Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Terbang Buta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terbang Buta. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 September 2022

Suatu Perspektif Ayb 3:1-3.11-17.20-23

 Bambang Kussriyanto

Pilot yang melakukan penerbangan malam menyebut teknik “terbang buta”. Mereka tidak melihat semua yang di luar pesawat, melainkan fokus pada alat-alat navigasinya. Mereka memastikan untuk mencapai tujuan dengan cara itu. Begitu pula masinis kereta api yang membawa rangkaian keretanya memasuki terowongan panjang. Visi terowongan hanyalah menjaga alat navigasi membawa perjalanan ke mulut terowongan di depan sana di mana terang memancar memberi cahaya cerah untuk semua.

Kepahitan hati atas rangkaian kemalangan dalam hidup dapat membawa kita pada penyelesaian yang mudah: mati saja. Kita bisa berandai-andai bahwa lebih baik mati dalam kandungan ibu dan jangan pernah dilahirkan dan melihat cahaya, hanya untuk mengalami hidup penuh derita. Tetapi nyatanya kita lahir dan hidup dan mendapatkan pengalaman hidup melalui penderitaan. Kita mengalami gelap malam dan terowongan panjang dalam perjalanan hidup kita. Sesungguhnya perjalanan hidup yang dikaruniakan pasti mempunyai tujuan, maka yang diperlukan adalah berpegang pada tujuan itu. Perjalanan bergerak ke depan dan tidak ada jalan berputar atau titik balik untuk kembali pada permulaan, berandai-andai tidak dilahirkan. Pengalaman kegelapan hidup dan terowongan derita memang bisa melahirkan sikap pesimis. Tetapi pilot dan masinis memberi inspirasi kepada kita untuk terbang buta dan memberi visi terowongan yang fokus pada tujuan perjalanan, selebihnya diserahkan kepada penyelenggaraan ilahi. Yang diperlukan adalah kesabaran, yang tak jarang sangat luar biasa, ditopang pengharapan iman yang menguatkan, dalam menanggung kegelapan dan lorong panjang derita, agar sampai pada Sang Cahaya yang memberi hidup, Tuhan. Dalam kesabaran dan pengharapan itu, kepahitan hati dapat dibuat tawar. Kegalauan jadi ketenangan.

“Jangan takut. Ini Aku”, kata Yesus ketika para murid di dalam perahu yang terombang-ambing dalam kegelapan, diancam badai dan gelombang. Tuhan pada waktunya menenangkan badai dan membuat air menjadi tenang, dan pagi datang membawa cahaya.