Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Baptis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Baptis. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Januari 2023

BAPTIS

 


Minggu depan kita merayakan Pembaptisan Tuhan. Baiklah kita merenungkan tentang baptis kita dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja.

Baptis bhs Yunani, “mencelupkan” atau “pengucuran”.

Upacara penyucian dengan air yang mula-mula dipraktekkan oleh Yohanes Pembaptis dan kemudian oleh para Rasul. Baptis Yohanes merupakan tanda pertobatan dan merupakan gambarn pendahuluan dari sakramen baptis yang ditetapkan oleh Yesus. Baptis Kristen mempunyai daya rohani yang tidak ada di dalam baptis yang dilakukan Yohanes Pembaptis (Yoh 1:33; Kis 1:5; 19:4-5). Dalam sakramen baptis, seseorang dihapuskan dosanya, lahir kembali, dan dikuduskan dalam Kristus dengan air dan Roh Kudus. Tobat dan baptis merupakan permulaan hidup Kristen (bdk Kis 2:37-38) dan menjadi dasar perutusan Kristen (Mat 28:19). Katekismus menyatakan, “Melalui baptis kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya” (KGK 1213).

 I. Tipologi Baptis Dalam Perjanjian Lama

    1. Penciptaan
    2. Air Bah
    3. Sunat
    4. Keluaran
    5. Penyucian

II. Baptis Sebelum Kristus

A.     Baptis di Qumran

B.     Yohanes Pembaptis

III. Permulaan Baptis Kristen

A.     Pembaptisan Yesus

B.     Perintah Membaptis

IV. Akibat Pembaptisan

 

  1. Tipologi Baptis Dalam Perjanjian Lama

A. Penciptaan

Baptis merupakan suatu “penciptaan baru” (2 Kor 5:17; Gal 6:15), dan umat Kristen mendapatkan suatu gambaran tentang baptis pada ujung permulaan Kitab Suci. Penciptaan berawal dengan air dan Roh (Kej 1:2), persis sama dengan ciptaan baru yang berawal dari baptis.

 B. Air Bah

Ciptaan baru yang lain mulai dengan Air Bah yang membersihkan dunia dari kedurhakaan dosa sementara “hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” (1 Ptr 3:20) memulai kehidupan baru lagi. “Kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptis” (1 Ptr 3:21), sebab baptis juga membersihkan dosa (bdk. Kis 22:16), maka umat manusia dijadikan baru lagi. Merpati yang dilepaskan Nuh pulang membawa ranting zaitun yang diretasnya sebagi tanda bahwa air bah sudah sungguh-sungguh surut dan bumi dapat didiami sekali lagi; bagi orang Kristen merpati adalah lambang Roh Kudus.

 C. Sunat

Ketika Allah membuat perjanjian dengan Abraham, Ia memerintahkan bapa bangsa itu supaya “setiap orang laki-laki di antara kamu harus disunat” (Kej 17:10). Dalam generasi-generasi berikutnya, anak-anak laki-laki disunat tak lama sesudah dilahirkan. Paulus menjadikan sunat ini tipologi dari baptis, bayangan terdahulu yang berhubungan dengan baptis:  Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati” (Kol 2:11-12). Sunat anak-anak menjadi gambaran awal dari mereka yang “baru lahir” dalam Kristus. Ritus lama menandakan kelahiran anak sebagai anak Abraham; ritus yang baru menandai kelahiran yang lebih besar sebagai anak Allah.

 D. Keluaran

Paulus memandang peristiwa Keluaran dari Mesir  sebagai pembaptisan bangsa Israel. “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1 Kor 10:1-2). Israel harus menyeberang Sungai Yordan untuk masuk yang negeri yang dijanjikan Allah kepada mereka. Janji itu diberikan kepada Abraham, tetapi pemenuhan janji itu baru terlaksana dalam Perjanjian Baru (KGK 1220-1221).

 E. Penyucian

Pelaksanaan upacara ibadat mensyaratkan ritus pembasuhan (lihat misalnya Bil 19:11-12). Hukum mengenai Penyucian dari bangsa Israel kuno menuntut pembasuhan atau pemercikan “dengan air dari noda-noda” untuk membersihkan seseorang yang secara keagamaan belum suci. Dalam upacara-upacara ini dapat dilihat suatu antisipasi atas baptis yang menghapuskan segala noda dosa.

 

II. Baptis Sebelum Kristus

A. Baptis di Qumran

Baptis mula-mula disebut dalam Kitab Suci sehubungan dengan Yohanes Pembaptis. Tetapi Yohanes tidak menemukan praktek itu. Dari Gulungan Kitab Laut Mati kita tahu bahwa suatu komunitas di Qumran sudah memraktekkan sebentuk baptisan (bdk Peraturan Komunitas, IQS 3.6-9). Tulisan-tulisan Qumran menggunakan bahasa yang sama dengan Yohanes Pembaptis (bdk Mrk 1:8) yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang disucikan. Mungkin saja Yohanes Pembaptis mengetahu praktek di Qumran itu dan praktek pembaptisan yang sama dari tempat lain.

 B. Yohanes Pembaptis

Khotbah Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa baptis adalah untuk pengampunan dosa tetapi dikatakannya bahwa baptis itu belum tuntas: ia mengantipasi baptis Roh yang akan dilakukan oleh Kristus (Mrk 1:8). Yohanes menyerukan tobat dan pengampunan dosa menurut tradisi Yehezkiel (Yeh 18:31; 36:25-26), bahkan ia menyatakan bahwa “Dia” [yaitu Kristus] yang akan datang lebih kemudian dari dirinya akan membaptis bukan hanya dengan air, tetapi dengan api dan Roh Kudus (Mat 3:11; Luk 3:16; Yoh 1:27).

 


III. Permulaan Baptis Kristen

A. Pembaptisan Yesus

Ketika Yesus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis, Ia tidak datang untuk menyatakan dosaNya. Sebaliknya, ia memberi tanda bahwa Ia ikutserta dalam kesatuan dengan manusia yang berdosa justru karena kedatanganNya  untuk melakukan penebusan (Flp 2:7). Pembaptisan Yesus merupakan peristiwa Trinitas: Bapa menyatakan Kristus sebagai Putera, dan pengurapan dengan Roh. Peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan itu juga berfungsi sebagai prototipe (bentuk awal) baptis Kristiani. Para Bapa Gereja  menafsirkan cerita Injil dalam beberapa cara yang saling melengkapi. Sebgian memandang Yesus sebagai wakil seluruh umat manusia (dalam baptis, tubuh manusia dikuduskan); yang lain memandang baptis itu sebagai pola pengudusan manusia (Ia menunjukkan hal itu agar diteladani). Namun Bapa Gereja yang lain juga percaya bahwa masuknya Yesus ke dalam air memurnikan air di bumi dan membuatnya kudus untuk digunakan dalam baptisan Kristiani.

      Versi cerita pembaptisan Injil Markus menekankan keputeraan ilahi dari Yesus: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Mrk 1:11). Matius yang juga mengikuti tema keputeraan, merekam percakapan Yesus dengan Yohanes Pembaptis (Mat 3:14-15) yang menekankan bahwa keputeraan ilahi itu menuntut suatu ketaatan radikal kepada kehendak Allah (Mat 4:1-11; 5:9.45; 26:39; 27:43). Verisi cerita Injil Lukas menempatkan fokus pada pernyataan kepada umum bahwa Yesus sebagai Putera Allah berkarya di bawah Roh Allah (Luk 3:21-22.38; 4:1.14.18). Akhirnya, Injil Yohanes bukan sekedar menceritakan detil mengenai pembaptisan Yesus, melainkan mengaitkan kesaksian Yohanes Pembaptis dengan apa yang dilihat dan dikatakan kepada Yesus di Yordan; Yohanes Pembaptis berkata bahwa ia melihat Roh Kudus turun atas Yesus seperti seekor merpati, dan ia menyatakan kepada umat Israel bahwa Yesus adalah Putera Allah (Yoh 1:32-34; 3:26).



 B. Perintah [untuk] Membaptis

Di dalam karyaNya, Yesus berbicara tentang baptis sebagai suatu ritus formal (“dengan air dan Roh Kudus”, Yoh 3:5) yang dilaksanakan dalam nama Tritunggal (Mat 28:19), dan menjadi syarat untuk memeroleh keselamatan (Mrk 16:16).

      Pada akhir karyaNya di dunia, Yesus memberi amanat kepda para muridNya: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16).

      Segera setelah menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta, para rasul mulai melaksanakan amanat Yesus itu. Pada hari pertama, mereka membaptis sekitar tiga ribu orang (Kis 2:38-41). Santo Petrus menyatakan: “''Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38). Sejak itu, [dalam tradisi tertentu] orang beriman yang baru dibaptis dalam nama Yesus Kristus.[1]

 


IV. Akibat Pembaptisan

Yesus berkata kepada para murid bahwa perjalananNya ke Yerusalem akan menyongsong suatu baptisan yang akan membuat mereka gamang turut serta (Mrk 10:38; bdk Luk 12:50). Tentu saja melalui baptis itu umat Kristiani ikut serta dengan kematian Kristus (Rm 6:3) dan juga dengan kebangkitanNya. Gereja Perdana sering berbicara tentang sengsara dan wafat Kristus sebagai sumber daya penyucian baptis: umat Kristiani dikatakan “dibasuh...dalam darah Anak Domba” (Why 7:14).

      Melalui baptis umat beriman ”mengenakan Kristus” (Gal 3:27); dan melalui Roh Kudus baptis menjadi sarana biasa untuk pemurnian, pengudusan dan pembenaran (1 Kor 6:11; 12:13). Berdasarkan 1 Yoh 5:8, Gereja biasa membicarakan keadaan luar-biasa yang berfungsi menyampaikan maksud baptis: “baptis rindu” yaitu dalam kasus seseorang meninggal dunia sementara sedang menyiapkan diri untuk menerima inisiasi Kristiani, dan “baptis darah” dalam hal katekumen meninggal sebagai martir [tanpa sempat dibaptis].

      Paulus sering bicara tentang kesatuan erat antara hidup orang yang dibaptis dengan hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:3-4; bdk Kol 2:12). Dibaptis di dalam Kristus, orang Kristiani menerima Roh Kudus (Rm 5|:5), dimurnikan dengan air dan sabda (Ef 5:26), diangkat menjadi putera-puteri, dan menerima kekuatan untuk menyebut Allah sebagai Bapa (Rm 8:15.17; Gal 3:16; 4:4-7). Orang yang dibaptis dengan demikian ikut memiliki warisan bersama Kristus, Putera Allah (1 Kor 6:15; 12:27; Rm 8:17).

      Baptis itu menghasilkan persatuan di dalam tubuh Kristus: “Sebab dalam satu Roh kita semua, .... telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13) dan kita “adalah sesama anggota” (Ef 4:25). Baptis menjadikan kita anggota “bangsa yang terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Ptr 2:9) (KGK 1265-1270).



[1] Tradisi Katolik menafsirkan baptis dalam nama Yesus Kristus dimaksudkan akan mengantar orang kepada hidup ilahi yang Trinitaris, maka setia dengan amanat Sabda Yesus sendiri dalam Mat 28:19, membaptis secara Trinitaris dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (bdk KGK 1239-1240.1256).


Sabtu, 08 Oktober 2022

KUSTA, ELISA DAN NAAMAN

Bacaan pertama dari Kitab Suci pada Hari Minggu Biasa ke-28 dipetik dari Kitab Kedua Raja-raja, yang termasuk kelompok Kitab Sejarah. Bacaan pertama ini menunjukkan Mujizat Nabi sebagai pernyataan kuasa Allah dan dampaknya di dalam masa Perjanjian Lama. 

Kusta  

Sekarang dikenal sebagai penyakit Hansen dan disebabkan oleh baksil Mycobacterium leprae. Dalam Kitab Suci istilah “kusta” digunakan untuk berbagai macam kondisi dan penyakit kulit seperti lebam, memar atau infeksi yang terjadi pada kulit, atau kain, atau bahkan dinding rumah (Im 13:47-59; 14:33-53). Pemeriksaan dan ritual pentahiran di dalam Im 13-14 bukan untuk kusta dalam pengertian kedokteran modern, tetapi untuk infeksi kulit. Siapapun yang diketahui mengalami infeksi kulit harus dikarantina untuk menentukan apakah penyakit itu bisa menular. Orang yang berhasil disembuhkan harus menghadap imam yang akan menegaskan bahwa ia sudah bersih atau tahir (Im 13:3.9-10; Mrk 1:40-45). Karena “kusta” mengakibatkan si penderita menjadi najis, diperlukan upacara pentahiran.

                Ada beberapa kasus “kusta” yang disebutkan dalam Kitab Suci: Musa (Kel 4:6) dan Miryam (Bil 12:10), Naaman (2 Raj 5:1); Gehazi (2 Raj 5:25); Raja Uzia (2 Raj 15:5) dan empat orang penderita kusta ketika Samaria dikepung (2 Raj 7:3). Dalam Perjanjian Baru Yesus menyembuhkan penderita kusta (Mat 8:1-4; Luk 5:12-16; 17:11-19) dan memberikan kuasa pada murid-muridnya untuk melakukan hal yang sama (Mat 10:8). Yesus juga menerima “Simon, orang kusta” dari Betania (Mat 16:6; Mrk 14:3).


Elisa

Nama dalam bahasa Ibrani, artinya: “Tuhan adalah keselamatan”.

Ia seorang nabi abad ke sembilan SM yang menjadi pengganti Nabi Elia (1 Raj 19:16-21; 2 Raj 2); bekerja di kerajaan utara Israel selama pemerintahan raja-raja Ahab, Ahazia, Yoram, Yehu, Yoahas dan Yoas (1 Raj 19:19-21; 2 Raj 2-13). Ia adalah putera Safat dari Abel-Mehola. Hanya sedikit yang diketahui dengan pasti mengenai latar belakangnya, kecuali bahwa Elisa adalah seorang yang masih muda ketika Elia memanggilnya meninggalkan bajaknya. Sejak itu ia menyertai Elia. Ia menerima “porsi ganda” dari semangat kenabian Elia, yaitu sebagai pengganti sekaligus sebagai pewaris Elia (2 Raj 2:1-18). Ia menjadi saksi kenaikan Elia ke surga.

                Karya kenabian Elisa diceritakan dalam Kitab-kitab Raja-raja 1 dan 2 (1 Raj 19; 2 Raj 2-9.13) dan berakhir dengan kematiannya (2 Raj 13:14-21). Berbeda dari siklus Elia, cerita tentang Elisa lebih merupakan kumpulan kisah-kisah atau peristiwa-peristiwa anekdot: kisah menyehatkan air (2 Raj 2:19-22); mengutuk anak-anak (2 Raj 2:23-25); ikut dalam pertempuran melawan Moab (2 Raj 3:1-27); membuat mujizat-mujizat (2 Raj 4:1-7); membangkitkan anak wanita Sunem dari mati (2 Raj 4:8-37); kuali beracun (2 Raj 4:37-41); penggandaan roti (2 Raj 4:42-44); penyembuhan kusta Naaman dari Damsyik (2 Raj 5:1-20); Gehazi yang korup dan dikutuk kena kusta (2 Raj 5:21-27); mata kapak yang mengapung (2 Raj 6:1-7); pelepasan gerombolan Aram (2 Raj 6:8-23); nubuat pengepungan Samaria (2 Raj 6:24-7:26); ramalan tentang Hazael yang naik tahta di Damaskus (2 Raj 8:1-15); pengurapan Yehu (2 Raj 9:1-10); ramalan tentang kemenangan atas Damsyik (2 Raj 13:14-19); kebangkitan seseorang yang diletakkan di makam Elisa (2 Raj 13:20).

                Fokus istimewa siklus Elisa diletakkan pada mujizat-mujizat. Banyak kejadian dalam siklus Elisa jelas serupa dengan nada mujizat dari siklus Elia. Elisa menunjukkan bakat istimewa dalam melihat secara batin dan mempunyai pengalaman ekstase yang lebih menarik daripada para nabi Perjanjian Lama lainnya (2 Raj 3:11-20; 5:21-27; 6:24-7:20; 8:15). Elisa banyak mirip dengan Samuel dalam karunia melihat masa depan, pengembaraan, dan seruan-seruannya yang luas, baik kepada rakyat biasa maupun kepada pemimpin negara. Seperti Samuel, ia menentukan pemerintahan Israel, terutama dalam mendorong Yehu untuk memangkas garis keturunan Omri. Ia memimpin suatu aliran kenabian dan aktif dalam peristiwa-peristiwa politik dan dinasti pemerintahan masa itu. Walaupun pengaruhnya sangat besar, ia tetap tersembunyi di balik bayang-bayang pembinanya, Elia, seperti Yosua di balik bayang-bayang Musa.

Naaman

Seorang perwira tentara Aram dari Siria pada abad kesembilan SM. Ia sakit kusta sampai kemudian disembuhkan oleh nabi Elisa (2 Raj 5:1-27). Sesudah mendengar kemampuan Elisa yang luar biasa Naaman menemui nabi itu, yang kemudian menyuruhnya mandi tujuh kali di Sungai Yordan (2 Raj 5:18-12). Pelayannya berusaha meyakinkan dia untuk mencoba, dan ia sembuh. Naaman begitu berterima kasih sehingga ia menawarkan suatu hadiah kepada Elisa, tetapi nabi itu menolaknya. Naaman pulang dengan membawa tanah dari Israel sebagai tanda syukur dan tanda imannya  kepada Allah. Penyakit kusta Naaman kemudian beralih kepada Gehazi, sebab pelayan Elisa itu mendapatkannya sebagai hukuman karena diam-diam ia telah menerima pemberian Naaman yang ditolak Elisa. Dalam tradisi Kristen penyembuhan Naaman menggambarkan baptis dan dayanya dalam membuat jiwa menjadi bersih dari penyakit akibat dosa. Yesus merujuk kepada penyembuhan Naaman dari kusta sebagai contoh kuasa Allah di dalam menyembuhkan, yang meluas kepada bangsa-bangsa di luar Israel (Luk 4:27).