Pada 5 Oktober Paus Fransiskus menerima kunjungan anggota Komisi
Internasional Methodist-Roman Catholic (MERCIC). Komisi, yang mulai bekerja
sejak 1967 terus menerus melakukan pertemuan dan kali ini di Roma di Casa Maria
Immacolata untuk pleno pertama dari dialog putaran ke-12. Komisi ditemani Kardinal
Kurt Koch, Prefek Dikasteri untuk Memajukan Kesatuan Kristiani.
Salah satu ketua Komisio itu dari Katolik Mgr Shane
Mackinlay dari Dioses Sandhurst, Australia, menyampaikan laporan kerja Komisi
yang sekarang fokus pada misi dan sinodalitas dan khususnya tentang cara misi melakukan
perumusan ajaran. Tanggapan dari ketua Methodist, Revd Professor Edgardo
Colón-Emeric, melaporkan kepada Paus Fransiskus penyelesaian putaran dialog
ke-11, tentang Allah dalam Kristus yang melakukan Rekonsiliasi: Di Jalan Menuju
Persekutuan Penuh dalam Iman, Sakramen, dan Misi. Paus Fransiskus menyambut
dengan renungan atas perumpamaan anak yang hilang, menegaskan renungan yang
terdapat dalam laporan putaran dialog ke-11 itu, bahwa baik Katolik maupun Methodists
adalah “anak-anak Bapa” yang oleh dosa menjauh dari rumah Bapa, dan sekarang
keduanya ingin pulang kembali kepada Bapa demi mendapatkan persatuan dalam iman
dan hidup sakramental.
Anggota MERCIC dari pihak Katolik: Mgr Shane Mackinlay (Ketua),
Australia; RD Anthony Currer (Secretaris), Dikasteri untuk Memajukan Persatuan
Kristiani; Dr Catherine E. Clifford, Kanada; RD Dr Gerard Kelly, Australia; RP
Dr Jorge Scampini, OP, Argentina; Dr Clare Watkins, Inggris; Suster MarySylvia
Nwachukwu, DDL, Nigeria; RP Daniel Franklin Pilario, CM, Filipina; dan RP
Martin Browne, OSB, Irlandia.
Para anggota Methodist : Revd Dr Edgardo Colón-Emeric, (Ketua)
AS; Revd Matthew A. Laferty (Secretaris), Biro Ekumenis Methodist Roma; Dr Jung
Choi, Korea/AS; Dr Geordan Hammond, Inggris; Bishop Lizette Gabriel Montalvo,
Puerto Rico; Revd Dr Glen O’Brien, Australia; Revd Dr Hermen Shastri, Malaysia;
and Professor Lilian Cheelo Siwila, Afrika Selatan.
&&&
Telegram Paus Fransiskus melalui Kardinal Sekretaris Negara untuk
para korban serangan atas panti penitipan anak-anak di Uthai Sawan (Thailand),
07.10.2022
TO THE APOSTOLIC NUNCIATURE IN THAILAND
DEEPLY SADDENED TO LEARN OF THE HORRIFIC ATTACK THAT TOOK
PLACE AT A CHILD-CARE CENTRE IN UTHAI SAWAN, HIS HOLINESS POPE FRANCIS OFFERS
HIS HEARTFELT CONDOLENCES AND THE ASSURANCE OF HIS SPIRITUAL CLOSENESS TO ALL
THOSE AFFECTED BY THIS ACT OF UNSPEAKABLE VIOLENCE AGAINST INNOCENT CHILDREN.
IN IMPLORING DIVINE HEALING AND CONSOLATION UPON THE INJURED AND THE GRIEVING
FAMILIES, HIS HOLINESS PRAYS THAT, IN THIS HOUR OF IMMENSE SADNESS, THEY MAY
DRAW SUPPORT AND STRENGTH FROM THE SOLIDARITY OF THEIR NEIGHBOURS AND FELLOW
CITIZENS. UPON ALL THE BELOVED THAI PEOPLE, THE HOLY FATHER INVOKES THE
BLESSINGS OF PEACE AND PERSEVERANCE IN EVERY GOOD.
CARDINAL PIETRO PAROLIN - SECRETARY OF STATE
(Kepada Nunsio Apostolik di Thailand. Sangat bersedih
setelah mengetahui terjadinya serangan mengerikan atas panti penitipan anak-anak
di Uthai Sawan. Yang mulia Paus Fransiskus menyampaikan ucapan dukacita setulus
hati dan simpati sedalam-dalamnya kepada mereka yang terdampak oleh kekerasan
yang tak terperikan atas anak-anak yang tidak bersalah. Seraya memohonkan
penyembuhan ilahi atas mereka yang luka-luka dan penghiburan bagi keluarga yang
berduka, Paus Fransiskus berdoa agar dalam masa berkabung ini, mereka mendapat
bantuan dan kekuatan dari solidaritas para tetangga dan sesama warganegara.
Untuk rakyat Thailand Bapa Suci memohonkan rahmat perdamaian dan bertekun dalam
segala kebaikan).
Pada hari Kamis 6 Oktober 2022 seorang mantan anggota
kepolisian Thailand yang sedang diadili atas tuduhan terkait narkoba mengamuk,
menembaki dan membunuh 36 anak dan guru di suatu panti penitipan anak-anak di
Uthai Sawan. Selanjutnya penyerang itu bunuh diri setelah lebih dulu membunuh
isteri dan anak-anaknya di rumahnya.
&&&
KASUS-KASUS USKUP YANG MELAKUKAN PELECEHAN SEKSUAL
Vatikan terus dihujani kecaman karena lamban menangani
kasus-kasus Uskup yang melakukan pelecehan seksual pada anak-anak. Kasus Uskup Ximenes
Belo dari Timor Leste menyebabkan para wartawan mengungkap kembali deretan kasus-kasus
antara lain mantan kardinal Theodore McCarrick (Washington, AS), Uskup Gustavo Zanchetta (Oran, Argentina), Uskup
Franz-Josef Bode (Osnabruck, Jerman), Uskup Rick Stika (Knoxville, Tennessee,
AS), dan beberapa lainnya. Setelah dikeluarkannya Pedoman Penanganan Pelecehan
Seksual oleh Kongregasi Ajaran Iman 2020 mestinya dilakukan pemeriksaan yang
berbeda dan lebih tegas, namun nyatanya yang terjadi tetap sama dan tidak ada
perubahan. Tindakan Vatikan dianggap lebih memedulikan martabat sakramen
tahbisan saja dan masa depan saja, tidak peduli aspek pidana kejahatan masa lalu dan nasib pada para korban terbukti
dari perlakuan yang lunak sebatas restriksi (larangan) berupa tahanan rumah,
suspensi (kasus Belo), dan laikisasi pelaku (kasus Ted McCarrick), tanpa
hukuman yang sepadan dan berkeadilan.