Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Hidup kekal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hidup kekal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 November 2022

HIDUP KEKAL

 

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru

A.  Hidup Kekal Sebagai Fokus

Hidup kekal melalui Yesus Kristus merupakan ajaran sentral Perjanjian Baru. “Hidup” di sini berarti hidup ilahi atau hidup kekal. Sebagai Pencipta, Kristus memberikan “hidup duniawi” kepada manusia (Yoh 1:1-4), dan sebagai Penebus Ia memberikan “hidup ilahi” dalam segala kelimpahannya (Yoh 10:10).

      Ini merupakan kelanjutan dari pandangan PL tentang hidup, tetapi dengan orientasi yang lebih kuat pada keabadian. Hidup lebih dari sekedar "memiliki" hidup (Luk 12:15); secara paradoksal, supaya memiliki hidup kekal, orang harus menyerahkan hidupnya kepada Yesus (Luk 14:26) sebagaimana Ia telah menyerahkan hidupNya bagi banyak orang (Mrk 10:45).  Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya” (Luk 17:33).

 


B.  Iman pada Yesus sebagai Sarana Hidup Kekal

Ketika menulis Injilnya Yohanes menyatakan kepada kita: “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31). Iman pada Penyaliban dan Kebangkitan Yesus Kristus membentuk dasar hidup kita (Yoh 3:16), dan di dalam baptis, kita diperbolehkan ikut ambil bagian dalam hidup baru yang “datang dari atas” (Yoh 3:3-5). Hidup kekal adalah karunia Allah bagi semua orang yang percaya (Rm 6:23) dan yang hidup dalam Roh (Rm 8:11-13).

      Di dalam Perjanjian Baru, hidup yang ideal adalah hidup yang didasarkan pada hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Cara hidup ini diikhtisarkan dalam Surat Kepada Jemaat Galatia: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:19-20). Mirip dengan itu, Paulus menulis: “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rm 6:11 ; bdk 1 Kor 15:22; Flp 1:21). Yohanes terutama menekankan bahwa hidup kekal kita bergantung kepada Kristus: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (1 Yoh 5:11-12).

 

C.  Hidup Kekal Sudah Mulai Dari Sekarang

Hidup kekal sudah datang kepada mereka yang beribadah kepada Allah, menaati perintah-perintahNya, dan mengikuti Kristus, “Pemimpin kepada hidup” (Kis 3:15; bdk. Kis 5:20; 13:48; 17:25). Hidup kekal dengan demikian merupakan cicipan atas hidup yang akan datang. Hidup ini sudah dimulai sejak baptisan, yang mendatangkan hidup baru dalam Kristus (Rm 6:4). Hidup yang lama sudah berlalu bagi pendosa, hidup dalam daging (Rm 8:12), dan suatu kebangkitan telah terjadi di dalam jiwa (Rm 6:13) yang mengantisipasi kebangkitan tubuh (Rm 8:11).

      Hidup kekal yang sepenuhnya akan dimiliki di surga, yang disebut Kitab Suci “hidup yang sebenarnya” (1 Tim 6:19), tetapi kita sudah mempunyai suatu bagian di dalam hidup kekal itu melalui karya sakramental Gereja: ''Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53).