Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Januari 2023

KATEKISMUS GEREJA KATOLIK DAN KOMPENDIUMNYA

   

Dipetik dari Bab VI Petunjuk Untuk Katekese (Direttorio per la Catechesi) dari Dewan Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru Roma, 23 Maret 2020

1.             1. KATEKISMUS GEREJA KATOLIK

Catatan sejarah

182. Gereja, sejak zaman tulisan-tulisan perjanjian baru, telah membuat rumusan-rumusan pendek dan ringkas untuk mengakui, merayakan dan menyaksikan imannya. Sudah dari abad keempat, kepada para Uskup diberikan penjelasan-penjelasan yang lebih luas tentang iman melalui sintesis dan kompendium. Dalam dua momentum historis, sesudah Konsili Trente dan tahun-tahun setelah Konsili Vatikan II, Gereja telah menganggap pantas untuk memberikan uraian terperinci dan tersusun tentang iman melalui Katekismus yang bersifat universal, yang merupakan alat persekutuan gerejawi dan juga titik acuan untuk katekese (Bdk. Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I; KGK 11).

183. Pada tahun 1985, selama Sinode Luar Biasa Para Uskup, yang dirayakan pada kesempatan ulang tahun kedua puluh penutupan Konsili Vatikan II, banyak Bapa Sinode mengungkapkan keinginan perlunya disusun suatu Katekismus atau suatu kompendium ajaran Katolik mengenai iman dan moral. Katekismus Gereja Katolik diumumkan secara resmi pada tanggal 11 Oktober 1992 oleh Yohanes Paulus II, diikuti dengan editio typica  (edisi contoh) dalam bahasa Latin pada tanggal 15 Agustus 1997. Ini merupakan hasil kerja sama dan konsultasi dari seluruh keuskupan Katolik, banyak institut teologi dan kateketik dan banyak ahli dan spesialis dalam berbagai disiplin ilmu. Maka, Katekismus ini merupakan karya kolegial dan buah dari Konsili Vatikan II.

Identitas, tujuan dan penerima Katekismus Gereja Katolik

184. Katekismus adalah «teks resmi dari Magisterium Gereja, yang dengan otoritas mengumpulkan dalam satu bentuk yang tepat, sebagai suatu sintesis organis, peristiwa-peristiwa dan kebenaran-kebenaran mendasar yang menyelamatkan, yang mengungkapkan iman bersama dari Jemaat Allah dan yang merupakan acuan dasar yang sangat penting bagi katekese.» Katekismus Gereja Katolik merupakan ungkapan ajaran iman sepanjang masa, namun berbeda dari dokumen-dokumen Magisterium lainnya, karena tujuannya adalah memberikan suatu sintesis sistematis dari warisan iman, spiritualitas dan teologi sejarah gereja. Meskipun berbeda dari Katekismus-katekismus lokal, yang melayani bagian tertentu dari umat Allah, Katekismus Gereja Katolik, merupakan teks acuan yang pasti dan autentik untuk persiapan Katekismus-katekismus lokal, sebagai «sarana fundamental untuk tindakan terpadu dari Gereja mengomunikasikan seluruh isi iman.» (Paus Fransikus, Ensiklik Lumen Fidei 29 Juni 2013, 46).

185. Katekismus Gereja Katolik telah dipublikasikan pertama-tama untuk para Pastor dan umat beriman, dan di antara semua ini, secara khusus untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan katekese di dalam Gereja. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu «norma yang pasti tentang pengajaran iman.»(Paus Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, IV). Untuk ini ia memberikan jawaban yang jelas dan dapat dipercaya terhadap hak yang sah dari semua orang dibaptis untuk memiliki akses kepada penyajian iman Gereja dalam keutuhannya dan dalam bentuk yang sistematis serta dapat dipahami. Katekismus, justru karena menjelaskan Tradisi Katolik, dapat mendorong dialog ekumenis dan dapat berguna bagi semua, juga yang bukan Kristiani, yang ingin mengetahui iman Katolik.

186. Katekismus Gereja Katolik, karena memiliki perhatian pertama yakni kesatuan Gereja dalam satu iman, maka ia tidak dapat mempertimbangkan konteks-konteks budaya khusus. Namun demikian, «dari teks ini setiap penyelenggara katekese akan dapat menerima suatu bantuan yang bermanfaat untuk menjembatani di tingkat lokal warisan iman satu-satunya dan abadi, dan dengan bantuan Roh Kudus, berusaha untuk memadukan secara bersama kesatuan yang mengagumkan antara misteri Kristiani dengan keragaman kebutuhan dan situasi para penerima pewartaannya.» (Paus Yohanes Paulus II, Surat apostolik Laetamur magnopere 15 Agustus 1997). Inkulturasi akan menjadi perhatian penting katekese dalam berbagai konteks.

Sumber dan susunan Katekismus Gereja Katolik

187. Katekismus Gereja Katolik diberikan kepada seluruh Gereja «untuk suatu katekese yang diperbarui pada sumber-sumber iman yang hidup.» (Paus Yohanes Paulus II, Konstitusi apostolik Fidei depositum 11 Oktober 1992, I). Di antara sumber-sumber ini, yang terutama adalah Kitab-kitab suci yang diilhami secara ilahi, dirangkum menjadi satu buku saja, yang di dalamnya Allah «hanya mengatakan satu perkataan saja: Sabda-Nya satu-satunya, dan di dalamnya Dia mengungkapkan segenap diri-Nya» (KGK 102), dengan mengikuti pandangan patristik bahwa «hanya ada satu percakapan Allah yang berkembang dalam seluruh Kitab suci dan hanya satu Sabda yang bergema di mulut semua penulis suci.» (Agustinus dari Hippo, Enaratio in Psalmum 103, 4, 1: CCL 40, 1521 (PL, 37, 1378)).

188. Selain itu, Katekimus Gereja Katolik menimba pada sumber Tradisi, yang dalam bentuk tertulisnya mencakup berbagai macam rumusan kunci tentang iman, yang diambil dari tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja, berbagai  Pengakuan iman, Konsili-konsili, Magisterium kepausan, ritus liturgi timur dan barat, demikian juga dari kitab hukum kanonik. Ditemukan pula sangat banyak kutipan yang diambil dari amat banyak tulisan gerejawi, orang-orang kudus dan para pujangga Gereja. Selanjutnya, catatan-catatan historis dan unsur-unsur hagiografis memperkaya penjelasan doktrinal, yang diperkuat juga oleh ikonografi.

189. Katekismus Gereja Katolik disusun dalam empat bagian di sekitar dimensi-dimensi fundamental hidupakristiani, yang memiliki asal dan dasar dalam cerita Kisah para Rasul: «Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa» (Kis 2:42). Di sekitar dimensi-dimensi ini disusun pengalaman masa katekumenat Gereja purba, kemudian disusun penyampaian iman dalam berbagai Katekismus sepanjang sejarah, meskipun dengan penekanan dan cara yang berbeda-beda. Dimensi-dimensi itu adalah: pengakuan iman (Simbol, Syahadat), liturgi (sakramen-sakramen iman), hidup kemuridan (10 perintah), doa Kristiani (Bapa Kami). Dimensi-dimensi ini merupakan pilar-pilar katekese dan paradigma untuk pembentukan ke dalam hidup Kristiani. Sesungguhnya, katekese membuka iman kepada Allah yang Esa dan Tritunggal dan kepada rencana keselamatan-Nya; mendidik dalam kegiatan liturgis dan menginisiasi hidup sakramental Gereja; mendukung jawaban kaum beriman kepada rahmat Allah; mengantar kepada praktek doa kristiani.

Arti teologis-kateketis Katekismus Gereja Katolik

190. Katekismus Gereja Katolik sendiri bukanlah suatu usulan metode katekese, juga tidak memberikan petunjuk-petunjuk tentang hal itu, dan tidak dikacaukan dengan proses katekese, yang selalu memerlukan suatu mediasi.(KGK 24). Meskipun demikian, strukturnya «mengikuti perkembangan iman-kepercayaan langsung kepada tema-tema besar dalam kehidupan sehari-hari. Di setiap halaman demi halaman kita temukan, bahwa apa yang disajikan di sini bukanlah teori belaka, akan tetapi sungguh suatu perjumpaan dengan Seorang Pribadi yang hidup di dalam Gereja.»(Paus  Benediktus XVI, Surat apostolik, Porta fidei 11 Oktober 2011, 11). Katekismus Gereja Katolik, dengan mengacu pada keseluruhan hidup kristiani, mendorong proses pertobatan dan pendewasaan. Katekismus menyelesaikan karyanya, apabila pemahaman akan kata-kata mengacu pada keterbukaan hati, tetapi juga sebaliknya, apabila rahmat keterbukaan hati menimbulkan keinginan untuk mengenal dengan lebih baik Dia yang di dalam-Nya orang beriman menaruh iman-kepercayaannya. Maka, pengetahuan yang dirujuk dalam Katekismus Gereja Katolik ini tidak abstrak: sesungguhnya strukturnya dalam empat bagian mengharmoniskan iman yang diakui, dirayakan, dihidupi dan didoakan, dengan demikian membantu untuk berjumpa dengan Kristus, meskipun secara bertahap. Bagaimanapun juga, program kateketis tidak harus mengikuti aturan/tata susun bagian-bagian Katekismus Gereja Katolik.

191. Struktur Katekismus Gereja Katolik yang harmonis dapat dilihat dalam hubungan teologis antara isi dan sumber-sumbernya, dan dalam interaksi antara Tradisi Barat dan Tradisi Timur. Selain itu, struktur ini mencerminkan kesatuan misteri Kristiani dan perputaran kebajikan-kebajikan teologis dan menyatakan keindahan harmonis yang menjadi ciri kebenaran Katolik. Pada saat yang sama, ia memadukan kebenaran sepanjang masa ini dengan aktualitas gerejawi dan sosial. Jelaslah bahwa Katekismus Gereja Katolik yang tersusun demikian, meningkatkan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam penyampaian iman.

192. Isi Katekismus Gereja Katolik disajikan dengan cara sedemikian rupa untuk menunjukkan pedagogi Allah. Pemaparan doktrin menghormati sepenuhnya jalan-jalan Allah dan manusia dan mewujudkan kecenderungan sehat pembaruan katekese pada abad kedua puluh. Narasi iman dalam Katekismus Gereja Katolik menyediakan tempat yang sangat istimewa kepada Allah dan karya rahmat, yang menduduki tempat terbesar dalam penyebaran materi, yakni pewartaan katekese itu sendiri. Sejalan dengan hal itu, semua kriteria lain yang sudah disampaikan sebagai hal yang perlu demi berhasilnya suatu pewartaan Injil juga diungkapkan secara tidak langsung: sentralitas trinitaris dan kristologis, cerita tentang sejarah keselamatan, ekklesialitas dari pesan, hierarki kebenaran, pentingnya keindahan. Dalam semua itu dapat dibaca bahwa tujuan Katekismus Gereja Katolik adalah untuk membangkitkan kerinduan akan Kristus, dengan menampilkan Allah yang patut dirindukan yang menghendaki kebaikan bagi manusia. Maka, Katekismus Gereja Katolik bukan merupakan suatu ungkapan ajaran yang statis, melainkan suatu instrumen yang dinamis, yang layak menginspirasi dan menguatkan perjalanan iman untuk kehidupan setiap orang dan, dengan demikian, tetap berlaku bagi pembaruan katekese.

2. KOMPENDIUM KATEKISMUS GEREJA KATOLIK

193. Kompendium Katekismus Gereja Katolik merupakan sarana yang berisi kekayaan Katekismus Gereja Katolik dalam bentuk yang sederhana, langsung dan mudah diakses untuk semua orang. Kompendium merujuk kepada struktur Katekismus Gereja Katolik dan isinya. Sesungguhnya, Kompendium merupakan «suatu sintesis yang setia dan pasti dari Katekismus Gereja Katolik. Secara ringkas Kompendium mengandung semua unsur esensial dan fundamental iman Gereja, sedemikian rupa sehingga membentuk […] semacam “vademecum” (buku petunjuk praktis), yang memungkinkan orang-orang, yang beriman dan yang tidak beriman, untuk menerima, dalam pandangan keseluruhan, seluruh gambaran iman Katolik.»( Paus Benediktus XVI, Motu proprio untuk persetujuan dan penerbitan Kompendium Katekismus Gereja Katolik 28 Juni 2005). Sifat khas Kompendium adalah bentuk dialogalnya. Sesungguhnya, disarankan «dialog ideal antara guru dan murid, melalui serangkaian pertanyaan yang terus-menerus, yang melibatkan pembaca dan mengundangnya untuk terus menggali penemuan aspek-aspek yang selalu baru dari kebenaran imannya.»(Kompendium Katekismus Gereja Katolik, Pengantar dari Kardinal Joseph Ratzinger 20 Maret 2005, 4). Selain itu, berhargalah kehadiran gambaran-gambaran yang menegaskan struktur teks. Berkat kejelasan dan keringkasannya, Kompendium Katekismus Gereja Katolik juga ditampilkan sebagai bantuan sah untuk menghafalkan isi-isi dasariah iman.