Pada hari Jumat 3 Februari 2023 saya merasa letih sekali, energi saya menurun dan terasa sangat rendah. Saya merasa tak punya greget, atau gairah kerja. Menjelang tidur saya memeriksa katup-katup energi saya dan mendapat beberapa petunjuk. Saya tidur lebih awal, dan keesokan harinya, Sabtu 4 Februari energi saya penuh kembali.
Kebiasaan memeriksa katup-katup energi saya bentuk menurut nasehat seorang ahli. Katup pertama berkaitan dengan nilai-nilai pribadi saya berkenaan dengan kegiatan harian saya. Jika saya mengerjakan sesuatu yang berkenaan dengan hal yang saya nilai tinggi, biasanya semangat saya meningkat, gairah kerja saya memancar keras, saya bekerja dengan bahagia dan tak kenal lelah. Sebaliknya jika saya mengerjakan sesuatu yang dalam urutan nilai saya rendah, semangat saya langsung drop, dan saya lesu kekurangan gairah, lebih sesuai dikatakan serba ogah. Dalam kasus kegiatan saya hari-hari belakangan, walau saya rancang pada level nilai tinggi, namun ketidaklancaran menyebabkan kinerja tidak seperti yang saya harapkan, dengan akibat semangat jadi kempis dan gairah merosot. Bahkan saya meragukan apakah hal yang saya anggap tinggi nilainya masih relevan saya perjuangkan ketika lingkungan tidak mendukung? Saya sadari terutama itulah sebab utama yang membuat saya letih.
Katup yang kedua berhubungan dengan prioritas penggunaan sumber daya. Ini menyangkut pembuatan peringkat kegiatan - masih berhubungan dengan nilai-nilai, tetapi pada tataran kegiatan praktis perlu menimbang mana kegiatan yang "seharusnya" - "mendesak" - "perlu dan harus" - dan "bisa kapan-kapan" dan "baik jika sesekali dilakukan" dan penyusunan jadwal. Semakin seharusnya atau mendesak peringkat kegiatan, makin memompa adrenalin dan membuncah energi yang tersedia. Makin mendekati kriteria bisa kapan saja dan bahkan dipandang baik jika sesekali dilakukan, energi yang tersedia untuk itu menipis. Ketika kegiatan riil ternyata berada dalam kategori buang-buang waktu tanpa hasil yang "penting", energi cenderung drop dan keletihan meningkat.
Katup yang ketiga berkait dengan jumlah dan kualitas asupan makanan untuk menopang produksi energi. Moderasi perlu karena kebanyakan makan akan bikin ngantuk dan lamban. Sebaliknya kurang makan membuat tidak cukup bahan yang diperlukan untuk level produksi energi yang sesuai dengan tuntutan kecepatan kegiatan. Untuk soal tingkat kecepatan kegiatan, irama dan konsistensi makan sangat menentukan. Dalam kasus saya, kemarin itu saya kira saya berlebihan makan (kuantitatif) dan lebih sering, tetapi kurang memerhatikan kualitasnya sehingga alih-alih meningkatkan energi, justru energi saya terkuras untuk mencerna makanan yang berat-berat yang saya konsumsi emelebihi siklus dan takaran yang biasa.
Katup yang keempat adalah menyangkut pilihan konsumsi santapan yang menunjang kinerja. Yang terbaik adalah keseimbangan asupan serat. Mekanisme peredaran mikrobiome, elektrolit, sekresi dan neurotransmisi yang mendistribusikan energi ke otak, jangan sampai menimbulkan efek rasa tertekan, depresi, kecewa, cemas khawatir, yang membuat semangat merosot. Dalam minggu ini soal tatanan menu ini sama sekali tidak saya perhatikan. Masuk akal jika saya "drained out".
Katup yang kelima moderasi perasaan, menghindari ekstrem terlalu senang atau terlalu kecewa. Walau tidak sampai mencapai ujung ekstrem, rasanya menganggap usaha saya relatif gagal perasaan negatif membuat saya melepas terlalu banyak energi sia-sia dan membuat level persediaan energi saya merosot drastis.
Hari Minggu ini saya harus merancang kembali neraca energi saya untuk minggu depan dengan lebih baik. Dengan menata ulang rencana-rencana pribadi.
Terimakasih Mas Bambang, super sekali. Ayo tetap semangat dan kreatif. Tuhan memberkati. Doa saya.
BalasHapus