HomilĂa del Cardenal Jorge M. Bergoglio (Paus Fransiskus)
Dalam perumpamaan Mat
21:28-32, Yesus berbicara kepada
ahli hukum, orang-orang Farisi, yang adalah orang-orang yang seperti dikatakan kepada kita,
“menganggap dirinya benar”,
bahwa yang mereka lakukan adalah baik, adalah sempurna dan memandang rendah semua orang lain. Mereka
menganggap orang lain adalah tidak sempurna, orang lain adalah orang berdosa, dan seterusnya.
Aku ingat perumpamaan lain, kisah Yesus
lainnya
(Luk 18:9-14, Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai),
yang menceritakan suatu
ketika di Bait Allah seorang Farisi maju berdiri di hadapan altar dan berdoa, "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain, " (Luk 18:11) aku memenuhi semua,
aku sempurna, dan Yesus
mengatakan bahwa jauh
di sana adalah seorang pemungut cukai, yang berbaring menengadah, memukul-mukul dirinya dan mengakui bahwa dirinya seorang
berdosa.
Pemungut cukai itu menyadari diri
sebagai pengkhianat negeri mereka
sendiri, menjadi
kaki tangan dalam
mengumpulkan pajak, dan membayarkannya ke Kekaisaran Romawi, maka pemungut cukai itu berkata:
"Ya Allah, kasihanilah
aku orang berdosa ini" (Luk 18:13). Yesus
berkata, "orang ini (pemungut cukai) pulang kerumahnya sebagai
orang yang dibenarkan Allah, sedang orang yang lain itu (orang Farisi), tidak
" (bdk Luk 18:14)
Selanjutnya
ada lagi perumpamaan serupa. Di sini dikisahkan seorang bapa, yang merupakan gambaran bagi Allah, memunyai dua orang anak laki-laki dan yang satu sangat
santun, sangat baik, selalu bilang
ya pada segalanya yang diperintahkan agar dilakukannya. Anak yang lainnya
dilukiskan lebih temperamental, suka mengungkapkan
kemarahan atau perasaannya, tetapi hatinya terbuka pada kesusahan Tuhan
dan karena
itu bertobat. Kepada orang Farisi Yesus bertanya: “Di antara kedua anak itu, mana yang
melakukan kehendak ayahnya?” Apakah anak yang menjawab, "Aku tidak mau" yang
pada saat itu sedang ngambek, memang ia ngambek, tapi
kemudian ia berpikir bahwa ia harus mematuhi
ayahnya, lalu memikirkan tugasnya dan
memenuhi kehendak bapanya. Ataukah anak yang lain yang
menjawab "Baik ,bapa" tetapi ia tidak pergi
melaksanakannya. Dia tidak
memenuhi kehendak ayahnya, tetapi terus berusaha tampil seolah-olah ia
patuh. Dari situ
muncullah persoalan orang-orang
Kristen 'kosmetik', orang-orang
Kristen yang tampak
bersikap baik, tapi sebenarnya adalah kebiasaan yang buruk.
- Saya benar-benar seorang Katolik, saya anggota
perkumpulan katolik ini dan itu.
- Katakan padaku, apakah kau
punya pembantu
rumah tangga di rumah?
- Ya
-
dan apakah kamu membayarnya secara adil, atau membeda-bedakan?
-
Tentu sungguh baik jika Anda berhenti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan
seperti itu…
-
Dengan mengajukan pertanyaan.
Dan jika Anda terus bertanya, akan tampak bahwa ia menjalani kehidupan ganda yang mencemaskan. Orang
Kristen seperti ini, adalah
orang Kristen Farisi, yang menimbulkan lebih banyak kerusakan pada umat
Allah. Maka Yesus berkata kepada orang banyak "lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu karena
mereka mengajarkan hal-hal yang
baik, tapi jangan turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka tidak melakukan apa yang
mereka ajarkan, " (Mat 23:3) karena mereka
menjalani kehidupan ganda. Yesus menyebutkan dua kata sifat yang
cocok benar bagi mereka. Yang pertama berulang
kali mereka disebut munafik, "Romo, saya sehari-harian ke gereja dan melakukan banyak hal" dan Yesus menyebutnya “munafik”, karena apa yang tampak berbeda dari apa yang diamalkan dalam hidup.
Dan
kata sifat yang kedua adalah gambaran "kuburan yang dilabur putih," (bdk Mat 23:27) seperti kuburan yang indah,
semua bagus
di luar namun kita tahu apa yang
ada di dalamnya: busuk (Mat 23:27). Orang Kristen di permukaan belaka.
Dan di sini Yesus menyatakan kehendak-Nya agar kita tidak ikut-ikutan jalan orang yang berpuas
diri.
Ketahuilah bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang baik sangat
penting untuk mengakui bahwa kita adalah orang berdosa.
Jika seseorang
di antara kita menganggap dirinya tidak berdosa, dia bukan orang Kristen yang baik. Ini adalah syarat pertama. Karena itu kita khususnya mengakui secara konkret: "Saya berdosa dalam hal ini, dalam hal itu, karena ini
.... " Ini adalah syarat
pertama untuk mengikut Yesus.
Dari sini kita memahami kata-kata
dalam kalimat yang begitu sulit pada akhirnya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai
(yang adalah pengkhianat negara) dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk dalam Kerajaan Surga." Maksudku,
Yesus menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan dia
berkata: “Bapa di surga bukanlah bapa yang melaksanakan keadilan secara legalistik. Dia adalah Bapa
yang penuh belas kasihan”.
Dan doa dari Misa hari ini menyatakan satu hal yang
mungkin kurang kita pahami, kita berseru kepada Allah, "Allah
yang lebih kuat kuasa dalam belas kasihan dan pengampunan." Begitu besarnya kuasa Allah
hingga memiliki
kekuatan untuk menciptakan dunia,
namun Ia memiliki
kuasa yang lebih besar lagi untuk mengampuni, tapi
untuk itu kita perlu menyediakan ruang, untuk membuka
hati kita, yang memadai untuk menyilakan masuk rahmat dan pengampunan-Nya.
Maka marilah lanjut lagi sekarang,
dengan
merayakan ulang tahun Komunitas
Sant'Egidio, yang terus-menerus
berkaitan dengan upaya membuka jalan bagi mereka yang merasa diri tidak layak, karena tampaknya tidak ada tempat bagi mereka dan karena kurang disukai,
mintalah anugerah Tuhan supaya membuka
hati kita.
"Bapa: Bagaimana saya tahu apakah saya seorang Kristen di
permukaan saja ataukah saya seorang pengikut Yesus?
"
“Perhatikanlah, salah
satu ciri
orang Katolik di “permukaan” yang munafik, kuburan
yang dilabur putih, adalah bahwa ia selalu mengkritik orang lain, ia selalu
bicara buruk tentang orang lain, entah seseorang anggota keluarga, entah tetangga atau rekan kerja. Di sebaliknya ia mengulangi
perbuatan orang Farisi yang berdiri di
depan altar dan berkata: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain. " Ada suatu pepatah
kecil : “Untuk menutupi
rasa malu pada tetangga karena
memakai pakaian putih sebagai tanda pengakuan bahwa ia berdosa," maka ia malahan melontarkan kecaman-kecaman. Itu adalah ciri pertama Kristen yang
kaku, munafik, seorang Farisi selalu berbicara buruk tentang orang lain.
Marilah kita sekarang memohon kepada Yesus rahmat dari-Nya untuk membuka hati dan budi kita bagi rahmat pengampunan-Nya, katakanlah kepada Tuhan: ya, Tuhan saya berdosa, saya berdosa karena ini, ini dan ini.
Datanglah, ya Tuhan, datanglah membenarkan saya di hadapan Bapa.
Diterjemahkan Bambang Kussriyanto dari Cristiani di facciata.
HomilĂa del Cardenal Jorge M. Bergoglio en ocasiĂłn del 43Âş Aniversario de la Comunidad de Sant’Egidio (Buenos Aires - Catedral Metropolitana – 24 de Septiembre de 2011)