Di WAG Ikafite ramai dibicarakan pendekatan SWOT dan SOAR. Dari aspek historis penggunaan kedua pendekatan, saya mencoba menguraikan profil keduanya dalam postingan ini.
Analisis situasi merupakan tahap awal perencanaan yang ditempuh pengurus atau manajemen organisasi sebelum
merancang program aktivitas
atau proyek-proyek. Analisis situasi dilakukan sebagai proses tinjauan kritis internal mengenai kemampuan,
sumberdaya yang ada (analisis kapabilitas), kedudukan kompetitif di antara
organisasi sejenis (analisis posisi), kecenderungan eksternal bidang kegiatan
(social environment analysis), peluang untuk jenis dan bentuk
kegiatan (opportunities
analysis), pihak atau publik yang terlibat (stakeholders analysis). Informasi-informasi
yang diperoleh dituangkan menjadi pengandaian-pengandaian atau asumsi-asumsi
untuk menentukan strategi, taktik, dan tindakan yang akan
diambil, serta anggaran dana.
Metode yang
digunakan beraneka ragam. Metode yang popular dari masa lalu adalah Analisis
SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) atau analisis KEKEPAN (Kekuatan,
Kelemahan, Peluang, Ancaman) yang bersifat rasional agresif untuk memenangkan persaingan (terutama di kalangan bisnis) dengan mengandalkan kekuatan internal
semaksimal mungkin dalam mengolah peluang eksternal. Sekaligus bersifat
bertahan dengan menutup kelemahan internal terhadap ancaman baik internal
maupun eksternal. Perkembangan organisasi yang optimistis terus memupuk kekuatan
dan kapabilitas internal hingga konglomeratif dan mekanistis, sering
menjadi hasil positif dari penggunaan alat analisis SWOT secara cermat.
Sebaliknya organisasi yang bergaya defensif dalam posisi bersaingnya sering
berlebihan mengutamakan aspek kelemahan dan sangat pesimis terhadap ancaman,
sehingga membuat postur negatif ketika menerapkan SWOT dan mendapatkan
asumsi-asumsi kalangkabut untuk menghadapi masa depan eksistensinya.
Banyak
organisasi (terutama Civil Organization) kemudian berusaha mencari alat analisis situasi yang berbeda, yang
lebih cocok dengan sifat mereka. Dalam
era saling bergantung di mana kerja sama diperlukan, alih-alih kompetisi
persaingan, maka diperlukan postur alat positif yang dapat membangkitkan keterlibatan
emosional partisipatif dari awal yang sederhana. Muncullah metode Appreciative
Inquiry (AI) yang bertolak dari penghargaan positif atas apa yang ada
sebagai modalitas untuk melangkah maju. Maka metode AI lebih mengandalkan
kekuatan dan kapabilitas internal (Strength) yang disyukuri bagaimana
pun rupanya untuk secara optimal mengolah peluang eksternal (Opportunities)
yang sepadan. Kelemahan diakui dan diperhatikan, namun bukan yang utama. Ada
ancaman eksternal maupun internal namun secara proporsional akan diatasi sambal
jalan. Sementara itu digalang inovasi-inovasi partisipatif mengikuti aspirasi (Aspiration)
dan kesanggupan pihak-pihak terkait dalam menyusun strategi dan program untuk
mencapai hasil (Results) yang dikehendaki. Demikianlah maka dari
pendekatan Appreciative Inquiry yang bersifat positif berkembang metode
analisis situasi SOAR (Strength, Opportunities, Aspirations, Results) menggalang
partisipasi dan kerjasama (alih-alih
kompetitif).
Pendekatan AI berkembang sejak 2007, dan SOAR yang adalah elaborasi pengembangan SO pada SWOT memuncak sejak 2013 dengan motto "SOARing to High and Engaging Performances: An Appreciative Approach to Strategy".
Seperti
telah dikatakan di depan, hasil dari Analisis Situasi adalah
informasi-informasi yang berguna untuk Orientasi atau Penentuan Arah suatu
organisasi, dengan berbagai asumsi yang perlu diperhatian dalam menentukan
Tujuan, Sasaran, Strategi, Taktis dan Tindakan dalam siklus Perencanaan.