Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Perjanjian Lama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjanjian Lama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 September 2022

Kebenaran Dalam Kitab Suci

 


  

Realitas yang dengan tepat dipahami manusia atau diungkapkan oleh Tuhan melalui wahyu. Di dalam Kitab Suci, kebenaran sering dikaitkan dengan keyakinan Israel atau iman Kristen. Kebenaran agama meliputi gagasan tentang “sifat faktual” (faktanya demikian, facticity) maupun “sifat bisa dipercaya” (fidelity). Dengan kata lain, dalam peristilahan Kitab Suci (kata Ibrani emet, dan kata Yunani aletheia), kebenaran menyatakan kepada kita hal-hal sebagaimana adanya, baik sehubungan dengan Tuhan, dengan manusia, atau tata ciptaan seluruhnya, dengan cara sedemikian hingga sepenuhnya terandalkan dan dapat dipercaya. Pengenalan akan kebenaran mempunyai daya yang membebaskan kita dari sikap sinis dan skeptis serta gangguan gelombang ketidakpastian yang melanda dunia (Yoh 8:31-32).

 

1. Dalam Perjanjian Lama

“Kebenaran” dalam Perjanjian Lama menunjukkan sifat tetap terus menerus, setia, dan sesuatu yang berharga bagi iman dan harapan kita (Kej 24:27; 47:29; Yos 2:14; 2 Sam 2:6; 15:20; 2 Raj 20:19; Hos 2:20). Perjanjian Lama menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber segala kebenaran dan menjamin segala perkataan, janji dan kesetiaan, yang “dari angkatan ke angkatan turun temurun” (Mzm 119:90; bdk Mzm 31:5; 119:142; Yer 10:10). Sabda/firman Tuhan adalah benar; sesungguhnya, sabda/firman  Tuhan merupakan norma kebenaran (2 Sam 7:28; Mzm 119:89). Kebenaran adalah hikmatNya dan perintahNya dan pemerintahanNya atas segala ciptaan (Ams 8:7; bdk Keb 13:1-9).

      Karena Tuhan adalah kebenaran, barangsiapa hidup dalam kesetiaan pada |Dia dikatakan hidup dalam kebenaran dan menjadi saksi kebenaran. Maka perintah yang kedelapan melarang “bersaksi dusta” (Kel 20:16; Ul 5:20) (KGK 2471-2473). Ada kebenaran yang harus dipamahi melalui pemeriksaan fakta dan kejadian (Ul 17:4; 1 Raj 10:6). “Benar” juga merupakan ciri seorang pribadi. “Suruhlah seorang dari padamu untuk menjemput adikmu itu, tetapi kamu ini harus tinggal terkurung di sini. Dengan demikian perkataanmu dapat diuji, apakah benar” (Kej 42:16).

 


II. Dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru kebenaran mempunyai makna yang sama, seperti dalam Perjanjian Lama, namun dipengaruhi oleh filsafat Yunani sehingga lebih bersifat intelektual; yaitu suatu realitas yang dipahami oleh pikiran. Pemahaman konkret akan kebenaran sebagai yang bersifat stabil dan dapat diandalkan masih tetap ada (2 Kor 7:14), terutama dalam kaitan dengan Tuhan (Rm 3:7; 15:8; 1 Ptr 5:12). Namun pengertian abstrak dari “kebenaran”, persepsi yang tepat atas realitas, juga sangat penting bagi para penulis Perjanjian Baru (Mrk 5:33; Yoh 5:34; 16:7.13; 19:35; Kis 26:25; Rm 9:1; 2 Kor 12:6; Ef 4:25).

      Perjanjian Baru menyatakan bahwa dalam Yesus Kristus seluruh kebenaran Allah diungkapkan, sebab Yesus adalah kebenaran (Yoh 1:14; 8:12). “Akulah jalan, dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Dengan mengikuti Yesus, para murid dibimbing oleh Roh Kudus pada seluruh kebenaran, “Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh 16:13).

      Iman Kristen adalah kebenaran (Gal 2:5; Ef 1:13) dan kaum beriman dituntut supaya hidup sepadan dengan iman atau kebenaran itu, -- sebab, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran” (1 Yoh 1:6). Untuk menemukan kebenaran ini, seseorang hanya perlu percaya kepada Injil (1 Tim 2:4), “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.'' (Yoh 8:32; bdk Yoh 17:17) (KGK 1741). Kemerdekaan ini adalah niscaya oleh kekuatan Kristus, dab kemerdekaan itu menimbulkan transformasi batin pada seseorang dalam perjumpaan kemerdekaan itu dengan kebenaran (Yak 1:18; 1 Ptr 1:22; 2 Ptr 1:12) (KGK 215-217; 2465-2492).



Sumber: Scott Hahn, Catholic Bible Dictionary,