Minggu depan kita merayakan Pembaptisan Tuhan. Baiklah kita merenungkan tentang baptis kita dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja.
Baptis bhs Yunani, “mencelupkan” atau “pengucuran”.
Upacara penyucian dengan
air yang mula-mula dipraktekkan oleh Yohanes Pembaptis dan kemudian oleh para Rasul. Baptis Yohanes merupakan tanda pertobatan dan merupakan gambarn
pendahuluan dari sakramen baptis yang ditetapkan oleh Yesus. Baptis Kristen
mempunyai daya rohani yang tidak ada di dalam baptis yang dilakukan Yohanes
Pembaptis (Yoh 1:33; Kis 1:5; 19:4-5). Dalam sakramen baptis, seseorang
dihapuskan dosanya, lahir kembali, dan dikuduskan dalam Kristus dengan air dan
Roh Kudus. Tobat dan baptis merupakan permulaan hidup Kristen (bdk Kis 2:37-38)
dan menjadi dasar perutusan Kristen (Mat 28:19). Katekismus menyatakan, “Melalui
baptis kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri
Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan
ikut serta dalam perutusannya” (KGK 1213).
- Penciptaan
- Air Bah
- Sunat
- Keluaran
- Penyucian
II. Baptis Sebelum Kristus
A. Baptis di Qumran
B. Yohanes Pembaptis
III. Permulaan Baptis Kristen
A. Pembaptisan Yesus
B. Perintah Membaptis
IV. Akibat Pembaptisan
- Tipologi
Baptis Dalam Perjanjian Lama
A. Penciptaan
Baptis merupakan suatu
“penciptaan baru” (2 Kor 5:17; Gal 6:15), dan umat Kristen mendapatkan suatu
gambaran tentang baptis pada ujung permulaan Kitab Suci. Penciptaan berawal dengan air dan Roh (Kej 1:2), persis sama dengan
ciptaan baru yang berawal dari baptis.
Ciptaan baru yang lain
mulai dengan Air Bah yang
membersihkan dunia dari kedurhakaan dosa sementara “hanya sedikit, yaitu delapan
orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” (1 Ptr 3:20) memulai kehidupan baru
lagi. “Kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptis” (1 Ptr 3:21),
sebab baptis juga membersihkan dosa (bdk. Kis 22:16), maka umat manusia
dijadikan baru lagi. Merpati yang dilepaskan Nuh pulang membawa ranting zaitun
yang diretasnya sebagi tanda bahwa air bah sudah sungguh-sungguh surut dan bumi
dapat didiami sekali lagi; bagi orang Kristen merpati adalah lambang Roh Kudus.
Ketika Allah membuat perjanjian dengan Abraham, Ia
memerintahkan bapa bangsa itu supaya “setiap orang laki-laki di antara kamu
harus disunat” (Kej 17:10). Dalam generasi-generasi berikutnya, anak-anak
laki-laki disunat tak lama sesudah dilahirkan. Paulus menjadikan sunat ini
tipologi dari baptis, bayangan terdahulu yang berhubungan dengan baptis: “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan
dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang
terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan
dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh
kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang
mati” (Kol 2:11-12). Sunat anak-anak menjadi gambaran awal dari mereka yang
“baru lahir” dalam Kristus. Ritus lama menandakan kelahiran anak sebagai anak
Abraham; ritus yang baru menandai kelahiran yang lebih besar sebagai anak
Allah.
Paulus memandang peristiwa Keluaran dari Mesir sebagai pembaptisan bangsa Israel. “Aku
mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua
berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut” (1 Kor 10:1-2). Israel harus menyeberang Sungai Yordan untuk masuk yang
negeri yang dijanjikan Allah kepada mereka. Janji itu diberikan kepada Abraham,
tetapi pemenuhan janji itu baru terlaksana dalam Perjanjian Baru (KGK
1220-1221).
Pelaksanaan upacara ibadat
mensyaratkan ritus pembasuhan (lihat misalnya Bil 19:11-12). Hukum mengenai
Penyucian dari bangsa Israel kuno menuntut pembasuhan atau pemercikan “dengan
air dari noda-noda” untuk membersihkan seseorang yang secara keagamaan belum
suci. Dalam upacara-upacara ini dapat dilihat suatu antisipasi atas baptis yang
menghapuskan segala noda dosa.
II. Baptis Sebelum Kristus
A. Baptis di Qumran
Baptis mula-mula disebut
dalam Kitab Suci sehubungan dengan Yohanes Pembaptis. Tetapi Yohanes tidak
menemukan praktek itu. Dari Gulungan
Kitab Laut Mati kita tahu bahwa suatu komunitas di Qumran sudah memraktekkan sebentuk baptisan (bdk Peraturan Komunitas, IQS 3.6-9).
Tulisan-tulisan Qumran menggunakan bahasa yang sama dengan Yohanes Pembaptis
(bdk Mrk 1:8) yang menyatakan bahwa Allah akan memberikan Roh-Nya kepada mereka
yang disucikan. Mungkin saja Yohanes Pembaptis mengetahu praktek di Qumran itu
dan praktek pembaptisan yang sama dari tempat lain.
Khotbah Yohanes Pembaptis
menyatakan bahwa baptis adalah untuk pengampunan dosa tetapi dikatakannya bahwa
baptis itu belum tuntas: ia mengantipasi baptis Roh yang akan dilakukan oleh
Kristus (Mrk 1:8). Yohanes menyerukan tobat dan pengampunan dosa menurut
tradisi Yehezkiel (Yeh 18:31; 36:25-26), bahkan ia menyatakan bahwa “Dia” [yaitu
Kristus] yang akan datang lebih kemudian dari dirinya akan membaptis bukan
hanya dengan air, tetapi dengan api dan Roh Kudus (Mat 3:11; Luk 3:16; Yoh
1:27).
III. Permulaan Baptis
Kristen
A. Pembaptisan Yesus
Ketika Yesus datang kepada
Yohanes Pembaptis untuk dibaptis, Ia tidak datang untuk menyatakan dosaNya.
Sebaliknya, ia memberi tanda bahwa Ia ikutserta dalam kesatuan dengan
manusia yang berdosa justru karena kedatanganNya untuk melakukan penebusan (Flp 2:7). Pembaptisan
Yesus merupakan peristiwa Trinitas: Bapa menyatakan Kristus sebagai Putera, dan
pengurapan dengan Roh. Peristiwa pembaptisan di Sungai Yordan itu juga
berfungsi sebagai prototipe (bentuk awal) baptis Kristiani. Para Bapa
Gereja menafsirkan cerita Injil dalam
beberapa cara yang saling melengkapi. Sebgian memandang Yesus sebagai wakil
seluruh umat manusia (dalam baptis, tubuh manusia dikuduskan); yang lain
memandang baptis itu sebagai pola pengudusan manusia (Ia menunjukkan hal itu agar
diteladani). Namun Bapa Gereja yang lain juga percaya bahwa masuknya Yesus ke
dalam air memurnikan air di bumi dan membuatnya kudus untuk digunakan dalam
baptisan Kristiani.
Versi cerita pembaptisan Injil Markus menekankan keputeraan
ilahi dari Yesus: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan.” (Mrk 1:11). Matius yang juga mengikuti tema keputeraan, merekam
percakapan Yesus dengan Yohanes Pembaptis (Mat 3:14-15) yang menekankan bahwa
keputeraan ilahi itu menuntut suatu ketaatan radikal kepada kehendak Allah (Mat
4:1-11; 5:9.45; 26:39; 27:43). Verisi cerita Injil Lukas menempatkan fokus pada
pernyataan kepada umum bahwa Yesus sebagai Putera Allah berkarya di
bawah Roh Allah (Luk 3:21-22.38; 4:1.14.18). Akhirnya, Injil Yohanes bukan
sekedar menceritakan detil mengenai pembaptisan Yesus, melainkan mengaitkan
kesaksian Yohanes Pembaptis dengan apa yang dilihat dan dikatakan kepada Yesus
di Yordan; Yohanes Pembaptis berkata bahwa ia melihat Roh Kudus turun atas
Yesus seperti seekor merpati, dan ia menyatakan kepada umat Israel bahwa Yesus
adalah Putera Allah (Yoh 1:32-34; 3:26).
Di dalam karyaNya, Yesus
berbicara tentang baptis sebagai suatu ritus formal (“dengan air dan Roh
Kudus”, Yoh 3:5) yang dilaksanakan dalam nama Tritunggal (Mat 28:19), dan
menjadi syarat untuk memeroleh keselamatan (Mrk 16:16).
Pada akhir karyaNya di dunia, Yesus memberi amanat kepda para
muridNya: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16).
Segera setelah menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta, para
rasul mulai melaksanakan amanat Yesus itu. Pada hari pertama, mereka membaptis
sekitar tiga ribu orang (Kis 2:38-41). Santo Petrus menyatakan: “''Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
(Kis 2:38). Sejak itu, [dalam tradisi
tertentu] orang beriman yang baru dibaptis dalam nama Yesus Kristus.[1]
IV. Akibat Pembaptisan
Yesus berkata kepada para
murid bahwa perjalananNya ke Yerusalem akan menyongsong suatu baptisan yang
akan membuat mereka gamang turut serta (Mrk 10:38; bdk Luk 12:50). Tentu saja
melalui baptis itu umat Kristiani ikut serta dengan kematian Kristus (Rm 6:3)
dan juga dengan kebangkitanNya. Gereja Perdana sering berbicara tentang sengsara
dan wafat Kristus sebagai sumber daya penyucian baptis: umat Kristiani
dikatakan “dibasuh...dalam darah Anak Domba” (Why 7:14).
Melalui baptis umat beriman ”mengenakan Kristus” (Gal 3:27);
dan melalui Roh Kudus baptis menjadi sarana biasa untuk pemurnian, pengudusan
dan pembenaran (1 Kor 6:11; 12:13). Berdasarkan 1 Yoh 5:8, Gereja biasa
membicarakan keadaan luar-biasa yang berfungsi menyampaikan maksud baptis:
“baptis rindu” yaitu dalam kasus seseorang meninggal dunia sementara sedang
menyiapkan diri untuk menerima inisiasi Kristiani, dan “baptis darah” dalam hal
katekumen meninggal sebagai martir [tanpa sempat dibaptis].
Paulus sering bicara tentang kesatuan erat antara hidup orang
yang dibaptis dengan hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus: “Tidak tahukah
kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam
kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru” (Rm 6:3-4; bdk Kol 2:12). Dibaptis di dalam Kristus, orang
Kristiani menerima Roh Kudus (Rm 5|:5), dimurnikan dengan air dan sabda (Ef
5:26), diangkat menjadi putera-puteri, dan menerima kekuatan untuk menyebut
Allah sebagai Bapa (Rm 8:15.17; Gal 3:16; 4:4-7). Orang yang dibaptis dengan
demikian ikut memiliki warisan bersama Kristus, Putera Allah (1 Kor 6:15;
12:27; Rm 8:17).
Baptis itu menghasilkan persatuan di dalam tubuh Kristus: “Sebab
dalam satu Roh kita semua, .... telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13)
dan kita “adalah sesama anggota” (Ef 4:25). Baptis menjadikan kita anggota “bangsa
yang terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri” (1 Ptr 2:9) (KGK 1265-1270).
[1] Tradisi
Katolik menafsirkan baptis dalam nama Yesus Kristus dimaksudkan akan mengantar
orang kepada hidup ilahi yang Trinitaris, maka setia dengan amanat Sabda Yesus
sendiri dalam Mat 28:19, membaptis secara Trinitaris dalam nama Bapa dan Putera
dan Roh Kudus (bdk KGK 1239-1240.1256).