Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Persiapan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Persiapan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2022

MEMASUKI ERA BARU SERBA GUNCANG

 Bambang Kussriyanto



Setelah tiga puluh tahun relatif tenang, dunia diperkirakan memasuki era baru dengan narasi kemajuan yang secara struktural berbeda, serba guncang oleh dampak berbarengan dari pandemi global, kelangkaan energi, inflasi yang meluas dan tinggi, dan meningkatkan luasan ketegangan geo-politik. Gambarannya kurang lebih setara pasca Perang Dunia II (1944-1948), pasca Krisis Energi 1970-an (1971-1973), dan Pasca pecahnya Uni Soviet (1989-1992). Guncangan ekonomi akan menyebabkan guncangan sosial. Sekitar 101 dari 198 negara diperkirakan akan mengalami kerusuhan sipil. Semua ini dirasakan sebagai klaster gempa besar yang sedang mengubah wajah dunia. Diperlukan persiapan dari sekarang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan.

Di Eropa 19 negara mengalami inflasi yang menyulitkan. Di jalanan setiap hari warga melakukan demo meminta kenaikan upah, keluarga-keluarga mengalami kesulitan untuk membeli pangan dan membayar listrik. Dari bulan September 2021 pemerintah-pemerintah telah mengeluarkan dana tambahan untuk energi lebih dari $566 milyar (sekitar Rp 7.924 trilyun). Kini masih harus menghadapi goncangan politik karena tuntutan ekonomi rumahtangga rakyat akibat melejitnya biaya hidup.

Krisis pasca Perang Dunia II (1944-1948), pasca Krisis Energi 1970-an (1971-1973), dan Pasca pecahnya Uni Soviet (1989-1992) masing-masing telah mengantar era baru dengan struktur masing-masing: Era Booming Pasca Perang (1945-1970), Era Maraknya Gerakan Sosial (1971-1989) dan Era Pasar (1989-2017). Era baru seperti apa yang kita hadapi melalui krisis dunia yang kita alami sekarang? Era yang akan terbentuk dalam kurun 20 tahun dari sekarang? Krisis moneter Asia 1997-1998, ledakan dot com 2000, dan krisis keuangan 2008 dipandang hanya tremor dibanding gempa yang dirasakan sekarang.

Ada lima titik perhatian yang sekarang sedang dipelajari dengan cemas prihatin sekaligus harapan untuk kebaikan:

- Tatanan dunia

- Platform teknologi digital

- Demografi

- Sumber dan sistem energi

- Peranan modal.

Pantauan situasi dan studi-studi sedang dilakukan di berbagai pusat kajian baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Bagaimana kita melihat tanda-tanda zaman dan menyiapkan kondisi yang terbaik bagi diri kita dan anak cucu kita bersama?

 




Sabtu, 17 September 2022

Komitmen Terkait Alam Masih Rendah

 

Menyongsong COP 15 Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB Tahun ini.

Bambang Kussriyanto



Kesehatan alam, seperti perubahan iklim, diakui sebagai suatu risiko global yang mendesak. Dari segi ekonomi saja, separoh dari aktivitas ekonomi sungguh atau setengahnya bergantung pada modaI alam – pada cadangan harta kekayaan alam. Pemerintah dan organisasi antar-pemerintah semakin gencar mengarusutamakan perhatian pada krisis alam, sementara dalam jumlah yang bertambah peusahaan-perusahaan sudah menjanjikan bantuan terkait keanekaragaman hayati atau menjadi “bersikap positif pada alam”. Berbagai organisasi yang berbasis industri, semisal “Taskforce on Nature-related Financial Disclosures” (TNFD, Gugus Tugas Pengungkapan Keuangan terkait-Alam), membuat kerangka kerja  bagaimana perusahaan memberikan laporan dan melakukan tindakan atas risiko dan peluang yang berkaitan dengan alam.

Perusahaan-perusahaan melangkah pada tataran awal dalam komitmen pada seperangkat tujuan-tujuan yang luas berkaitan dengan alam. Tinjauan tingkat tinggi atas Fortune Global 500 companies menunjukkan kebanyakan perusahaan (83 persen) mempunyai target-target pro-iklim, atau setidaknya memerhatikan perubahan iklim (15 persen). Tetapi target dan perhatian atas berbagai dimensi alam lainnya masih sangat rendah.

Misalnya, kendati 51 persen perusahaan memahami rusaknya keanekaragaman hayati, hanya 5% saja yang menentukan target-target kuantitatif berdasarkan pemahaman itu. Sedangkan sebagian dimensi alam, seperti pencemaran nutrisi tanah tampak kurang diangkat jadi wacana publik. Ini tidak mengherankan, sebab sementara diperlukan puluhan tahun pengalaman untuk membantu perusahaan-perusahaan memahami bagaimana cara mengatasi perubahan iklim, pemahaman mereka atas dimensi-dimensi lain dari alam dapat dikatakan baru lahir.

Belum ada ancangan atau pendekatan baku untuk mengukur modal alam dan jasa-jasa eko-sistem, dan pada umumnya perusahaan-perusahaan tidak tahu harus melakukan apa dari sekedar memahami tantangan yang dihadapi. Sementara para pimpinan perusahaan semakin menyadari pentingnya kesehatan alam, pengetahuan mereka masih sangat terbatas mengenai bentuk-bentuk keterlibatan struktural dan tanggungjawab atas kerusakan alam dan karena itu tidak bisa membuat komitmen kuantitatif.

Sementara perusahaan memerhatikan dimensi alam apa yang paling penting berhubungan dengan aktivitas mereka, makin bertambah harapan akan adanya pedoman awal seperti  prakarsa mengenai Science-Based Targets for Nature (SBTN, Target-target Berbasis Keilmuan atas Alam) supaya perusahaan mempunyai “pengertian lengkap mengenai dampak dan ketergantungan mereka pada kondisi alam”.

Menyongsong COP 15 Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB tahun ini, pemerintah negara-negara akan membuat kesepakatan atas sasaran-sasaran baru berkenaan dengan alam untuk menjamin visi bersama hidup selaras dengan alam terlaksana. Sekarang adalah masa untuk memikirkan apa yang diperlukan untuk menunjukkan spektrum yang luas dan efektif dari langkah tindakan yang terkait alam untuk perusahaan-perusahaan.

Para pemimpin perusahaan memerlukan pengetahuan akan bentuk dan besarnya tantangan alam terhadap kegiatan mereka, risiko yang dihadapi kegiatan usaha mereka dan pengembangan bisnis mereka. Apa target-target yang perlu dicapai dan tindakan yang perlu diambil perusahaan mereka terkait dengan semua dimensi alam.  

 

Sumber: McKinsey