleksander Agung mati pada abad keempat SM, dan Palestina jatuh ke tangan Dinasti Seleukus di bawah Antiokhus II Teos di tahun 198 SM. Orang Seleukus di bawah Antiokhus IV Epifanes memasuki Yerusalem, menistakan Bait Allah dan meruntuhkan tembok-temboknya; suatu pasukan Siria ditinggalkan untuk melakukan penjagaan. Usaha agresif untuk menyebarkan pengaruh budaya Yunani, Helenisasi, atas penduduk Yahudi menimbulkan pemberontakan Makabe. Bait Allah disucikan lagi pada tahun 164 SM (1 Mak 4:36-59).

      Setelah Makabe memeroleh kemerdekaan bagi orang Yahudi, Dinasti Hasmona memerintah di Yerusalem sampai datangnya pasukan Roma pada tahun 63 SM. Pada waktu itu, Pompeyus Agung merebut Yerusalem dan memulai pemerintahan Roma yang akan berlangsung selama berabad-abad. Herodes Agung dijadikan raja bawahan Roma dan bertanggungjawab atas pelaksanaan beberapa proyek pembangunan besar di kota, termasuk suatu benteng tentara (Antonia; Kis 21:34) dan terutama pembangunan Bait Allah baru (Yoh 2:20).

Bagaimana pentingnya Yerusalem bagi Yesus tampak dalam Injil-injil, dan keempat penulis Injil mencatat bahwa karya Yesus bergerak ke arah Yerusalem, kota kudus, sebagai tempat bagi Sengsara, Wafat dan KebangkitanNya. Yesus memberitahukan kematianNya di kota itu dengan kata-kata: “sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Luk 13:33-34; bdk Mrk 10:32-34). Yesus menyatakan bahwa para nabi dibunuh di kota itu dan membayangkan kota itu dikepung oleh tentara (Luk 21:20|) dan dihancurkan oleh pasukan musuh (Luk 19:41-44).

      Namun Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya sebagai Mesias, putera Daud (Mat 21:1-11; Mrk 11:1-11; bdk Za 9:9). Kota kudus itu merupakan titik sumber darimana Injil mulai diwartakan kepada seluruh dunia (Luk 24:47; Kis 1:18). Yerusalem adalah tempat di mana Roh Kudus dicurahkan pada waktu Pentakosta dan tempat di mana jemaat Kristen perdana terbentuk (Kis 2:1-13).