Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Luk 4:18. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Luk 4:18. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 November 2022

MISKIN (Tinjauan Biblis)

 



Miskin artinya dilucuti dari kekayaan dan kesejahteraan oleh berbagai keadaan: sosial, politik dan ekonomi. Kemiskinan banyak terdapat di dunia Kitab Suci karena seringnya peperangan, kelaparan dan kekeringan, serta praktek yang berlaku mengenai utang-piutang dan perbudakan. Perhatian pada kaum miskin adalah amanat yang dibebankan pada Israel dalam Perjanjian Lama dan pada umat Kristen dalam Perjanjian Baru. Selain kemiskinan material, Gereja juga mengenali situasi kemiskinan rohani dan budaya.

      Hukum Musa membeberkan beberapa ketetapan untuk perlindungan kaum miskin dan mereka yang malang hidupnya, termasuk yang berhubungan dengan Tahun Yobel di mana utang-utang mendapat pengampunan, larangan mengenakan bunga atas pinjaman serta pengaturan soal agunan, hak untuk gresek anggur dan jelai/gandum di ladang (Im 25; Ul 15:7-10; 23:19-20; 24:10-15.19-22): “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ul 15:11; bdk Tb 4:7-11; Sir 17:22). Penindasan atas kaum miskin sangat dikecam para nabi (Am 2:6-7).

      Yesus dilahirkan dari orangtua yang miskin (Luk 2:24) di suatu kandang bersahaja (Luk 2:6-7) dan solider dengan kaum miskin. Ia berkata bahwa Ia diutus untuk “memberitakan kabar baik kepada kaum miskin” (Luk 4:18; 7:22), menyatakan bahwa mereka itu “berbahagia” (Luk 6:20) dan menetapkan kasih pada kaum miskin sebagai salah satu prasyarat untuk masuk ke dalam Kerajaan (Mat 25:31-46).

      “Orang miskin selalu ada padamu,” kata Yesus (Yoh 12:8). Oleh karena fakta itu, orang Kristen dituntut melakukan amal kasih termasuk memberi bantuan kepada sesama, memberi makan yang kelaparan, memberi tumpangan pada orang yang tak punya rumah, memberi pakaian mereka yang telanjang, dan merawat yang sakit. Amal kasih dan sedekah berkenan pada Tuhan karena merupakan pekerjaan keadilan (Mat 6:2-4; Luk 3:11; 11:41; Yak 2:15-16; 1 Yoh 3:17-18). Implikasi teologis dari kemiskinan dikemukakan oleh Kongregasi Ajaran Iman dalam dokumen Libertatis conscientia art 68 sbb:

"Dalam aneka ragam bentuknya - kekurangan material, ketidakadilan dan penindasan, penyakit jasmani dan rohani, dan akhirnya kematian - penderitaan manusiawi adalah bukti nyata tentang keadaan kelemahan bawaan dan perlunya keselamatan, di dalam mana manusia menemukan dirinya sebagai akibat dosa asal. Karena itu, ia menggerakkan kerahiman Kristus, Penebus, yang hendak menanggung penderitaan ini dan mengidentikkan Diri dengan saudara-Nya yang paling hina. Karena itu, Gereja mengarahkan pandangan kepada mereka semua, yang memprihatinkan itu, dengan cinta utama. Gereja, yang sejak awal, tanpa memperhitungkan kelemahan dari banyak anggotanya, bekerja tanpa henti-hentinya, supaya membantu, membela, dan membebaskan yang tertindas. Ia melakukan itu melalui karya amal yang tidak terhitung jumlahnya, yang masih dibutuhkan, selalu dan di mana-mana"

 

      Jemaat Kristen Yerusalem sangat memperhatikan kebutuhan kaum miskin di kota itu (Kis 2:44-45; 4:34-35) dan Paulus dalam perjalanan misinya bekerja keras mengumpulkan dana bagi kaum miskin Yerusalem (Rm 15:25-29; Gal 2:10). Paulus juga menulis secara detil mengenai kemiskinan dalam Perjanjian Baru dalam suratnya yang kedua kepada Jemaat Korintus, dengan membangun ajarannya di sekitar gagasan pokok: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9). Maka murid-murid dipanggil untuk meneladan Kristus dengan bermurah hati membagikan berkat kita pada mereka yang kekurangan atau sama sekali tak punya (Luk 14:33; 21:14; Mrk 8:35).