Beberapa
waktu yang lalu Bro Alex Widjaja dari Atlanta mengajak teman-teman menjawab
permintaan Ibu Prof Bernadette Setiadi dari Rekoleksi 11 November 2022 tentang tugaskerasulan awam. Bro Alex mengajak teman-teman membuat paraphrase dari artikel2
dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 898-900, 2442, kemudian 1887-1948),yang
dikatakan sarat logosentrisme. Hingga sekarang setelah 20 hari berlalu belum
ada seorang pun teman yang menanggapi.
Sebenarnya
Vatikan juga menyadari kesulitan umat memahami dokumen-dokumen yang sarat
logosentrisme. Karena itu diterbitkanlah Kompendium KGK. Bahasa Katekismus diringankan/diturunkan sedikit agar lebih mudah dipahami, dan
uraian yang panjang mbulet ruwet mumet disingkat. Maka dianjurkan juga agar memiliki dan
memelajari Kompendium Katekismus Gereja Katolik untuk sumber referensi.
Panggilan kaum awam ialah mencari Kerajaan Allah dengan
menerangi dan mengatur tugas-tugas
duniawi sesuai dengan rencana Allah. Dengan cara ini, mereka menjawab panggilan
kesucian dan kerasulan yang diberikan kepada semua yang sudah dibaptis.
Mereka mengambil bagian dalam imamat Kristus, khususnya
melalui Ekaristi, dengan
mempersembahkan hidup mereka dengan seluruh pekerjaan, doa dan usaha kerasulan, kehidupan keluarga dan jerih payah
sehari-hari, beban hidup
yang ditanggung dengan sabar dan penghiburan bagi jiwa dan badan sebagai sebuah kurban rohani
yang ”karena Yesus Kristus, berkenan kepada Allah” (1Ptr 2:5). Dengan itu, para awam pun sebagai yang ditahbiskan
Kristus dan diurapi Roh
Kudus mempersembahkan dunia itu sendiri kepada Allah.
Mereka mengambil bagian dengan menerima Sabda Kristus dan
mewartakannya kepada dunia dengan kesaksian hidup, karya, kata-kata, tindakan,
dan katekese. Tindakan pewartaan
kabar gembira ini mempunyai daya guna yang
khusus karena dilaksanakan dalam situasi real dunia.
Kaum awam mengambil bagian dalam tugas rajawi Kristus karena
mereka menerima kuasa dari-Nya
untuk mengatasi dosa dalam diri mereka dan dalam dunia melalui penyangkalan
diri dan kesucian hidup mereka. Mereka melaksanakan
bermacam-macam tugas pelayanan bagi komunitas dan mereka mengisi kegiatan-kegiatan temporal dan kelembagaan dalam
masyarakat dengan nilai-nilai
moral.
PRIBADI DAN MASYARAKAT
Bersamaan dengan panggilan pribadi kepada kebahagiaan,
manusia mempunyai dimensi sosial sebagai unsur esensial kodrat dan
panggilannya. Semua dipanggil ke
arah tujuan yang sama, yaitu Allah. Ada kesamaan tertentu antara persatuan Pribadi Ilahi dan
persaudaraan yang dibangun manusia di antara mereka dalam kebenaran dan cinta. Cinta kepada sesama tidak
terpisahkan dengan cinta kepada
Allah.
Pribadi manusia harus menjadi prinsip, subjek dan tujuan
dari semua institusi sosial.
Masyarakat tertentu, seperti keluarga dan komunitas sipil, perlu bagi pribadi manusia. Beberapa
asosiasi lainnya, baik pada level nasional
maupun internasional, juga bisa membantu, tetapi perlu menghormati
prinsip subsidiaritas.
Prinsip subsidiaritas menyatakan bahwa komunitas pada level
yang lebih tinggi tidak
boleh mengambil alih tugas komunitas pada level yang lebih rendah dan mengambil
otoritasnya. Namun jika ada kebutuhan, komunitas yang levelnya lebih tinggi
wajib mendukungnya.
Masyarakat
manusia yang autentik menuntut hormat untuk keadilan, hierarki nilai-nilai yang
adil, dan subordinasi dari dimensi material dan naluriah kepada dimensi
batiniah dan rohaniah. Secara khusus, jika dosa sudah menyelewengkan suasana
sosial, perlulah menyerukan pertobatan hati dan memohon rahmat Allah untuk
memperoleh perubahan sosial yang betul-betul berguna bagi pribadi dan seluruh
masyarakat. Cinta kasih yang menuntut dan memungkinkan praktek keadilan adalah
perintah sosial yang paling agung.
PARTISIPASI
DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Setiap
komunitas manusia membutuhkan otoritas yang sah untuk menjaga keteraturan dan
memberikan sumbangan untuk mewujudkan kebaikan umum. Dasar otoritas itu
terletak dalam kodrat manusia karena berhubungan dengan tatanan yang ditetapkan
oleh Allah.
Otoritas
dilaksanakan secara sah jika bertindak demi kebaikan umum dan menggunakan
sarana yang bisa dibenarkan secara moral untuk mencapainya. Karena itu, rezim
politik harus ditentukan oleh keputusan bebas dari warga negaranya. Mereka
harus menghormati prinsip ”aturan hukum” (rule of law) tempat hukum yang
berkuasa, bukan kehendak sewenang-wenang dari beberapa orang. Hukum yang tidak
adil dan peraturan-peraturan yang bertentangan dengan tatanan moral itu tidak
mengikat bagi suara hati.
Yang
dimaksud dengan kebaikan umum ialah semua kondisi kehidupan sosial yang memungkinkan
orang-orang sebagai kelompok atau individu mencapai kesempurnaan (kebahagiaan)
mereka sendiri.
Kebaikan
umum ini meliputi hormat dan pengakuan akan hak-hak fundamental pribadi,
perkembangan hal-hal rohani dan jasmani pribadi dan masyarakat, damai dan
keamanan bagi semua.
Realisasi paling lengkap dari kebaikan umum ini dapat
ditemukan dalam komunitas politik yang
membela dan mengembangkan kebaikan warga mereka dan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat tanpa melupakan
kebaikan universal seluruh
keluarga manusia.
Semua orang menurut tempat dan peranan yang mereka punyai
dapat berpartisipasi dalam mengusahakan kebaikan umum, yakni dengan menghormati hukum yang adil dan melaksanakan tugas
di tempat dia mempunyai tanggung jawab, misalnya
mengurus keluarga dan komitmen pada pekerjaannya sendiri. Para warga negara juga wajib berpartisipasi aktif
dalam kehidupan publik sejauh itu mungkin.
KEADILAN SOSIAL
Masyarakat menjamin keadilan sosial jika menghormati
martabat dan hak pribadi sebagai
tujuan dari masyarakat itu sendiri. Kecuali itu, masyarakat melaksanakan keadilan sosial, yang
berhubungan dengan kebaikan umum dan pelaksanaan
otoritas, jika menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan asosiasi-asosiasi dan individu untuk
mendapatkan apa yang menjadi hak mereka
Semua pribadi mempunyai martabat dan hak fundamental yang
setara karena mereka diciptakan
menurut gambaran Allah yang satu, dilengkapi dengan jiwa rasional yang sama, mempunyai kodrat dan asal usul yang sama,
dan dipanggil dalam Kristus,
satu-satunya juru selamat, menuju kebahagiaan ilahi yang sama.
Terdapat ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang penuh dosa
yang menimpa jutaan manusia.
Ketidaksetaraan ini sangat bertentangan dengan Injil, berlawanan dengan keadilan, dengan martabat
pribadi manusia, dan dengan perdamaian. Tetapi, ada beberapa perbedaan di antara orang-orang karena beberapa
faktor yang termasuk dalam rencana
Allah. Allah menghendaki agar setiap orang menerima apa yang dia butuhkan dari orang lain dan dari
mereka yang dilengkapi dengan kemampuan khusus
supaya membaginya dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan semacam itu mendorong, bahkan memaksa orang,
untuk mempraktekkan kemurahan hati, kebaikan,
dan saling berbagi. Perbedaan-perbedaan itu juga mendorong untuk saling memperkaya budaya mereka yang
bermacam-macam.
Solidaritas, yang muncul dari persaudaraan manusiawi dan
Kristiani, pertama tama diwujudkan
dengan pembagian barang yang adil, upah kerja yang layak, dan dalam usaha yang
sungguh-sungguh untuk mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil. Keutamaan solidaritas juga
mempraktekkan saling berbagi hal-hal spiritual dari iman yang bahkan lebih
penting daripada hal-hal yang material.
188. Apa
yang menjadi panggilan kaum beriman awam? 189. Bagaimana kaum awam mengambil
bagian dalam imamat Kristus? 190. Bagaimana kaum awam mengambil bagian dalam
tugas kenabian? 191. Bagaimana mereka mengambil bagian dalam tugas rajawi? 401.
Terdiri dari apa saja dimensi sosial manusia? 402. Apa hubungan antara pribadi
dan masyarakat? 403. Apa
itu prinsip subsidiaritas? 404. Apa lagi yang dituntut untuk terciptanya
masyarakat manusia yang autentik? 405. Apa dasar otoritas sosial? 406. Bilamana otoritas itu dilaksanakan
dengan cara yang sah? 407. Apa itu kebaikan umum? 408. Apa saja yang tercakup
dalam kebaikan umum? 409. Di mana orang bisa menemukan realisasi yang paling
lengkap dari kebaikan umum ini? 410.Bagaimana seseorang dapat berpartisipasi
dalam mengusahakan kebaikan umum? 411. Bagaimana masyarakat
menjamin keadilan sosial? 412. Berdasar pada apakah kesetaraan antar manusia? 413. Bagaimana
kita harus memandang ketidaksetaraan sosial? 414. Bagaimana mewujudkan
solidaritas manusia?