Nama suatu kerajaan kuno
yang berpusat di Mesopotamia. Nama kerajaan itu berasal dari nama ibukotanya,
yang dibangun di tepi sebelah timur Sungai Eufrat; wilayahnya meliputi Irak
(modern) sebelah selatan. Babilon mempunyai pengaruh besar atas sejarah Timur
Dekat dan terutama penting dalam membentuk sejarah Israel.
I.
Geografi
II.
Sejarah
A. Sampai dengan
penaklukan Asyur
B. Di bawah
Asyur
C. Timbulnya Kerajaan Babilonia Baru
D. Menaklukkan Yehuda
E. Kemerosotan
dan Dikalahkan Persia
III.
Pentingnya Secara
Budaya
A. Tempat Lahirnya
Peradaban
B. Hukum Babilonia
C. Ketenaran Kota
IV.
Babilon sebagai
Simbol dlm Perjanjian Baru
I. Geografi
Babilon
terletak di tepi Sungai Eufrat, kira-kira 885 kilometer di sebelah timur,
melintasi padang gurun Siria, dari Yerusalem. Kawasan Babilonia merupakan
sebagian dari Mesopotamia, di sebelah utara berbatasan dengan Asyur, di sebelah
selatan dan barat dengan Gurun Arabia, sebelah timur dengan Persia dan sebelah
tenggara dengan Teluk Persia. Dalam Kej 10:10 disebut tanah Sinear dan jantung
kerajaan Nimrod.
Yang kemudian menjadi Babilonia itu
terletak di suatu dataran aluvial yang luas dan subur, kaya berkat endapan yang
dibawa Sungai Tigris dan Sungai Eufrat yang mengalir ke arah selatan dari mata
air mereka di dataran tinggi Asia Kecil. Lepas dari sungai-sungai itu, kawasan
itu kering, hanya menerima curah hujan sekitar sepuluh senti setiap tahunnya.
Maka jaringan irigasi menjadi sangat penting, dan suatu sistem saluran dan
waduk-waduk dibangun sejak zaman pra sejarah.
A. Sampai dengan penaklukan Asyur
Babilonia
tidak mempunyai penghalang alami untuk menahan serangan musuh, maka tanah yang
datar itu cukup menggoda menjadi sasaran bangsa-bangsa yang bermigrasi.
Demikianlah Babilonia sering menjadi korban serangan Asyur dan Persia.
Kota Babilon disebut untuk pertama kalinya
oleh Sardon dari Akad (2350-2294 SM). Kota itu mulai penting di bawah dinasti
Amorit dalam abad kesembilan belas SM, terutama dalam masa pemerintahan
penguasa yang terbesar, Hammurabi, dari pertengahan abad kedelapanbelas SM.
Hammurabi menjadikan Babilon pusat operasinya melawan tetangga-tetangga sekitar
(Elam, Larsa dan Asyur) dan mengembangkannya menjadi suatu pusat pemerintahan
dan perekonomian. Ia dan para penggantinya mengembangkan seni dan kebudayaan
serta sejauh mungkin membuat Babilon suatu simbol yang bertahan lama bagi
kehidupan dan agama Mesopotamia. Ia juga melakukan kodifikasi hukum, suatu
prestasi yang implikasinya terasa sangat luas di Timur Dekat. Namun, Kerajaan
Amorit itu runtuh di bawah pengganti Hammurabi, dan kemudian ditaklukkan oleh
musuh bebuyutannya, Asyur, pada awal
milenium pertama SM.
Bangsa Asyur
menghargai pengaruh budaya Babilon dan mengendalikan kawasan itu melalui
seorang raja boneka. Dinasti Babilonia Baru dimulai dengan kedatangan suku-suku
Kaldea (Kasdim) dalam serbuan bangsa Armenia. Sementara suku-suku Kaldea
(Kasdim) membayar upeti kepada Asyur, mereka mengendalikan Babilon sampai
kebangkitan kembali Asyur di bawah Tiglat-pileser
III, ketika mereka terdesak ke selatan. Waktu kerajaan utara Israel
dilindas oleh Asyur di tahun 722 SM dan banyak penduduknya dialihkan sebagai
tawanan yang dibuang, kelompok-kelompok penduduk baru dikirim dari Babilon ke
Samaria untuk menggantikan penduduk yang diasingkan itu (2 Raj 17:23-24; 1 Taw
5:26). Suku-suku Kaldea (Kasdim) kembali lagi ke Babilon pada tahun 721 SM
ketika Merodakh-Baladan (2 Raj
20:12; Yes 39:1; nama itu adalah pengucapan Ibrani untuk “Marduk-apalidin”)
merebut tahta Babilon dan kemudian mengalahkan Asyur, bekerja sama dengan Elam.
Penguasa Asyur, Sanherib,
menghancurkan kota itu di tahun 689 SM.
Pada tahun 626
SM, pemimpin Kaldea (Kasdim) Nabopolasar melancarkan pemberontakan terhadap
Asyur dan merebut tahta Babilonia. Dengan sekutu mereka, bangsa Mede, Babilonia
melindas Asyur dan menaklukkan Niniwe pada tahun 612 SM; raja Asyur yang
terakhir memaklumkan diri di Haran, tetapi ditindas kembali; sesudah itu Asyur
lenyap dari sejarah. Di bawah Nebukadnezar
II (605-562 SM) tentara Babilonia mengalahkan Mesir dan Karkemis pada tahun
605, dan segera mengancam Siria dan Palestina.
Menurut Kitab
Daniel tentara Babilonia menyerang Yehuda dan mendapat banyak tawanan, termasuk
Daniel sendiri, pada tahun 605 SM (Dan 1:1-4). Sekitar tahun 604 SM Raja Yoyakim dari Yehuda dipaksa menjadi
raja bawahan oleh Babilonia (2 Raj 24:1dst) dan Yerusalem menyerah kepada
Babilonia pada tahun 597 SM. Nebukadnezar mengangkat Zedekia, anak Yosia dan paman Yoyakim yang diasingkan ke atas tahta
Yehuda sebagai raja bawahan Babilon. Zedekia melancarkan pemberontakan yang
gagal pada tahun 588 SM. Tentara Babilon menerjang dan menghancurkan Yerusalem
pada tahun 586 SM dan membuang penduduknya ke Babilonia (2 Raj 25; 2 Taw 36),
sebagaimana telah dinubuatkan (2 Raj 20:16-18; Yer 15:1-14; 21:8-14; Yeh 4-5;
Am 2:4-5; Mi 3:120.
Pengganti-pengganti
Nebukadnezar tak dapat memertahankan vitalitas dan pengaruh Kerajaan Babilonia.
Raja Nabonidus (memerintah 556–539 SM) memusatkan daya usaha untuk
menaklukkan Arabia, pergi meninggalkan pangerannya, Belsyazar, sebagai wali
pengganti. Babilon jatuh karena serbuan tentara Koresh II yang Agung, raja bangsa Media dan Persia pada tahun 539
SM seperti yang telah diramalkan (Yes 21:1-9; Yer 51:31-37; Dan 5:28). Koresh
membebaskan bangsa Yahudi dari pembuangan dan mengizinkan mereka pulang ke
Palestina (Ezr 1:1; 5:4). Sejak itu Babilon merupakan pusat Kerajaan Persia.
Setelah penaklukan Kerajaan Persia oleh Aleksander Agung (meninggal 323 SM),
kota Babilon berangsur-angsur surut pengaruhnya.
A. Tempat Lahirnya Peradaban
Pentingnya
Babilon dari segi budaya dan sejarah di kawasan Timur Dekat tidak terbantahkan.
Tepatlah dikatakan bahwa Babilon adalah tempat lahirnya peradaban, karena dari
sanalah berkembang kesenian, kerajinan, seni bangunan dan struktur-stuktur
sosial. Suatu kumpulan besar bahan sastra berkembang dalam bahasa Babilonia,
termasuk epik Gilgamesh, suatu cerita mengenai penciptaan dunia yang hidup, dan
berbagai tulisan-tulisan kebijaksanaan.
Hukum
Babilonia juga berpengaruh. Rakyat biasa menikmati hak-hak dasar, termasuk
mengenai hak milik pribadi atas tanah. Perbudakan diatur dengan ketat. Kode
Hammurabi meliputi suatu versi awal dari lex
talionis, atau hukum tentang ganti rugi dan denda yang setara (Kel
21:23-27), dan membantu meletakkan gagasan dasar mengenai hukum tertulis
sebagai wewenang yang tertinggi.
Nebukadnezar
memulai program pembangunan yang ambisius di Babilon. Penggalian-penggalian
arkeologi telah berhasil menemukan kota besar yang terentang melintasi sungai
Eufrat dengan sarana pertahanan berupa tembok kota dan parit di sekeliling
tembok itu. Ada delapan pintu masuk, dan sungai dilintasi oleh dua jembatan
besar. Kota Babilon terutama terkenal karena Gerbang Isytar yang menuju Jalan
Raya Perarakan, dan karena “taman-taman tergantung” yang dipuji sebagai satu di
antara tujug keajaiban dunia kuno. Selain dua kompleks istana yang luas, ada
lebih dari lima puluh kuil; yang terbesar adalah kuil Esagil, kuil Marduk, di
mana terdapat patung Marduk. Di bagian utara kuil itu terdapat zigurat Marduk,
sebuah menara tujuh tingkat (Menara Babel).
Dalam
Perjanjian Baru nama Babilon digunakan sebagai kiasan pusat pemerintahan
kerajaan Antikristus (Why 14:8) dan sebagai gambaran daya-daya jahat yang
mengancam umat Allah (Why 16:19).
Penggunaan gambaran Babilon dalam Perjanjian Baru memuncak dalam Kitab Wahyu, di mana kerajaan itu disebut ”Babilon yang besar
itu” (Why 14:8 [NIV “Babylon the Great”],
[KKK “Babel yang masyhur”], [Alkitab “Babel, kota besar itu”]; 17:5;
18:2.10.11), “pelacur besar” (Why 17:1.15; 19:2), “kota besar” (Why 16:19;
17:18; 18:10.16.18.19.21). Bagi jemaat Kristen awal, Babilon dapat dipahami
sebagai tipologi dari Roma, kekuasaan dunia yang menindas umat Kristen seperti
Babilon menindas rakyat Yehuda (1 Ptr 5:13; bdk buku-buku apokrif 3 Esdras 3:1; 2 Barukh 2:1).
Namun dalam Kitab Wahyu Babilon juga
menjadi simbol Yerusalem juga, di mana Yesus Kristus disalibkan (Why 11:8), dan
di mana para nabi dan martir dibunuh (Why 18:24). “Babilon” ditakdirkan akan
hancur oleh api (Why 18:8-9 – yang sungguh terjadi pada Yerusalem setelah
pemberontakan yang gagal pada tahun 70 M.