Penciptaan
Pembuatan alam semesta, dari tiada jadi ada, oleh karya
Allah.
Cerita Penciptaan di dalam Kitab Kejadian mungkin
menggunakan bahasa kiasan (lihat “Kebenaran Kisah Penciptaan” di bawah nanti),
tetapi sangat berbeda dari mitos –mitos penciptaan di kalangan para tetangga
Israel. Di dalam mitos-mitos itu, penciptaan adalah hasil kemenangan semacam
dewa atau pahlawan atas banyak dewa lain atau semacam ilah atau mahluk
purbarupa, misalnya Marduk mengalahkan Tiamat, atau Baal menang atas Yaam.
Dalam semua mitos ini alam semesta muncul dari bahan yang sudah ada sebelumnya,
hasil dari suatu kejadian yang tidak dikehendaki atau tidak diketahui.
Di pihak lain,
kisah penciptaan menekankan keunikan dan kemahakuasaan Allah. Allah mencipta
dari ketiadaan dengan kekuatan SabdaNya. Tata penciptaan yang dilakukanNya
berlangsung menurut suatu urut-urutan dan mempunyai maksud yang tertentu. Semua
yang diciptakanNya adalah baik (Kej 1:10).
I. Enam Hari Penciptaan
A. Menciptakan
Bentuk
B. Mengisi
Kekosongan
II. Pesan Penting dari Kisah Penciptaan
A. Segala Ciptaan
Adalah Baik
B. Kita Adalah
Ciptaan Istimewa, Dibuat Menurut Gambar Allah
C. Allah adalah
Bapa Kita
D. Kosmos Adalah
Bait Suci
III. Kebenaran Kisah Penciptaan
IV. “Penciptaan Baru”
I. Enam Hari
Penciptaan
Pada awal mula penciptaan, “Bumi belum berbentuk dan
kosong” (Kej 1:2). Ini merupakan pernyataan masalah, seperti yang dikatakan,
dan selebihnya dari kisah penciptaan adalah cerita bagaimana Allah membentuk
dunia dan mengisi kekosongan.
Jika dilihat dengan cermat, bab pertama
dari Kitab Kejadian menunjukkan suatu struktur sastra yang cermat. Kita dapat
melihat enam hari penciptaan sebagai dua rangkaian dari tiga hari. Dalam tiga
hari yang pertama, Allah menciptakan bentuk; dan dalam tiga hari yang kedua
Allah memenuhi bentuk-bentuk itu dengan penghuninya. Maka ada hubungan yang
sangat erat antara hari pertama dan hari keempat, hari kedua dan hari kelima,
hari ketiga dan hari keenam.
A. Menciptakan
Bentuk
1. Waktu. Pada hari pertama, Allah memisahkan terang dari
gelap, menciptakan siang dan malam, sehingga Ia menciptakan waktu.
2. Ruang. Pada hari kedua, Allah menciptakan laut dan
langit, menandai pemisahan-pemisahan ruang.
3. Hidup. Pada hari yang ketiga, Allah menciptakan tanah
yang kering dan memenuhinya dengan tanaman, permulaan hidup.
B. Mengisi
Kekosongan
4. Pengatur Waktu. Pada hari keempat, Allah menciptakan
bintang-bintang, matahari, bulan, untuk “menguasai” siang dan malam dan
menandai musim, hari dan tahun.
5. Pengatur Ruang. Pada hari kelima, Allah meciptakan
mahluk-mahluk laut dan burung-burung untuk memenuhi laut dan langit (udara).
6. Pengatur Hidup. Pada hari keenam, Allah menciptakan
binatang dan manusia untuk memenuhi daratan.
II. Pesan Penting
dari Kisah Penciptaan
Kontras dengan kisah penciptaan yang terjadi secara acak
yang terekam sebagai bagian dari mitologi Timur Dekat, kisah Penciptaan dalam
Kitab Kejadian dengan cermat menggunakan alam ciptaan untuk menyampaikan
kebenaran penting tentang hubungan Allah dengan alam semesta.
“Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Pernyataan ini
kita baca empat kali di dalam bab pertama Kitab Kejadian (Kej 1:12.18.21.25).
Pada akhir penciptaan dikatakan, “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik” (Kej 1:31). Pesannya jelas dan sederhana: segala ciptaan
adalah baik. Segala ciptaan bukan hasil karya sesuatu yang jahat atau mahluk
setengah ilahi yang tidak becus; dunia material adalah ciptaan yang baik. Dan
walaupun kemudian dilukai dn dikacaukan oleh dosa Adam, alam ciptaan dipulihkan
dan diperbarui dalam Yesus Kristus.
Laki-laki dan perempuan diciptakan “menurut gambar Allah”
(Kej 1:27), berbeda dari setiap mahluk lainnya. Tentu saja kita tidak setara
dengan Allah, tetapi kita punya potensi untuk berhubungan dengan Allah dan
hidup sebagai bagian dari keluarga Allah.
“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita” Allah berkata (Kej 1:26). Kata “gambar” dan “rupa” itu nanti muncul lagi
ketika Adam mendapat anak Set, yang dikatakan “ia memperanakkan seorang
laki-laki menurut rupa dan gambarnya” (Kej 5:3). Bahasa ini menunjukkan bahwa
manusia berhubungan dengan Allah sebagaimana hubungan Set dengan Adam.
Kitab Kejadian menggambarkan kisah penciptaan dengan
istilah-istilah sakral. Menurut suatu tradisi Yahudi, Taman Eden adalah “ruang
mahakudus” bagian inti yang paling suci dari bait suci kosmos yang adalah dunia
(Yubile 8,19). Cerita tujuh hari
penciptaan paralel dengan kisah pembuatan Kemah Suci, yang berlangsung
mengikuti tujuh perintah (Kel 40:16-33), dan pembangunan Bait Allah memerlukan
waktu tujuh tahun (1 Raj 6:38). Dunia dengan demikian dipandang sebagai tempat
suci kosmis yang penuh dengan kemuliaan Allah (Yes 6:3), dan Adam digambarkan
sebagai imam pertama.
Lihat juga: KITAB KEJADIAN
Gereja tidak mengharuskan umat Kristen percaya apakah alam
semesta tercipta dalam enam hari secara harfiah atau tidak; umat Kristen bebas
untuk menafsirkan bukti ilmiah bagi mereka sendiri. Bahkan para Bapa Gereja
berbeda-beda. Banyak yang menegaskan tafsiran harfiah: “enam hari” ya berarti
enam hari sebagaimana hitungan kita. Namun bahkan di abad pertama pun sudah ada
yang mempunyai pendapat yang berbeda. Santo Klemens dari Aleksandria
mengingatkan tafsir yang harfiah: “Bagaimana penciptaan terjadi dalam waktu,
sementara waktu sendiri termasuk hal-hal yang diciptakan?” (Miscellanies, 6.16). Hari-hari kita
panjangnya dua puluh empat jam, tulis Santo Agustinus, tetapi “harus kita ingat
bahwa hari-hari ini mengenangkan hari-hari penciptaan, tetapi tidak dalam
segalanya serupa mereka” (Gen. Litt.
4.27).
Namun kebenaran
Kitab Kejadian sama sekali tidk diragukan. Kitab Kejadian mungkin menggunakan
bahasa puisi dan kiasan, tetapi pesan dari bahasa itu jelas. Alam semesta
adalah ciptaan Allah, dan bahwa alam ciptaan ini baik adanya. Ia diciptakan
dari ketiadaan, ex nihilo, dari sama sekali tak ada apa-apa. Lebih-lebih lagi,
penciptaan manusia (bagaimanapun penggambaran harfiahnya waktu itu) merupakan
karya khusus Allah. Manusia diciptaakan sebagai baik dan diberi kuasa atas alam
ciptaan; ia mendatangkan kejahatan dan kekacauan ke dalam dunia karena
ketidaktaatan. Kebenaran-kebenaran ini merupakan aksioma dasar bagi seluruh
|Kitab Suci, dan fundamental bagi iman Kristiani.
Gereja
memberikan semacam pedoman untuk memahami data ilmiah mengenai asal-usul kosmos
dan manusia dalam terang ajaran Kitab Suci. Pedoman itu menolak evolusi
ateistik, suatu keyakinan mengenai perkembangan membuta tanpa bimbingan Allah
(lihat Pius XII, Humani Generis 35).
Dan Gereja mengecam paham “poligenik”, yakni kepercayaan bahwa umat manusia
berasal dari banyak leluhur (lihat Humani
Generis 37).
Kisah penciptaan
dalam Kitab Kejadian menetapkan suatu wawasan dunia teologis. Tujuannya bukan
ilmiah, tetapi apologetik, melawan banyak mitos dari Timur Dekat kuno.
Cerita-cerita kafir mengisahkan banyak dewa, yang bagaimanapun dikaitkan dengan
alam; dewa-dewa ini mempunyai keterbatasan dan kebutuhan; dunia timbul sebagai
hasil pertarungan di antara mereka; dan manusia diciptakan untuk melayani
dewa-dewa sebagai budak-budak. Kitab Kejadian menentang pandangan dunia ini, mengajarkan
dengan jelas bahwa hanya ada satu Allah; bahwa Ia tidak terbatas oleh ruang,
waktu atau alam; bahwa Ia menciptakan alam semesta seluruhnya hanya dengan
perkataanNya saja; dan bahwa Ia menciptakan manusia dalam gambarNya sendiri.
Hubungan antara Allah dan ciptaan merupakan dasar dari semua ungkapan wahyu
ilahi dalam Kitab Suci (KGK 337-344).
Nabi-nabi Perjanjian Lama menubuatkan suatu pembaruan
ciptaan, suatu masa di mana tanah akan memberikan hasil yang berlimpah-limpah
dan manusia akan hidup dalam damai, setia pada perjanjian Tuhan (lihat mis. Yes
4:5; 65:17; 66:22; Yer 31:35-36; Yeh 36:8-11). Sastra kebijaksanaan Pl
menyampaikan suatu renungan yang lebih maju tentang tata ciptaan (lih mis. Mzm
8, 19, 96; Keb 7-8; Sir 17-18). Ketika waktunya tiba, Perjanjian Baru
mewartakan Kristus sebagai “Adam yang baru” (lihat Adam), titik pusat
penciptaan baru yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Injil Yohanes
dimulai dengan suatu pernyataan kembali kisah penciptaan: “Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah” (Yoh 1:1). Sejauh ini tidak ada yang istimewa dalam tafsiran Yohanes.
Tetapi beberapa kalimat berikutnya, Yohanes menyatakan sesuatu yang luarbiasa:
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Firman
atau Sabda Allah, hadir dalam ciptaan, menjadi manusia Yesus Kristus. Kuasa
Allah Bapa menciptakan alam semesta melalui kasih Allah Putera.
Penciptaan dimulai dengan air dan Roh:
“Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej 1:2). Kristus berkata:
''Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan
Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Paralel yang
sangat jelas ini menunjukkan bahwa baptis mengawali suatu penciptaan baru, dan
Paulus mengatakan dalam suatu pernyataan yang eksplisit: “Jadi siapa yang ada
di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang” (2 Kor 5:17). “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak
ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Gal 6:15).
Paulus menyatakan bahwa penciptaan
merupakan “belenggu” sampai kedatangan Kristus (Rm 8:21). Maka kedatangan
Kristus memperbarui segalanya, suatu janji yang akandipenuhi dengan sempurna
pada akhir zaman, ketika “langit dan bumi yang baru” (Why 21:1) menggantikan
yang lama. Tetapi umat Kristiani sudah mengalami pencptaan baru dalam baptis:
walaupun merekahidup di dunia ini, mereka sudah warga Yerusalem surgawi.
Penciptaan Kembali
MAKSUDNYA ADALAH Pembaharuan
ciptaan dan pemulihan keadaan rahmat. Tidak ada istilah khusus untuk gagasan
ini dalam Perjanjian Lama walaupun ada sejumlah teks nubuat yang membayangkan
kelahiran baru umat perjanjian dalam arti kebangunan, kebangkitan (Yes 26:19;
Hos 6:2; Dan 12:2) dan pengampunan dosa (Yes 27:9; Yer 31:33-34; Yeh 36:25).
Tekanan sering diberikan kepada pembaruan dimensi batin; yaitu rahmat
pembaharuan rohani yang menyentuh inti keberadaan (Ul 30:6; Yer 31:33; Yeh
36:26-27). Demikian pula gagasan itu menyangkut pencurahan Roh Kudus atas umat
Tuhan (Yes 32:15; 44:2; Yeh 11:19; Yl 2:28).
Istilah “regenerasi” atau penciptaan
kembali di dalam Perjanjian Baru, dalam bahasa Yunani palingenesis,
muncul dua kali. Di salah satu teks, istilah itu merujuk pada “dunia baru” atau
tatanan yang diperbarui yang memasuki dunia melalui tata rahmat Kristen (Mat
19:28). Pada teks yang lain istilah itu merujuk pada kelahiran kembali kaum
beriman melalui baptis dan hidup baru yang berasal dari Roh Kudus (Tit 3:5; bdk
1 Ptr 1:3). Yesus sendiri merujuk pada kelahiran kembali dari baptis ketika
berkata, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Di dalam pemenuhan harapan profetis
nabi-nabi Israel, penciptaan kembali meliputi penghapusan dosa (Kis 2:38;
22:16), pembaruan hati (Rm 5:5; 2 Kor 3:3; Kol 2:11-12) dan antisipasi atas
kebangkitan badan (Rm 8:11; 1 Kor 15:42-50) (KGK 1215.1262).