Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru
A. Hidup Kekal
Sebagai Fokus
Hidup kekal melalui
Yesus Kristus merupakan ajaran sentral Perjanjian Baru. “Hidup” di sini berarti
hidup ilahi atau hidup kekal. Sebagai Pencipta, Kristus memberikan “hidup
duniawi” kepada manusia (Yoh 1:1-4), dan sebagai Penebus Ia memberikan “hidup
ilahi” dalam segala kelimpahannya (Yoh 10:10).
Ini merupakan kelanjutan dari pandangan PL
tentang hidup, tetapi dengan orientasi yang lebih kuat pada keabadian. Hidup
lebih dari sekedar "memiliki" hidup (Luk 12:15); secara paradoksal, supaya memiliki
hidup kekal, orang harus menyerahkan hidupnya kepada Yesus (Luk 14:26)
sebagaimana Ia telah menyerahkan hidupNya bagi banyak orang (Mrk 10:45). “Barangsiapa berusaha
memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan
nyawanya, ia akan menyelamatkannya” (Luk 17:33).
B. Iman pada Yesus
sebagai Sarana Hidup Kekal
Ketika menulis
Injilnya Yohanes menyatakan kepada kita: “supaya kamu
percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31). Iman pada Penyaliban dan
Kebangkitan Yesus Kristus membentuk dasar hidup kita (Yoh 3:16), dan di dalam
baptis, kita diperbolehkan ikut ambil bagian dalam hidup baru yang “datang dari
atas” (Yoh 3:3-5). Hidup kekal adalah karunia Allah bagi semua orang yang
percaya (Rm 6:23) dan yang hidup dalam Roh (Rm 8:11-13).
Di
dalam Perjanjian Baru, hidup yang ideal adalah hidup yang didasarkan pada
hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Cara hidup ini diikhtisarkan dalam Surat
Kepada Jemaat Galatia: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum
Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging,
adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:19-20). Mirip dengan itu, Paulus
menulis: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi
dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:11 ; bdk 1 Kor
15:22; Flp 1:21). Yohanes terutama menekankan bahwa hidup kekal kita bergantung
kepada Kristus: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang
kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki
Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki
hidup” (1 Yoh 5:11-12).
C. Hidup Kekal Sudah
Mulai Dari Sekarang
Hidup kekal sudah
datang kepada mereka yang beribadah kepada Allah, menaati perintah-perintahNya,
dan mengikuti Kristus, “Pemimpin kepada hidup” (Kis 3:15; bdk. Kis 5:20; 13:48;
17:25). Hidup kekal dengan demikian merupakan cicipan atas hidup yang akan
datang. Hidup ini sudah dimulai sejak baptisan, yang mendatangkan hidup baru
dalam Kristus (Rm 6:4). Hidup yang lama sudah berlalu bagi pendosa, hidup
dalam daging (Rm 8:12), dan suatu kebangkitan telah terjadi di dalam jiwa (Rm
6:13) yang mengantisipasi kebangkitan tubuh (Rm 8:11).
Hidup kekal yang sepenuhnya akan dimiliki
di surga, yang disebut Kitab Suci “hidup yang sebenarnya” (1 Tim 6:19),
tetapi kita sudah mempunyai suatu bagian di dalam hidup kekal itu melalui karya
sakramental Gereja: ''Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai
hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53).