Titus
Seorang Kristen
bukan Yahudi (Gal 2:3) yang menjadi salah seorang rekan sekerja Paulus (2 Kor
8:23). Sebelumnya, ia muncul bersama Paulus di Yerusalem pada waktu sunat masih
dipersoalkan dengan sengit (Gal 2:1-5). Selanjusnya Titus diutus Paulus untuk
menjadi wakilnya bagi jemaat di Korintus (2 Kor 2:13; 7:6.13-14; 8:6, 16, 23;
12:18). Ia sekali lagi diutus untuk mengawasi pengumpulan derma bagi jemaat
Yerusalem (2 Kor 8:6) dan kepadanyalah dialamatkan Surat kepada Titus (Tit
1:4). Surat ini menyarankan agar Titus pergi ke Kreta bersama Paulus (Tit 1:4),
karena ia disuruh membina jemaat di sana, dan kemudian menuju Nikopolis (Tit
3:12). Selanjutnya Titus berada di Dalmatia tempat ia melakukan pelayanan pada
waktu penulisan Surat Kedua untuk Timoteus (2 Tim 4:10). Menurut tradisi Titus
kembali lagi ke Kreta dan menjadi uskup di sana (Eusebius, Hist. Eccl,
3.4.6)
Surat Kepada Titus
Salah satu dari
ketiga surat yang disebut Surat-surat Pastoral (bersama dengan 1 dan 2 Tim).
Ditujukan kepada salah seorang rekan sekerja yang dekat dengan Paulus. Isinya
berhubungan dengan soal penggembalaan jemaat Kristen awal. Surat kepada Titus
juga menyampaikan berbagai pandangan yang berharga atas pelayanan dan pemikiran
Paulus di tahun-tahun terakhir dalam hidupnya.
Secara bulat jemaat
Kristen yakin hingga abad kesembilanbelas bahwa Surat kepada Titus, bersama
dengan surat-surat pastoral yang lain, ditulis oleh Paulus, seperti dinyatakan
di dalam surat itu sendiri (Tit 1:1; bdk 1 Tim 1:1 dan 2 Tim 1:1). Beberapa ahli
pada abad kesembilanbelas meragukan Paulus sebagai penulis surat-surat pastoral
itu mengingat perbedaan gaya bahasa dengan Surat-surat Paulus yang tidak
dipersoalkan, tidak dicantumkannya ajaran-ajaran yang khas dari Paulus, dan
situasi historis yang tampak melatarbelakangi surat itu. Perbantahan mengenai
Paulus sebagai pengarang Surat kepada Titus adalah sama dengan bahasan kita berkenaan dengan Surat 1 dan 2 kepada Timoteus,
dan sekali lagi sikap tradisi tentang Paulus sebagai penulis surat ini tetap
dipegang dan menjelaskan data serta berbagai hipotesis alternatif lainnya.
Waktu penulisan Surat kepada Titus tidak
bisa dipastikan dan bukti dari dalam surat itu sendiri terlalu sedikit untuk bisa
membandingkan kejadian-kejadian yang dibicarakan dengan kronologi yang terdapat
dalam Kitab Kisah Para Rasul. Menurut tradisi, Paulus melakukan perjalanan
misinya yang keempat sesudah dipenjarakan di Roma (sekitar 60-62 M; bdk Kis
28:16) dan sebelum ia mati sebagai martir (tahun 67 M), maka mungkin surat
kepada Titus disusun Paulus berturutan waktunya dengan penulisan surat 1 Tim,
antara tahun 63 dan 66 M. Para ahli yang menyangsikan surat-surat pastoral itu
sebagai karya Paulus menduga surat itu ditulis oleh salah seorang murid Paulus
jauh di kemudian hari, antara tahun 80 dan 110.
II. ISI
i. Salam
Pembukaan kepada Titus (Tit 1:1-4)
ii. Kriteria
Bagi Pemimpin Jemaat Kristen (Tit 1:5-9)
iii. Persoalan
Pengajar Palsu (Tit 1:10-16).
iv. Perilaku
Kristen (Tit 2:1-10)
v. Komitmen
Kristen (Tit 2:11--3:1-7)
vi. Penutup
III. MAKSUD DAN
TEMA
Paulus mengirimkan
surat itu kepada Titus yang berada di pulau Kreta di Laut Tengah, di mana dulu
Paulus dan Titus bersama-sama mewartakan Injil. Paulus harus melanjutkan perjalanan
misinya, tetapi Titus ditinggalkan untuk membantu penduduk setempat yang
terdiri dari baik sekelompok jemaat orang Yahudi (Tit 1:10) maupun sebagian
besar orang yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan dan menyolok dalam hal rendahnya moralitas (Tit 1:12).
Isi pokok surat itu (Tit 1:5—3:11)
berkaitan dengan petunjuk Paulus agar Titus mengatur himpunan jemaat Kristen di
situ dan mengangkat pemimpin-pemimpin yang dapat melaksanakan karya
penggembalaan atas jemaat (Tit 1:5). Seperti yang diuraikan dalam 1 Tim (1 Tim
1:13), Paulus menyerukan supaya Titus membangun kekuatan jemaat dan
kememimpinan mereka di dalam menghadapi para pengajar palsu (Tit 1:10-16; bdk 1
Tim 1:3-7).
Paulus mengawalinya dengan memerintahkan
Titus mengangkat pemimpin-pemimpin jemaat yang dapat diandalkan (Tit 1:5-16),
terutama sebagai pengajar-pengajar. Salah satu kualitas yang dituntut dari para
pemimpin ini adalah kemampuan praktis dalam merawat rumah-tangga mereka sendiri
(Tit 1:6). Ia kemudian memberikan suatu norma perilaku (Tit 2:2-10) bagi jemaat
dan mendesak Titus agar menangani para perusuh (Tit 2:15—3:11). Paulus
menyatakan kepercayaannya yang penuh kepada Titus, dan setelah melaksanakan
tugasnya di Kreta, Titus harus bergabung lagi dengan Paulus di Nikopolis pada
waktu musim dingin (Tit 3:12).