Kitab Kejadian adalan kitab pertama
dalam Kitab Suci. Kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani dikenal sebagai bere’sit, artinya “Pada awal mulanya”.
Versi Kitab Suci bahasa Yunani Septuaginta
menyebut kitab ini genesis, artinya
“asal-mula” atau “kelahiran”; kitab suci Vulgata berbahasa Latin dan
terjemahan bahasa Inggris mengikuti Septuaginta. Judulnya pas, karena kitab
itu berkaitan dengan berbagai asal-mula, asal-mula alam, asal mula kehidupan,
asal mula manusia, asal mula dosa, dan asal mula bangsa pilihan. Di sepanjang
kitab, Kejadian menunjukkan kasih Tuhan yang menyelenggarakan segala sesuatu
ketika Ia membimbing sejarah manusia menurut maksud dan tujuan keselamatan
dariNya. Tujuan kitab Kejadian dengan demikian adalah menggambarkan asal mula
bangsa Israel yang paling uwal: perjanjian antara Allah dan ciptaan, Adam, Nuh
dan Abraham; dan peristiwa-peristiwa perdana dalam sejarah keselamatan yang
mengarah pada perjanjian Sinai di dalam kitab selanjutnya.
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
A. Musa, Pengarang Menurut Tradisi
B. Bukti Dari Luar Sejalan dengan Musa
|Sebagai Pengarang
II. Isi
III. Struktur dan Tema
A. Perjanjian dalam Kitab Kejadian
B. Pentingnya Kebenaran Sejarah Awal
C. Sejarah Para Bapa bangsa
D. Tipologi yang Terpenuhi Dalam Kristus
I. Pengarang dan Waktu Penulisan
A. Musa, Pengarang Menurut Tradisi
Kitab Kejadian
tidak mencantumkan nama pengarangnya. Namun baik tradisi Yahudi maupun Kristen
sama-sama menganggap Musa sebagai pengarang kelima kitab Taurat, atau
Pentateuch, termasuk kitab Kejadian. Pada abad kedelapanbelas dan kesembilanbelas, banyak ahli mulai
menolak Musa sebagai pengarang kelima kitab Taurat. Mereka melihat kitab itu
sebagai himpunan berbagai tradisi yang berbeda, yang bahkan bertentangan, sehingga mereka beranggapan
bahwa ada banyak penulis dari masa dan tempat yang berbeda . Namun selanjutnya dan sekarang, sebagian ahli
menolak teori itu, dan pandangan tradisional bahwa Musa adalah pengarang
kitab ini masih besar pengaruhnya.
Tradisi yang bertahan lama bahwa Musa
pengarang kitab Kejadian tidak mengatakan bahwa dialah yang menuliskan setiap
kata dalam kitab ini. Namun kisah inti dari kitab Kejadian berasal dari Musa
pada abad kelimabelas SM (atau mungkin abad ketigabelas SM). Musa dianggap
menghimpun, menyunting dan mengatur susunan berbagai catatan dan arsip keluarga
serta menyampaikannya dalam tradisi lisan.
B. Bukti Dari Luar Sejalan dengan Musa Sebagai
Pengarang
Perbandingan
dengan kesusasteraan Timur Dekat menunjukkan bahwa teori tentang Musa sebagai
pengarang kitab Kejadian adalah selaras dengan apa yang kita ketahui tentang
zamannya. Bagian-bagian awal kitab Kejadian misalnya menunjukkan banyak
keserupaan dengan kisah-kisah penciptaan dan banjir besar yang terdapat di
Mesopotamia kuno pada awal milenium kedua SM, misalnya daftar Raja Sumeria,
Kisah Banjir Sumeria, Epika Atrahasis, Enuma Elish, dan Epika Gilgamesh. Begitu
pula kisah para bapa bangsa yang terdapat dalam kitab Kejadian 12-50
menunjukkan suatu dunia yang konsisten dengan apa yang kita ketahui tentang
Timur Dekat pada milenium kedua SM (bdk Kej 11:31; 12:4-5.10; 13:1; 24:10;
28:6-7; 37:28) seperti halnya situasi
politik yang kompleks yang sering terjadi di Mesopotamia sebelum tahun 1700 SM
(bdk Kej 14:1-4). Aspek-aspek dari teks-teks tersebut di atas memang tidak
membuktikan dengan sangat pasti bahwa Musalah pengarang kitab Kejadian, namun
mereka seolah memperlihatkan bahwa kitab yang asli berasal dari zaman Musa.
II. Isi
I. Riwayat Permulaan (1:1-11:32)
A. Kisah Penciptaan (1:1-2:3)
B. Penciptaan dan Dosa Adam dan Hawa
(2:4-3:24)
C. Ketuirunan Adam (4:1-5:32)
D. Kisah Air Bah (6:1-9:19)
E. Keturunan Nuh (9:20-10:32)
F. Menara Babel (11:1-9)
G. Keturunan Sem (11:10-32)
II. Riwayat Para Bapa bangsa (12:1-50:26)
A. Kisah Abraham (12:1-23:20)
B. Kisah Ishak (24:1-26:35)
C. Kisah Yakub (27:1-36:43)
D. Kisah Yusuf (37:1-48:22)
E. Kematian dan Pemakaman Yakub (49:1-50:14)
F. Pengampunan Dari Yusuf dan Kematiannya
(50:15-26)
III. Struktur dan Tema
A. Perjanjian dalam Kitab Kejadian
Kitab Kejadian
dibagi menjadi dua bagian yang tidak seimbang. Bagian yang pertama, bab 1-11,
meliputi sejarah permulaan alam semesta dan asal-usul manusia dan orang-orang
pertama. Bagian yang kedua, bab 12-50 meliputi riwayat para bapa bangsa. Tema
pokok dalam peralihan dari bagian pertama kepada bagian kedua adalah tata
penyelenggaraan ilahi. Allah mempunyai suatu rencana bagi keselamatan umat
manusia – suatu rencana yang mulai diungkapkan melalui serangkaian perjanjian
yang meluas: dengan alam ciptaan (Kej 1:1-2:4); dengan Adam dan Hawa (Kej
2:15-17); dengan Nuh dan dunia (Kej 9:8-17) dan dengan Abraham dan keturunannya
(15:18-21; 17:1-21; 22:16-18 dst). Perjanjian dalam Kitab Kejadian merupakan
persiapan bagi perjanjian selanjutnya yang menjadikan seluruh umat manusia
keluarga Allah.
Maka Kitab Kejadian sekaligus bersifat
sejarah dan eskatologis. Di dalamnya direnungkan hari-hari permulaan
penciptaan, tetapi pandangannya juga terfokus selanjutnya pada pemenuhan janji
ilahi melalui keturunan Abraham dan bergantinya kutuk perjanjian yang dipicu
oleh dosa Adam dengan berkat perjanjian yang dibawa oleh Yesus Kristus.
B. Pentingnya Kebenaran Sejarah Awal
Komisi Kitab
Suci Kepausan memerinci kesembilan “fakta naratif” di dalam Kitab Kejadian
tanpa harus mempersoalkan “makna harfiah dan historisnya”: (1) karya penciptaan Allah atas segala sesuatu adalah permulaan waktu; (2) penciptaan manusia adalah
khusus; (3) pembentukan wanita pertama dari laki-laki; (4) kesatuan umat
manusia; (5) kebahagiaan asli leluhur kita adalah dalam keadaan yang adil,
integral dan abadi; (6) perintah ilahi yang diberikan kepada manusia untuk membuktikan
ketaatannya; (7) pelanggaran perintah ilahi terjadi atas hasutan iblis dalam
rupa ular; (8) leluhur pertama kita jatuh terpuruk dari situasi asali yang
tidak mengenal dosa; (9) janji akan seorang penebus di masa depan. Katekismus Gereja Katolik menambahkan: “Kisah
tentang kejatuhan dalam dosa dalam Kej 3. memakai bahasa kias, tetapi
melukiskan satu kejadian purba yang terjadi pada awal sejarah umat manusia”
(KGK 390).
C. Sejarah Para Bapa bangsa
Riwayat para
bapa bangsa terbentuk dari tradisi-tradisi keluarga manusia yang diturunkan
dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Arkeologi menerangi aspek-aspek
budaya, agama dan adat kemasyarakatan dari masa itu, dan membenarkan banyak
rincian pokok dari kisahnya. Adalah jelas bahwa para bapa bangsa itu pernah
hidup dan bukan sekedar tokoh legenda yang diketemukan demi peljaran moral.
Silsilah-silsilah tampak seluruhnya
sebagai tiang-tiang petunjuk berkembangnya kisah, masing-masing dimulai dengan
kata-kata “Inilah daftar keturunan...” (Kej 5:1; 6:9; 10:1; 11:10.27; 25:12.19;
36:1.9; 37:2). Silsilah ini membantu mengikuti kemajuan tata penyelenggaraan
ilahi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
D. Tipologi yang Terpenuhi Dalam Kristus
Bagi pembaca
Kristen, benang merah sejarah keselamatan yang dimulai dalam Kitab Kejadian
menemukan pemenuhannya di dalam Yesus
Kristus. Adam adalah suatu tipologi
dari manusia sempurna, yaitu Yesus Kristus, yang memulihkan kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemberontakan Adam (Kej 2-3; Rm 5:12-21). Air bah merupakan gambaran purba dari air baptis yang menyelamatkan
(Kej 6-8; 1 Ptr 3:20-21). Melkisedek, raja dan imam dari Salem yang
mempersembahkan roti dan anggur adalah tipologi Kristus raja dan imam yang
mempersembahkan Ekaristi (kej 14:17-20; Mat 26:26-29; Ibr 7:1-19). Abraham
adalah teladan besar bagi kaum yang percaya, yang imannya diteruskan oleh umat
Kristen (Kej 15:1-6; Rm 4:1-12; Gal 3:6-9). Ishak adalah tipologi Kristus: karena rela menjadi kurban demi ayahnya, ia
menjadi gambaran purba wafat dan kebangkitan Yesus, yang tidak digantikan
dengan kurban lain oleh Bapa, tetapi mati sebagai kurban kerelaan demi
penebusan semua umat manusia (Why 22:1-14; Rm 8:32; Ibr 11:17-19).