Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Surat Kepada Jemaat Galatia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Surat Kepada Jemaat Galatia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 September 2022

GALATIA DAN SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT GALATIA

 Sebagian teman menyiapkan renungan untuk doa Rosario bulan Oktober. Ada yang meminta penjelasan singkat tentang Galatia dan Surat Paulus kepada Jemaat Galatia, yang merupakan bacaan pertama antara 3-12  Oktober 2022, (seluruh hari biasa pekan ke XXVII dan tiga hari biasa pekan ke XXVIII tahun genap). Semoga ikhtisar berikut ini bermanfaat.



Galatia

Bahasa Yunani Galatia. Suatu provinsi Roma di kawasan Asia Kecil tengah. Sudah sejak lama merupakan kawasan bangsa Keltik yang dikenal sebagai orang-orang Galatia, yang menyerbu daerah itu pada abad ketiga SM. Sekitar tahun 25 SM, kawasan itu ditaklukkan bangsa Roma dan dijadikan bagian dari Kekaisaran Roma asebagai  Provinsi Galatia, dengan ibukotanya Ankira. Perbatasan daerah itu tidak pasti, meliputi kawasan Pamfilia dan Pisidia. Perbatasan yang tidak jelas itu menimbulkan kesulitan dalam menentukan siapa sebenarnya alamat Surat Paulus yang ditujukan  “kepada Jemaat Galatia” (Gal 1:2; 1 Kor 16:1). Namun diketahui bahwa Paulus mewartakan Injil di sebelah selatan Galatia (Kis 16:6; 18:23) dan Petrus tampaknya mengirimkan suratnya yang pertama kepada khalayak yang meliputi Galatia utara (1 Ptr 1:1).

 


Galatia, Surat Kepada Jemaat

Sepucuk surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Galatia untuk menangkal pendapat-pendapat yang ingin me-yahudi-kan jemaat dan merongrong wibawanya; surat ini menegaskan asal-usul wewenang dan ajaran Paulus yang berasal dari Tuhan, dan menyatakan bahwa pembenaran bukan didapat melalui Hukum Musa, melainkan melalui iman dalam Kristus, serta mendorong praktik-praktik yang selaras dengan nasehat injili,terutama amal kasih.

 

I.                   PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN

Baris pertama surat ini menyatakan bahwa penulisnya adalah Paulus (1:1), sedang penutupan surat menegaskan bahwa surat ini ditulis dengan tangannya sendiri (Gal 6:11). Maka, bahwa Paulus adalah pengarang surat ini tidak pernah dipermasalahkan secara serius.

      Soal waktu penulisan surat ini agak rumit.  Paulus menyampaikan salam kepada “jemaat-jemaat di Galatia” dan menyebut “jemaat-jemaat Galatia”, tetapi sebenarnya orang-orang Galatia manakah yang menjadi alamat surat ini? Provinsi Galatia pada masa Paulus merupakan suatu wilayah yang sangat luas di Asia Kecil. Perkataan “jemaat-jemaat Galatia” mungkin merujuk kepada etnik Galatia di Galatia utara, tetapi sebutan itu mungkin juga merujuk kepada mereka yang tinggal di dalam batas-batas provinsi, baik di utara maupun di selatan.

      Kisah Para rasul merekam kegiatan Paulus mewartakan Injil di kota-kota Galatia sebelah selatan selama perjalanan misinya yang pertama (Kis 13:13 – 14:24) dan mungkin ia juga berusaha memasuki kota-kota di Galatia utara dalam perjalanan misinya yang kedua (Kis 16:6). Maka waktu penulisan surat terutama bergantung kepada waktu kunjungan Paulus ke Yerusalem yang disebutkan dalam Gal 2;1-10. Para ahli yang lebih menyukai waktu penulisan yang lebih awal dari surat ini menyatakan bahwa Paulus merujuk pada kunjungan yang disebutkan dalam Kis 11:29-30, sementara mereka yang menyukai waktu penulisan yang lebih kemudian menyatakan bahwa Paulus mengingat Konsili Yerusalem dalam Kis 15:1-29 yang diselenggarakan pada tahun 49 M. Argumen yang terakhir itu rasanya lebih meyakinkan, sehingga yang paling aman adalah menetapkan waktu penulisan surat ini awal tahun 50 M.

 

II.                ISI

I.        Salam (1:1-5)

II.     Injil Palsu (1:6-9)

III.   Wewenang Rasul Paulus (1:10-2:21)

A.     Tuduhan Pada Paulus (1:10-24)

B.     Paulus dan Rasul-rasul (2:1-11)

C.     Paulus dan Petrus di Antiokhia (2:12-14)

D.    Yahudi dan Bangsa Lain (2:13-21)

IV.   Hukum dan Iman(3:1-4:31)

A.     Mengingatkan Pengalaman Jemaat (3:6-18)

B.     Perjanjian Abraham (3:6-18)

C.     Maksud dari Hukum (3:19-28)

D.    Kedewasaam Kristen (4:1-20)

E.     Pelajaran tentang Sara dan Hagar (4:21-31)

V.     Kebebasan Kristen (5:1-6:10)

A.     Hakekat Kebebasan Kristen (5:1-15)

B.     Hidup dalam Roh (5:16-26)

C.     Memikul Beban (6:1-10)

VI.   Ajakan dan Berkat (6:11-18)

 

III.             MAKSUD DAN TEMA

Jemaat Galatia diliputi ketegangan. Lawan-lawan Paulus menentang wewenangnya sebagai rasul. Lawan-lawan ini disebut fanatik Yahudi yang menuntut agar orang Kristen bangsa lain mengikuti peraturan  ritual Hukum Musa, terutama Sunat, yang oleh kaum fanatik Yahudi itu dianggap persyaratan menjadi Kristen sepenuhnya (Gal 4:10; 5:2-12; 6:13). Mereka menyangkal bahwa “dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Sebaliknya, mereka terus memertahankan tuntutan Perjanjian Lama. Keberhasilan orang-orang fanatik Yahudi itu memaksa Paulus menulis surat ini, yang membela wewenangnya sendiri dan membantu jemaat Galatia menghindar dari cara hidup yang keliru (3:1-4).

      Dengan keras Paulus membela dirinya sendiri dan Injil. Ia berangkat dengan pernyataan keheranannya bahwa ajaran palsu kaum fanatik Yahudi itu mendapat tempat di kalangan jemaat Galatia (1:6-10), lalu ia beranjak pada pembelaan kerasulannya yang berasal langsung dari Kristus (1:11-17) dan yang dilakukan atas pengakuan dari para pemimpin Gereja (2:1-10).

      Paulus kemudian masuk dalam inti percakapannya: manusia diselamatkan oleh iman dalam Yesus Kristus dan bukan oleh kepatuhan pada Hukum Yahudi (3:15-20). Ia menyatakan bahwa sejak awal jemaat Galatia sudah menerima Roh dari iman (3:1-5). Tak seorang pun dibenarkan di hadapan Tuhan karena Hukum, sebab Hukum menyebabkan orang menjadi jelas berdosa (3:10-14). Hukum adalah persiapan bagi keselamatan, dan keselamatan itu sekarang diperoleh melalui Kristus (3:19-21). Hukum menjadi wali pembimbing sementara saja selama kita menjadi minimalis yang miskin secara rohani; tetapi sekarang kita adalah ahli waris bersama Kristus, dan kita tidak lagi memerlukan wali pembimbing itu (3:23-29). Kristus telah menebus kita dari kutuk Hukum dan membebaskan kita dari perbudakan akibat Hukum (4:1-11).


      

Yang hendak dijelaskan Paulus adalah kontras antara Perjanjian Baru dengan Perjanjian Lama yang menjadi pendahulunya, dengan contoh utama dalam hal sunat. Sunat dipertahankan kaum fanatik Yahudi sebagai cara memasuki perjanjian Allah dengan Abraham (Kej 17:9-14) dan keluarga Israel (Im 12:3). Namun Paulus menegaskan bahwa Perjanjian Baru telah menyisihkan tuntutan Hukum Musa, termasuk sunat. Menurut Paulus, Kristus “telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita” (Gal 3:13). Dengan wafayNya di salib, Kristus menanggung kutuk dari Perjanjian Lama. Kristus telah mengesahkan Perjanjian Baru, dan dengan itu Ia telah memenuhi perjanjian Abraham sebagai berkat bagi segala bangsa  dan menghentikan perjanjian Musa. Maka Paulus mengutip teladan Abraham sebagai teladan klasik pembenaran oleh iman bagi kaum beriman (3:6-9). Melalui Kristus, “mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham” (3:7). Paulus menulis: “Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (4:4-5).


Bambang Kussriyanto (Sumber: Scott Hahn)