Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Struktur 7 Hari Penciptaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Struktur 7 Hari Penciptaan. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Februari 2023

PENCIPTAAN DAN PENCIPTAAN KEMBALI

 


Penciptaan    

Pembuatan alam semesta, dari tiada jadi ada, oleh karya Allah.

Cerita Penciptaan di dalam Kitab Kejadian mungkin menggunakan bahasa kiasan (lihat “Kebenaran Kisah Penciptaan” di bawah nanti), tetapi sangat berbeda dari mitos –mitos penciptaan di kalangan para tetangga Israel. Di dalam mitos-mitos itu, penciptaan adalah hasil kemenangan semacam dewa atau pahlawan atas banyak dewa lain atau semacam ilah atau mahluk purbarupa, misalnya Marduk mengalahkan Tiamat, atau Baal menang atas Yaam. Dalam semua mitos ini alam semesta muncul dari bahan yang sudah ada sebelumnya, hasil dari suatu kejadian yang tidak dikehendaki atau tidak diketahui.

      Di pihak lain, kisah penciptaan menekankan keunikan dan kemahakuasaan Allah. Allah mencipta dari ketiadaan dengan kekuatan SabdaNya. Tata penciptaan yang dilakukanNya berlangsung menurut suatu urut-urutan dan mempunyai maksud yang tertentu. Semua yang diciptakanNya adalah baik (Kej 1:10).

 

I. Enam Hari Penciptaan

A. Menciptakan Bentuk

B. Mengisi Kekosongan

II. Pesan Penting dari Kisah Penciptaan

A. Segala Ciptaan Adalah Baik

B. Kita Adalah Ciptaan Istimewa, Dibuat Menurut Gambar Allah

C. Allah adalah Bapa Kita

D. Kosmos Adalah Bait Suci

III. Kebenaran Kisah Penciptaan

IV. “Penciptaan Baru”

 

I. Enam Hari Penciptaan

Pada awal mula penciptaan, “Bumi belum berbentuk dan kosong” (Kej 1:2). Ini merupakan pernyataan masalah, seperti yang dikatakan, dan selebihnya dari kisah penciptaan adalah cerita bagaimana Allah membentuk dunia dan mengisi kekosongan.

      Jika dilihat dengan cermat, bab pertama dari Kitab Kejadian menunjukkan suatu struktur sastra yang cermat. Kita dapat melihat enam hari penciptaan sebagai dua rangkaian dari tiga hari. Dalam tiga hari yang pertama, Allah menciptakan bentuk; dan dalam tiga hari yang kedua Allah memenuhi bentuk-bentuk itu dengan penghuninya. Maka ada hubungan yang sangat erat antara hari pertama dan hari keempat, hari kedua dan hari kelima, hari ketiga dan hari keenam.

 

A. Menciptakan Bentuk

1. Waktu. Pada hari pertama, Allah memisahkan terang dari gelap, menciptakan siang dan malam, sehingga Ia menciptakan waktu.

2. Ruang. Pada hari kedua, Allah menciptakan laut dan langit, menandai pemisahan-pemisahan ruang.

3. Hidup. Pada hari yang ketiga, Allah menciptakan tanah yang kering dan memenuhinya dengan tanaman, permulaan hidup.

 

B. Mengisi Kekosongan

4. Pengatur Waktu. Pada hari keempat, Allah menciptakan bintang-bintang, matahari, bulan, untuk “menguasai” siang dan malam dan menandai musim, hari dan tahun.

5. Pengatur Ruang. Pada hari kelima, Allah meciptakan mahluk-mahluk laut dan burung-burung untuk memenuhi laut dan langit (udara).

6. Pengatur Hidup. Pada hari keenam, Allah menciptakan binatang dan manusia untuk memenuhi daratan.

 Pada akhir penciptaan, Allah beristirahat dan menguduskan hari ketjuh. Hari ketujuh yang kudus ini menandakan suatu perjanjian dengan alam ciptaan (lihat Adam; KGK 288); hari itu memahkotai alam ciptaan bagaikan mahkota suatu Bait Suci.

 


II. Pesan Penting dari Kisah Penciptaan

Kontras dengan kisah penciptaan yang terjadi secara acak yang terekam sebagai bagian dari mitologi Timur Dekat, kisah Penciptaan dalam Kitab Kejadian dengan cermat menggunakan alam ciptaan untuk menyampaikan kebenaran penting tentang hubungan Allah dengan alam semesta.

 A. Segala Ciptaan Adalah Baik

“Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Pernyataan ini kita baca empat kali di dalam bab pertama Kitab Kejadian (Kej 1:12.18.21.25). Pada akhir penciptaan dikatakan, “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Pesannya jelas dan sederhana: segala ciptaan adalah baik. Segala ciptaan bukan hasil karya sesuatu yang jahat atau mahluk setengah ilahi yang tidak becus; dunia material adalah ciptaan yang baik. Dan walaupun kemudian dilukai dn dikacaukan oleh dosa Adam, alam ciptaan dipulihkan dan diperbarui dalam Yesus Kristus.

 B. Kita Adalah Ciptaan Istimewa, Dibuat Menurut Gambar Allah

Laki-laki dan perempuan diciptakan “menurut gambar Allah” (Kej 1:27), berbeda dari setiap mahluk lainnya. Tentu saja kita tidak setara dengan Allah, tetapi kita punya potensi untuk berhubungan dengan Allah dan hidup sebagai bagian dari keluarga Allah.

 C. Allah adalah Bapa Kita

“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” Allah berkata (Kej 1:26). Kata “gambar” dan “rupa” itu nanti muncul lagi ketika Adam mendapat anak Set, yang dikatakan “ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya” (Kej 5:3). Bahasa ini menunjukkan bahwa manusia berhubungan dengan Allah sebagaimana hubungan Set dengan Adam.

 D. Kosmos Adalah Bait Suci

Kitab Kejadian menggambarkan kisah penciptaan dengan istilah-istilah sakral. Menurut suatu tradisi Yahudi, Taman Eden adalah “ruang mahakudus” bagian inti yang paling suci dari bait suci kosmos yang adalah dunia (Yubile 8,19).  Cerita tujuh hari penciptaan paralel dengan kisah pembuatan Kemah Suci, yang berlangsung mengikuti tujuh perintah (Kel 40:16-33), dan pembangunan Bait Allah memerlukan waktu tujuh tahun (1 Raj 6:38). Dunia dengan demikian dipandang sebagai tempat suci kosmis yang penuh dengan kemuliaan Allah (Yes 6:3), dan Adam digambarkan sebagai imam pertama.

Lihat juga: KITAB KEJADIAN

 III. Kebenaran Kisah Penciptaan

Gereja tidak mengharuskan umat Kristen percaya apakah alam semesta tercipta dalam enam hari secara harfiah atau tidak; umat Kristen bebas untuk menafsirkan bukti ilmiah bagi mereka sendiri. Bahkan para Bapa Gereja berbeda-beda. Banyak yang menegaskan tafsiran harfiah: “enam hari” ya berarti enam hari sebagaimana hitungan kita. Namun bahkan di abad pertama pun sudah ada yang mempunyai pendapat yang berbeda. Santo Klemens dari Aleksandria mengingatkan tafsir yang harfiah: “Bagaimana penciptaan terjadi dalam waktu, sementara waktu sendiri termasuk hal-hal yang diciptakan?” (Miscellanies, 6.16). Hari-hari kita panjangnya dua puluh empat jam, tulis Santo Agustinus, tetapi “harus kita ingat bahwa hari-hari ini mengenangkan hari-hari penciptaan, tetapi tidak dalam segalanya serupa mereka” (Gen. Litt. 4.27).

      Namun kebenaran Kitab Kejadian sama sekali tidk diragukan. Kitab Kejadian mungkin menggunakan bahasa puisi dan kiasan, tetapi pesan dari bahasa itu jelas. Alam semesta adalah ciptaan Allah, dan bahwa alam ciptaan ini baik adanya. Ia diciptakan dari ketiadaan, ex nihilo, dari sama sekali tak ada apa-apa. Lebih-lebih lagi, penciptaan manusia (bagaimanapun penggambaran harfiahnya waktu itu) merupakan karya khusus Allah. Manusia diciptaakan sebagai baik dan diberi kuasa atas alam ciptaan; ia mendatangkan kejahatan dan kekacauan ke dalam dunia karena ketidaktaatan. Kebenaran-kebenaran ini merupakan aksioma dasar bagi seluruh |Kitab Suci, dan fundamental bagi iman Kristiani.

      Gereja memberikan semacam pedoman untuk memahami data ilmiah mengenai asal-usul kosmos dan manusia dalam terang ajaran Kitab Suci. Pedoman itu menolak evolusi ateistik, suatu keyakinan mengenai perkembangan membuta tanpa bimbingan Allah (lihat Pius XII, Humani Generis 35). Dan Gereja mengecam paham “poligenik”, yakni kepercayaan bahwa umat manusia berasal dari banyak leluhur (lihat Humani Generis 37).

      Kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian menetapkan suatu wawasan dunia teologis. Tujuannya bukan ilmiah, tetapi apologetik, melawan banyak mitos dari Timur Dekat kuno. Cerita-cerita kafir mengisahkan banyak dewa, yang bagaimanapun dikaitkan dengan alam; dewa-dewa ini mempunyai keterbatasan dan kebutuhan; dunia timbul sebagai hasil pertarungan di antara mereka; dan manusia diciptakan untuk melayani dewa-dewa sebagai budak-budak. Kitab Kejadian menentang pandangan dunia ini, mengajarkan dengan jelas bahwa hanya ada satu Allah; bahwa Ia tidak terbatas oleh ruang, waktu atau alam; bahwa Ia menciptakan alam semesta seluruhnya hanya dengan perkataanNya saja; dan bahwa Ia menciptakan manusia dalam gambarNya sendiri. Hubungan antara Allah dan ciptaan merupakan dasar dari semua ungkapan wahyu ilahi dalam Kitab Suci (KGK 337-344).

 IV. “Penciptaan Baru”

Nabi-nabi Perjanjian Lama menubuatkan suatu pembaruan ciptaan, suatu masa di mana tanah akan memberikan hasil yang berlimpah-limpah dan manusia akan hidup dalam damai, setia pada perjanjian Tuhan (lihat mis. Yes 4:5; 65:17; 66:22; Yer 31:35-36; Yeh 36:8-11). Sastra kebijaksanaan Pl menyampaikan suatu renungan yang lebih maju tentang tata ciptaan (lih mis. Mzm 8, 19, 96; Keb 7-8; Sir 17-18). Ketika waktunya tiba, Perjanjian Baru mewartakan Kristus sebagai “Adam yang baru” (lihat Adam), titik pusat penciptaan baru yang sudah lama ditunggu-tunggu.

      Injil Yohanes dimulai dengan suatu pernyataan kembali kisah penciptaan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). Sejauh ini tidak ada yang istimewa dalam tafsiran Yohanes. Tetapi beberapa kalimat berikutnya, Yohanes menyatakan sesuatu yang luarbiasa: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Firman atau Sabda Allah, hadir dalam ciptaan, menjadi manusia Yesus Kristus. Kuasa Allah Bapa menciptakan alam semesta melalui kasih Allah Putera.

      Penciptaan dimulai dengan air dan Roh: “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej 1:2). Kristus berkata: ''Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Paralel yang sangat jelas ini menunjukkan bahwa baptis mengawali suatu penciptaan baru, dan Paulus mengatakan dalam suatu pernyataan yang eksplisit: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17). “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Gal 6:15).

      Paulus menyatakan bahwa penciptaan merupakan “belenggu” sampai kedatangan Kristus (Rm 8:21). Maka kedatangan Kristus memperbarui segalanya, suatu janji yang akandipenuhi dengan sempurna pada akhir zaman, ketika “langit dan bumi yang baru” (Why 21:1) menggantikan yang lama. Tetapi umat Kristiani sudah mengalami pencptaan baru dalam baptis: walaupun merekahidup di dunia ini, mereka sudah warga Yerusalem surgawi.

Penciptaan Kembali      

MAKSUDNYA ADALAH Pembaharuan ciptaan dan pemulihan keadaan rahmat. Tidak ada istilah khusus untuk gagasan ini dalam Perjanjian Lama walaupun ada sejumlah teks nubuat yang membayangkan kelahiran baru umat perjanjian dalam arti kebangunan, kebangkitan (Yes 26:19; Hos 6:2; Dan 12:2) dan pengampunan dosa (Yes 27:9; Yer 31:33-34; Yeh 36:25). Tekanan sering diberikan kepada pembaruan dimensi batin; yaitu rahmat pembaharuan rohani yang menyentuh inti keberadaan (Ul 30:6; Yer 31:33; Yeh 36:26-27). Demikian pula gagasan itu menyangkut pencurahan Roh Kudus atas umat Tuhan (Yes 32:15; 44:2; Yeh 11:19; Yl 2:28).

      Istilah “regenerasi” atau penciptaan kembali di dalam Perjanjian Baru, dalam bahasa Yunani palingenesis, muncul dua kali. Di salah satu teks, istilah itu merujuk pada “dunia baru” atau tatanan yang diperbarui yang memasuki dunia melalui tata rahmat Kristen (Mat 19:28). Pada teks yang lain istilah itu merujuk pada kelahiran kembali kaum beriman melalui baptis dan hidup baru yang berasal dari Roh Kudus (Tit 3:5; bdk 1 Ptr 1:3). Yesus sendiri merujuk pada kelahiran kembali dari baptis ketika berkata, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Di dalam pemenuhan harapan profetis nabi-nabi Israel, penciptaan kembali meliputi penghapusan dosa (Kis 2:38; 22:16), pembaruan hati (Rm 5:5; 2 Kor 3:3; Kol 2:11-12) dan antisipasi atas kebangkitan badan (Rm 8:11; 1 Kor 15:42-50) (KGK 1215.1262).