Makabe
Bahasa Ibrani, “palu”, “godam” atau “gada”. Nama julukan Yudas, putera Matatias (1 Mak 2:4; bdk 2 Mak 5:27; Yosephus, Ant 12.266), pemimpin pemberontak yang kuat perkasa melawan Antiokhus IV Epifanes dan penganiayaan yang dilakukannya atas orang Yahudi dalam rangka Helenisasi. Nama julukan ini berasal dari sebutan yang diperolehnya setelah melakukan taktik perang gerilya hantam-keras; kemudian nama yang sama juga digunakan oleh saudara-saudaranya, yang mengikuti jejaknya dalam memimpin pemberontakan.
Kitab Pertama dan Kedua Makabe
Keduanya merupakan kitab yang terakhir dari
antara genre Kitab-kitab Sejarah Perjanjian Lama. Mengisahkan perjuangan yang
dipimpin oleh Yudas Makabe dan saudara-saudaranya melawan raja-raja
Seleukus pada abad kedua SM. Walaupun saling bertautan hingga sejauh tertentu
karena berkenaan dan masalah yang sama, kedua kitab itu sebenarnya terpisah.
Keduanya termasuk kitab-kitab deutero-kanonika, yang diterima sebagai
Kitab Suci oleh Gereja Katolik dan Kristen Ortodoks.
I. PENGARANG DAN
WAKTU PENULISAN
Dari segala
kemungkinannya, 1 Makabe pada mulanya ditulis dalam bahasa Ibrani. Kesaksian
tentang ini disampaikan oleh St Hieronimus, yang menyatakan bahwa ia telah
melihat kitab ini dalam bahasa Ibrani. Bukti internal dari kitab itu juga
menunjukkan bahwa kitab-kitab itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dari
aslinya yang berbahasa Semit. Pengarangnya tidak diketahui, walaupun bahasanya
menunjukkan bahwa penulisnya seorang Palestina yang kenal sekali dengan ilmu
bumi Palestina dan yang dengan sengaja berusaha meniru gaya penulisan kitab sejarah dari masa sebelumnya (yaitu 1 dan 2
Samuel dan 1 dan 2 Raja-raja). Waktu penulisan karya ini juga tidak pasti,
namun boleh jadi ditulis sesudah tahun 134 SM, sesudah Simon Makabe mati dan
dalam masa pemerintahan Yohanes Hirkanus (134-104 SM).
Kitab 2 Makabe ditulis dalam bahasa Yunani
sebagai suatu ringkasan dari lima jilid riwayat Makabe yang ditulis oleh Yason
dari Kirene (2 Mak 2:19-31). Karya yang lebih besar itu sekarang hilang dan
selanjutnya tidak ada yang diketahui tentang Yason, kecuali bahwa dia mungkin
tinggal di Palestina, karena hasil karyanya menunjukkan pengetahuan ilmu buminya
yang sungguh baik. Sedang mengenai
penulis 2 Makabe, ia mungkin tinggal di Aleksandria, Mesir, dan gambarannya
tentang kebangkitan orang mati (2 Mak 7:14) menimbulkan kemungkinan bahwa ia
mungkin seorang Farisi. Kitab ini boleh jadi ditulis dalam bahasa Yunani,
mengingat kemampuannya dalam bahasa Ibrani terbatas, dan dalam kitab itu
terdapat banyak idiom-idiom dan tata bahasa yang asli Yunani. Waktu
penulisannya diperkirakan setelah tahun 124 SM dan selambat-lambatnya tahun 80
SM.
II. ISI
1 Makabe
1. Pendahuluan
(1 Mak bab 1-2)
A. Aleksander
Agung dan Penganiayaan Seleukus (1 Mak 1:1-63)
B. Matatias dan
Anak-anaknya (1 Mak 2:1-70)
II. Kepemimpinan
Yudas Makabe (1 Mak 3:1-9:22)
III. Kepemimpinan
Yonatan Makabe (1 Mak 9:23-12:53)
IV. Kepemimpinan
Simon Makabe (1 Mak 13:1- 16:17)
V. Pemerintahan
Yohanes Hirkanus (1 Mak 16:18-24)
2 Makabe
I. Pendahuluan
(2 Mak bab 1-2)
A. Surat Kepada
Orang Yahudi di Mesir (2 Mak 1:1-9)
B. Surat Kepada
Aristobulus (2 Mak 1:10-2:18)
C. Pengantar (2
Mak 2:19-32)
II. Heliodorus
dan Harta Kekayaan Bait Allah (2 Mak 3:1-40)
III. Imam Besar
: Simon, Yason dan Menelaus (2 Mak 4:1-5:27)
IV. Penganiayaan
Orang Yahudi (2 Mak 6:1-7:42)
V. Pemberontakan
Yudas Makabe (2 Mak 8:1-15:38).
III. MAKSUD DAN
TEMA
Kitab-kitab 1 dan 2
Makabe menceritakan latar belakang dan peristiwa-peristiwa selama empat puluh
tahun (175-135 SM) perjuangan melawan serangan kekafiran dan usaha Helenisasi di
wilayah Yahudi Palestina. Proses Helenisasi merupakan kebijakan pemerintahan
Aleksander Agung dan para penggantinya. Hal itu mendatangkan kesulitan besar
yang menantang agama Yahudi, terutama ketika dinasti Seleukus memajukan ibadat
Yunani kafir yang bertentangan dengan monoteisme. Situasi Palestina menjadi
bertambah rumit dengan munculnya kelompok yang pro-Helenisasi di kalangan para
pemimpin Yahudi. Pada tahun 167 SM Antiokhus IV Epifanes (lihat Seleukus) dari
Siria memasukkan pemujaan (dewa) Zeus ke tempat suci Bait Allah di Yerusalem.
Serta merta terjadi pemberontakan yang disulut oleh kesetiaan Matatias (1 Mak
2:23-33) dan dilanjutkan oleh anak-anaknya, Yudas Makabe ( 1 Mak 3-9; 2 Mak
8-15), Yonatan (1 Mak 9:23-12:53), dan Simon Makabe (1 Mak 13:1-16:17).
Kemenangan orang Yahudi ditandai oleh direbutnya kembali Yerusalem dan
penyucian kembali Bait Allah (1 Mak 4:6-61; 2 Mak 10:1-8).
Pengarang 1 Mak menyamakan perjuangan
monoteisme Yahudi dengan perjuangan demi kelangsungan hidup bangsa Israel,
dengan demikian menciptakan hubungan yang erat antara agama dengan patriotisme.
“Israel” diartikan sebagai bangsa yang
setia kepada Tuhan, dan mereka yang meninggalkan Hukum (Taurat) tidak lagi
menjadi warga Israel “Banyak dari rakyat bergabung dengan orang-orang asing, yaitu barangsiapa
yang meninggalkan hukum Taurat. Orang-orang asing berjahat di negeri dan
dipaksanya Israel bersembunyi di tempat pengungsian mana saja” (1Mak 1: 52-53).
Jalannya kisah dalam 1 Mak menggambarkan
keturunan Makabe sebagai pengawal yang menjaga Hukum taurat Musa. Mereka dibangkitkan
oleh Tuhan untuk melawan kekuatan Helenis yang mengancam kemurnian iman Yahudi.
Gaya sastra karya ini meniru gaya kitab-kitab sejarah yang terdahulu, namun
dengan lebih menekankan Hukum sebagai manifestasi dari kehendak Tuhan.
Pemberontakan dipandang di dalam kerangka kemenangan Hukum atas musuh-musuh
Tuhan.
Kitab kedua Makabe
mencakup lingkup yang kurang lebih sama dengan 1 Mak 1-7, namun lebih eksplisit
dalam memberikan tafsiran teologis atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
zaman itu. Kitab itu memberi penjelasan mengenai pesta dedikasi, penyucian Bait
Allah, suatu kejadian utama dalam kelangsungan hidup agama Yahudi (sekarang
diperingati sebagai pesta Hanukkah); juga ditekankan pentingnya tindakan Tuhan di dalam perjuangan
mempertahankan kelangsungan hidup itu dan diberikan kesaksian mengenai
keyakinan yang dipegang kuat-kuat mengenai hidup sesudah hidup-di-dunia dan
kebangkitan badan (2 Mak 7:14; 12:43-46). Dengan demikian, tafsir agamis atas
perjuangan Makabe lebih penting di sini, karena dari kaca mata teologi sejarah
si penulis, ia memandang perang itu didukung oleh kehendak Tuhan, sama seperti
penganiayaan yang dialami bangsa Yahudi dan penistaan Bait Allah dianggap
merupakan konsekuensi dari kedosaan bangsa itu (2 Mak 5:17-20; 6:12-17).
Pengarang sangat menghormati Bait Allah sebagai pusat ibadat Yahudi dan
beberapa kali mengingatkan pembaca mengenai keagungannya (bdk 2 Mak 2:19. 22;
5:15; 14:31). Ia berseru kepada bangsa Yahudi agar setia kepada Hukum dan
mengingatkan mereka akan kesetiaan Tuhan pada perjanjian. Tuhan tidak akan
meninggalkan umatNya jika mereka bertobat dan setia kepadaNya. Kekuatan Tuhan
menujud dalam karya Allah yang ajaib dan adikodrati yang membuktikan bahwa
Allah hadir di tengah-tengah umatNya (2 Mak 3:24-27; 5:2-3; 10:29-30). Mereka
yang mati sebagai martir dihargai sebagai pengorbanan yang mulia (2 Mak
6:8-7:42).
Dua kitab yang serupa, 3 dan 4 Makabe juga
masih ada. Kitab ketiga Makabe yang tidak termasuk dalam kanon Kitab Suci
Katolik diterima oleh Gereja-gereja Ortodoks Timur. Kitab ini mengisahkan
penganiayaan Yahudi di Mesir di bawah Ptolemeus IV Filopator (221-205 SM); maka
tidak ada kaitannya dengan kitab-kitab 1 dan 2 Makabe. Kitab keempat Makabe,
yang merupakan suatu tambahan dalam Kitab Suci Ortodoks, merupakan suatu karya
filsafati Yahudi mengenai “apakah pemikiran saleh lebih unggul daripada
perasaan saleh”; kitab itu menggunakan kisah-kisah seperti kemartiran Eleazar
dan ketujuh saudaranya sebagai gambaran untuk penjelasan (bdk 2 Mak 6-7).