Almarhum Paus Benediktus XVI menurut media Jerman Focus 27 Januari 2023 yl ternyata mengalami kesulitan tidur atau insomnia akut yang menyebabkan beliau mengundurkan diri. Dalam surat bertanggal 28 Oktober 2022 kepada penulis biografi beliau, Peter Seewald, karena dampak insomnia itu dokter beliau meresepkan obat “kuat” agar beliau dapat bekerja melaksanakan tugas sebagai kepala Gereja Katolik. Masalah keuangan Vatikan dan bertambahnya kasus pelecehan seksual yang dilakukan para imam di banyak tempat di dunia menjadi beban utama yang memerlukan pemikirannya. Ketika penggunaan obat tidur dan obat “kuat” mencapai batasnya, Paus Benediktus XVI semakin lemah. Suatu kecelakaan dalam kunjungan Paus di Mexico dan Cuba 2012 membuat Paus XVI makin yakin, ia harus mengundurkan diri. Tiba-tiba ia lemas dan jatuh di kamar mandi pada malam hari. Keesokan harinya, Paus mendapatkan sapu tangannya penuh dengan darah. Ada kemungkinan Ketika ia jatuh malam kemarin ia terbentur sesuatu. Setelah itu dokter pribadi menganjurkan ia mengurangi pil tidur, bekerja hanya di siang hari dan mengurangi perjalanan ke luar negeri. Nasehat dokter itu membuat Paus Benediktus XVI mempercepat keputusan mengundurkan diri pada tahun 2013, sebelum agenda perjalanan kunjungan ke Brazil.
Anda mengalami gangguan tidur? Sejak kapan anda mengalami
keluhan ini? Apakah setiap hari atau kadang-kadang saja pada saat anda banyak pikiran atau sedang stress? Apakah
gangguan tidur itu sampai mengganggu aktivitas anda? seperti letih lemah lesu bahkan mempengaruhi emosi
anda. Kalau iya, mungkin anda mengalami gangguan tidur yang dikenal dengan
insomnia.
Insomnia yaitu adalah kondisi ketika seseorang mengalami
sulit tidur atau butuh waktu yang lama untuk bisa tidur. Kondisi lain yang bisa
dialami adalah anda terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur kembali.
Kondisi ini tentu akan berdampak pada aktivitas anda keesokan harinya seperti rasa letih dan menurunnya produktivitas
kerja.
Apakah tanda dan gejala dari gangguan tidur? Anda bisa lihat
tanda tanda di bawah ini dan kemudian cocokkan dengan kondisi yang anda alami
dalam kehidupan sehari-hari :
-
Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
-
Sering terbangun pada tengah malam atau bangun
terlalu pagi
-
Bangun tidur dengan tubuh yang lelah
-
Sering mengantuk dan kelelahan di siang hari
-
Cepat marah depresi atau cemas
-
Kesulitan dalam berkonsentrasi, sulit fokus dan
sulit mengingat
-
Sakit kepala dan kepala terasa tegang
-
Rasa tertekan pada perut dan usus
-
Kekhawatiran mengenai tidur
Masalah ini dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) hingga
jangka panjang (kronis). Selain itu, tidur merupakan keadaan tidak sadar yang
terjadi secara alami untuk memungkinkan tubuh untuk beristirahat. Saat tidur,
tubuh akan melalui siklus yang bergantian antara tidur gerakan mata cepat dan
tidur non-gerakan mata cepat. Seseorang
mungkin akan melalui empat atau lima siklus tidur dalam satu malam. Satu siklus
tidur berlangsung kurang lebih selama 90 menit. Siklus ini diawali empat tahap
tidur non-REM, terdiri dari tidur ringan sampai tidur dalam. Lalu, dilanjutkan
dengan tidur REM dan di tahap inilah proses mimpi terjadi.
Ada dua jenis insomnia, yakni insomnia akut dan kronis. Nah,
beberapa kemungkinan penyebab insomnia akut, antara lain:
-
Mengalami stress.
-
Mengingat peristiwa yang traumatis.
-
Terjadinya perubahan kebiasaan tidur, seperti
tinggal di rumah baru.
-
Mengalami jet lag atau mabuk setelah naik pesawat.
-
Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Di sisi lain, insomnia kronis dapat terjadi dengan
sendirinya atau sebagai akibat dari:
-
Kondisi nyeri kronis, seperti radang sendi atau
nyeri punggung.
-
Masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi,
atau gangguan penggunaan zat.
-
Mengalami sleep apnea dan gangguan tidur
lainnya.
-
Mengidap kondisi kesehatan tertentu seperti
diabetes, kanker, penyakit refluks gastroesofagus (GERD), atau penyakit
kardiovaskular.
Insomnia yang kronis dapat berlangsung paling tidak selama 3
bulan dan dapat bersifat primer atau sekunder. Sejauh ini, gangguan tidur
dengan jenis primer tidak diketahui penyebabnya. Namun pada tipe sekunder,
kondisi lain yang dapat terjadi, seperti pengaruh kondisi medis, masalah
psikologis, penggunaan zat tertentu, serta mengidap diabetes.
Risiko Insomnia
Insomnia
dapat terjadi pada semua rentang usia (kendati pada wanita lebih rentan dibandingkan
pria, juga orang yang
sudah lanjut usia lebih rentan).
Beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami
masalah tidur ini, antara lain:
-
Masalah mental, seperti depresi, gangguan
kecemasan, hingga gangguan stres pasca trauma (PTSD).
-
Bekerja shift, pekerjaan seperti ini bisa
mengubah jam biologis tubuh.
-
Jenis kelamin, ketika menstruasi tubuh akan mengalami perubahan hormon, kondisi
ini menimbulkan gejala hot flashes atau keringat di malam hari, sehingga
menyebabkan gangguan tidur.
-
Usia, insomnia meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
-
Perjalanan jauh, melakukan perjalanan jauh atau
jet lag karena melintasi beberapa zona waktu juga bisa memicu insomnia.
-
Selain itu, mengidap kondisi medis tertentu,
seperti obesitas dan penyakit kardiovaskuler juga dapat menyebabkan seseorang
mengalami insomnia. Masa menopause disebut juga dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan yang membuat sulit tidur ini.
Diagnosis Insomnia
Untuk mendiagnosis insomnia, dokter akan mengawali dengan
wawancara medis seputar::
-
Rutinitas tidur.
-
Gaya hidup yang buruk, misalnya kebiasaan
mengonsumsi kopi atau minuman keras secara berlebihan.
-
Porsi olahraga.
-
Riwayat kesehatan (penyakit yang mungkin
diidap).
-
Obat-obatan yang mungkin dikonsumsi.
Selain itu, dokter juga akan meminta membuat buku harian
tidur minimal selama dua minggu. Langkah ini dapat membantu dokter memahami
pola tidur dan mengukur tingkat keparahan insomnia yang dialami.
Beberapa informasi yang harus dicantumkan di dalam buku
harian tidur biasanya, meliputi waktu yang dibutuhkan untuk bisa terlelap,
pukul berapa kira-kira mulai tidur, berapa kali terbangun di malam hari, dan
pukul berapa terbangun. Informasi yang lengkap akan membantu dokter menangani insomnia
secara tepat.
Pengobatan Insomnia
Dalam mengobati insomnia, hal pertama yang dilakukan oleh
dokter adalah mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Jika gangguan tidur
ini didasari oleh kebiasaan atau pola hidup tertentu yang tidak sehat, maka dokter
akan menyarankan untuk memperbaikinya. Jika insomnia disebabkan oleh gangguan
kesehatan (misalnya, gangguan kecemasan), maka dokter akan terlebih dahulu
mengatasi kondisi yang mendasari rasa cemas tersebut.
Dalam beberapa kasus insomnia, dokter akan menyarankan agar
menjalani terapi perilaku kognitif. Terapi ini bisa membantu untuk mengubah
perilaku dan pola pikir yang memengaruhi tidur mereka.
Jika
dianggap perlu, mungkin dokter
akan meresepkan obat tidur untuk beberapa waktu. Namun, obat tidur merupakan
solusi yang bersifat sementara saja. Hal yang perlu digaris bawahi, penanganan
insomnia jarang berhasil bila tak akar penyebabnya tidak ditemukan dan dicari solusinya.
Komplikasi Insomnia
Ketika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup akibat insomnia, fungsi
otak akan mengalami hambatan. Itulah sebabnya para
pengidap insomnia kesulitan fokus.
Insomnia
yang tidak tertangani dengan baik juga dapat menimbulkan efek kesehatan yang
lebih serius seiring berjalannya waktu. Kekurangan tidur setiap malam dapat meningkatkan peluang
seseorang untuk mengembangkan sejumlah kondisi, termasuk:
-
Mudah cemas.
-
Mengalami depresi.
-
Meningkatnya risiko stroke.
-
Memicu asma.
-
Mengalami kejang.
-
Fungsi sistem kekebalan yang melemah.
-
Meningkatnya risiko obesitas.
-
Tekanan darah tinggi.
-
Memicu perkembangan penyakit jantung.
Tak hanya itu, insomnia juga dapat menimbulkan beberapa
dampak negatif pada rutinitas pengidapnya, yaitu:
-
Meningkatkan risiko kesalahan pada pekerjaan
atau kecelakaan saat mengemudi dan mengoperasikan alat atau mesin.
-
Memengaruhi kinerja dan prestasi di sekolah atau
tempat kerja.
-
Menurunkan gairah seks.
-
Menurunkan daya ingat.
-
Makin
sulit mengatur emosi.
Pencegahan Insomnia
Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mencegah
terjadinya gangguan tidur:
-
Cobalah untuk mempertahankan jadwal tidur dan bangun
yang kira-kira sama, bahkan di akhir pekan.
Pastikan juga untuk menghindari tidur siang karena dapat mengurangi rasa
kantuk di malam hari.
-
Buat rutinitas sebelum tidur yang membantu kamu
rileks dan mendapatkan suasana yang baik untuk tidur.
-
Membatasi asupan kafein di sore hari.
-
Redupkan lampu dan letakkan perangkat elektronik
sekitar satu jam sebelum waktu tidur.
-
Dapatkan sinar matahari dan aktivitas fisik
hampir setiap hari atau setiap hari, jika memungkinkan.
-
Hindari tidur siang, terutama jika tidur di
siang hari membuat tetap terjaga di malam hari.
-
Memeriksakan diri ke psikolog jika merasakan
gejala gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila merasakan gejala insomnia yang tak kunjung membaik atau
sampai mengganggu aktivitas, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Tujuannya
agar penanganan dapat dilakukan sedari dini, sehingga peluang kesembuhan juga
akan semakin meningkat. Selain itu, juga dapat meminta saran dari dokter
tentang waktu yang tepat untuk tidur
terlelap agar fisik kembali bugar di pagi hari.
(Dari
beberapa sumber)