Di tempat lahirnya Teologi Pembebasan, jumlah umat Katolik mengalami tanah longsor dalam 50 tahun terakhir dan menimbulkan keprihatinan. Pada tahun 1970, 95% penduduk Brazil adalah Katolik. Pada tahun 2010 merosot jadi 65%. Pada tahun lalu (2022) umat Katolik tinggal 51 % dari jumlah penduduk. Diperkirakan beberapa tahun lagi umat Katolik Brazil akan berbalik jadi minoritas.
Pada tahun 1970, umat Protestan Evangelis dan Pentakostal hanya 4% dari jumlah penduduk, berkembang jadi 22% pada 2010; pada tahun 2022 jumlah mereka melonjak jadi 31% dari jumlah penduduk Brazil. Kemajuan Protestan (Evangelis dan Pentakostal) Brazil diperkirakan karena perpindahan dari umat Katolik yang konon katanya "menemukan Gereja yang lebih membantu jemaat".
Lebih dari 63% umat Katolik adalah kaum miskin yang tinggal di daerah-daerah kumuh (pavella). Mereka sibuk mencari rezeki dan menjauhkan diri dari politik. Sementara umat Protestan justru makin menguatkan posisi mereka dalam politik dan perjuangan politik mereka menarik perhatian makin banyak rakyat. Partisipasi Protestan dalam politik Brazil telah mengantar kebijakan Brazil dengan semangat kapitalisme Protestan dan kekuatan investasi ikut terjun dalam pasar global dan mendapat tempat serta membesarkan pengaruh semasa pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro (2018-2022). Karenanya citra pemerintahan Jair Bolsonaro disebut ultra-kanan. Terlebih karena kebijakan-kebijakan diwarnai oleh etika agama. Simpati rakyat berangsur-angsur beralih kepada Partai Buruh.
Dalam Pemilu Oktober 2022 Presiden Jair Bolsonaro yang ingin tetap berkuasa sekali lagi dan mempunyai hubungan erat dengan Donald Trump dari AS, terganjal dan kalah dari Partai Buruh yang non-agamis dan berwarna sosialis yang mengantar Lula menjadi Presiden baru untuk Brazil.
Pada awal Januari 2023 President Luiz InĂ¡cio Lula da Silva dilantik, sedang Jair Bolsonaro yang harus lengser berkunjung ke Florida, AS. Namun pada 6 Januari 2023 pendukung fanatik Jair Bolsonaro mengepung gedung-gedung pemerintahan dan mengisolasi istana kepresidenan untuk mencegah Lula memasuki kantornya.
Aksi itu dikecam keras dunia yang menghendaki demokrasi dihormati dan pergantian kekuasaan dijalankan secara damai.
Kaum konservatif meminta militer melakukan kudeta untuk menempatkan kembali Jair Bolsonaro ke kursi presiden.
Namun militer Brazil justru memukul mundur para demonstran ilegal dan menahan lebih dari 400 orang provokator untuk diadili.
Presiden Lula berjanji melaksanakan prosedur hukum yang adil atas mereka.
Di tengah kemelut politik yang menarik perhatian seluruh dunia, umat Katolik Brazil tampaknya acuk tak acuh, tidak ikut ambil bagian ....