Siria Suriah
Wilayah tepat di sebelah utara Palestina dan di sebelah tenggara Asia Kecil. Di masa Perjanjian Lama Siria adalah kawasan suku-suku Aram dan kemudian menjadi tempat kedudukan Kerajaan Seleukus. Siria menjadi suatu provinsi Roma di tahun 64 SM setelah ditaklukkan oleh Pompeyus Agung. Pada masa Perjanjian Baru, Siria diperintah oleh legatus dari Roma yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan besar di bagian sebelah timur Kekaisaran Roma (Luk 2:2; Kis 15:23. 41; 18:18; 20:3; 21:3; Gal 1:21).
Penduduk wilayah Punisia dalam provinsi Roma di Siria. Bagi orang Yahudi, bangsa Punisia pada dasarnya adalah bangsa Kanaan. Seorang wanita Siro-punisia memohon Yesus agar mengusir roh jahat dari tubuh puterinya (Mrk 7:24-30; Mat 15:21-28 menyebutnya orang Kanaan). Yesus menguji wanita itu dengan memperlakukannya seperti sikap orang Yahudi yang menghina orang Kanaan: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Tetapi perempuan itu menjawab: ''Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Yesus berkata kepadanya bahwa anaknya telah sembuh. Penulis Injil menggunakan peristiw itu untuk menunjukkan bahwa Yesus membawa harapan bukan hanya bagi orang yahudi, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain – termasuk bangsa Kanaan yang dibenci.
Antiokhia
Salah satu kota utama di
Kekaisaran Roma. Dibangun pada tahun 300 SM oleh Seleukus I Nikator pada Sungai
Orontes di Siria dan disebut dengan nama ayahnya, Antiokhus Karena letaknya
sekitar empat puluh kilometer dari laut, kota ini ditopang oleh kota pelabuhan Seleusia, Pieria.
Antiokhia berada di suatu daerah subur yang menghasilkan
gandum, zaitun, anggur dan ikan berlimpah-limpah, dan letaknya sangat baik
untuk perdagangan baik dengan Timur
maupun dengan Barat. Bertumbuh dengan cepat setelah didirikan, Antiokhia
akhirnya menjadi salah satu dari tiga kota utama dalam Kekaisaran Roma, bersama
dengan Roma sendiri dan Aleksandria.
Pada abad kedua SM mungkin penduduknya sekitar 600.000 orang menurut Plinius (Nat 6.122). Kota itu terkenal dengan
bangunan-bangunannya yang indah dan kemewahannya.
Setelah runtuhnya Dinasti Kerajaan Seleukus pada abad pertama
SM, dan akhirnya dikayahkan oleh Pompeyus Agung pada 64 SM, Antiokhia jatuh ke
dalam kekuasaan Roma dan menjadi ibu kota Provinsi Roma di Siria. Dengan
demikian, kota itu juga menjadi titik strategis Kekaisaran Roma dan menjadi
salah satu pusat kebudayaan utama yang berlangsung terus hingga di zaman
Kristen.
Dlm PL Antiokhia disebutkan hanya di dalam Kitab 1,2 Makabe sebagai ibukota Kerajaan Seleukus (1 Mak 3:37; 4:35; 6:63; 11:13.56; 2 Mak 4:33). Dlm PB kota itu menjadi pangkalan basis komunitas Kristen yang melarikan diri dari Yerusalem sesudah Stefanus menjadi martir. Gereja di Antiokhia adalah yang pertama menyapa bangsa-bangsa lain bukan Yahudi secara sitematik, dan di kota inilah pengikut Kristus pertama kalinya disebut Kristiani/Kristen (Kis 11:19-26). Sedemikian berhasilnya Gereja di Antiokhia sehingga Barnabas dikirim ke sana dari Gereja Yerusalem (Kis 11:22). Barnabas kemudian memanggil Paulus ke kota itu, dan Antiokhia lalu menjadi tempat pertama di mana Paulus merasul (Kis 11:26). Di Antiokhia jugalah Paulus dan Petrus berselisih pendapat mengenai soal sunat bagi bangsa lain bukan Yahudi yang menjadi Kristen (Gal 2:11-14).
Aram
Suku-suku Aram menguasai sejumlah negara-kota yang kecil tetapi aktif dalam perdagangan, tidak cukup bersatu untuk membentuk suatu kerajaan. Mereka sering berhubungan dengan suku-suku Israel, terutama kerajaan utara. Yang paling utama dari kerajaan-kerajaan Aram adalah Damaskus; mereka jatuh tersapu oleh Kerajaan Daud (2 Sam 8:5) tetapi kemudian bebas kembali (1 Raj 11:23-25). Ben-hadad, raja Damaskus menyerang bangsa Israel pada masa Asa di Yehuda, menguasai Omri dari Israel, tetapi dua kali dikalahkan oleh Ahab (1 Raj 20). Pada tahun 732 SM kerajaan Damaskus akhirnya jatuh di bawah raja Asyur Tiglat-pileser III, yang menambahkan wilayah itu ke dalam daerah Asyur yang berkembang dengan pesat. Jatuhnya negara-negara Aram dengan demikian menyingkirkan penghalang di antara Israel dan bangsa Asyur yang terus bergerak maju.
Damsyik
Atau Damaskus. Salah satu
kota utama di Siria, yang terletak di dataran subur di antara dua aliran
sungai, yaitu Sungai Abana (nama modernnya Barada) dan Sungai Parpar (2 Raj
5:12) di tepian gurun Siria. Suatu kota kuno yang tidak jelas asal-usulnya.
Letaknya yang di jalan perdagangan utama membuat kota itu menjadi salah satu
pusat dagang yang penting di kawasan itu. Di kota inilah ibu negeri Kerajaan
Aram selama abad ke sepuluh hingga ke delapan
SM dan dengan demikian banyak berurusan dengan kerajaan Israel, yang
kadang-kadang bermusuh (bdk 1 Raj 15:18-20; 19:15; 20:22; 2 Raj 5-7; 8:7-15;
10:32-33). Namun dengan majunya Asyur, Damsyik terpaksa bergabung dengan
negara-negara Timur Dekat lainnya termasuk Israel. Bangsa Asyur tertahan
sebentar dalam pertempuran di Kargar pada tahun 853 SM tetapi kemudian tidak
terbendung lagi dan Damsyik jatuh ke tangan Tiglat-pileser III sekitar tahun
732 SM dan digabungkan dengan kerajaan Asyur (2 Raj 16:9; Yes 7:8; 8:14.17; Yer
49:23; Amos 1:5). Kemudian Damsyik berpindah-pindah tangan kepada
kerajaan-kerajaan berikutnya termasuk Babilonia, Persia, Aleksander Agung dan
Seleukus (1 Mak 11:62; 13:32). Sesudah jatuhnya kerajaan Seleukus, Damsyik
dibawak kendali bangsa Nabatea. Ketika Pompeyus Agung mendirikan Provinsi
Kekaisaran Roma di Siria pada tahun 63 SM, bangsa Nabatea dibiarkannya tetap
memerintah Damsyik. Kota itu akhirnya langsung berada di bawah kekuasaan Roma
pada pertengahan abad pertama M.
Ketika Paulus berada di Damsyik, kota itu masih di bawah kekuasaan Raja Aretas dari Nabatea (2 Kor 11:32). Komunitas Kristen didirikan di sana tak lama sesudah Yesus disalibkan dan berkembang dengan pesat sehingga Paulus (waktu itu bernama Saulus) sedang melakukan perjalanan ke Damsyik ketika kemudian mengalami pertobatan. Dibutakan oleh kemuliaan Kristu di jalan menuju Damaskus, ia dibawa ke Jalan Lurus di Damsyik di rumah Yudas, di mana Ananias membaptisnya dan menyembuhkan kebutaannya. Ketika ia mewartakan Injil di kota itu, hidupnya terancam dan ia melarikan diri dengan diturunkan melampaui tembok kota dalam sebuah keranjang (Kis 9:1-5).
Seleusia
Suatu kota di sebelah barat
laut Siria yang diberi nama menurut Seleukus I Nikator, pendiri dinasti
Kerajaan Seleukus. Kota itu di tepi pantai di dekat muara Sungai Orontes dan
merupakan pelabuhan bagi Antiokhia. Walaupun dibentengi dengan sangat kuat,
Seleusia jatuh ke tangan Ptolemeus VI Filometor dari Mesir pada tahun 146 SM (1
Mak 11:8). Paulus berangkat dari Seleusia bersama dengan Barnabas
dalam perjalanan misinya yang pertama (Kis 13:4). Beberapa kota lain yang
bernama Selesia juga terdapat di Asia Kecil, termasuk di Pisidia, Pamfilia,
Karia, dan Frigia, serta Seleusia di Mesopotamia di pinggir Sungai Tigris.