Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Kitab Keluaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab Keluaran. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Desember 2022

PERISTIWA KELUARAN, KITAB KELUARAN

 


Peristiwa Keluaran  

(Bahasa Yunani, exod “keluar”). Keberangkatan bangsa Israel meninggalkan Mesir. Kisahnya menggambarkan penderitaan bangsa Israel di Mesir, munculnya Musa dan karyanya, sepuluh bencana, dan perjalanan terakhir keluar dari Mesir.

 I. Kisah Keluaran

A. Belenggu [Perbudakan] di Mesir

B. Melepaskan Diri dari Mesir

C. Menyeberang Laut

D. Menuju Sinai

II. Waktu Terjadinya Keluaran

III. Teologi Keluaran

IV. Keluaran Dalam Perjanjian Baru

 

I. Kisah Keluaran

A. Belenggu [Perbudakan] di Mesir

Keturunan Yakub bertambah banyak di Mesir, dan “Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka” (Kel 1:7). Tetapi nasib mereka berubah dramatis di bawah pemerintahan firaun-firaun baru yang melupakan semua kebaikan yang telah dibuat Yusuf bagi Mesir, dan yang menindas orang-orang Israel dan menjadikan mereka budak-budak (tentang latar belakang ini terkait riwayat Yusuf) dan menjadikan mereka tenaga kerja paksa untuk membangun (atau membangun kembali) kota-kota Pitom dan Raamses.

      Beberapa cerita Kitab Suci mengenai belenggu Mesir cocok dengan apa yang kita ketahui dari sumber-sumber dari Mesir. Misalnya tentang jumlah kerja wajib (Kel 5:8.13-14) yang biasa dibebankan kepada tawanan asing. Demikianlah catatan-catatan Mesir sering mengungkapkan keluhan orang Mesir yang “frustrasi pada para pekerja” yang menuntut jam-jam istirahat atau dibebaskan dari pekerjaan, seperti yang dilakukan Firaun ketika Musa dalam Kel 5 meminta agar umatnya diperbolehkan beribadat kepada Tuhan.

 


B. Melepaskan Diri dari Mesir

Musa dipilih oleh Tuhan untuk memimpin bangsanya keluar dari belenggu perbudakan. Ia menggunakan kuasa ilahi yang diberikan kepadanya untuk menghancurkan kekerasan kepala Firaun, dengan jaminan dari Allah bahwa kaum Israel akan dibebaskan (Kel 6:1-5). Lalu kisahnya berlanjut dengan pertarungan antara Musa dengan imam-imam Mesir (Kel 7:11.22; 8:7.18) dan kemudian sepuluh tulah di Mesir (Kej 7:14-12:30; Mzm 78:42-51; 105:28-36) yang memuncak dengan peristiwa Paska.

      Orang-orang Ibrani tinggal di kawasan Pitom dan Raamses (Kel 1:11). Pitom terletak di Tell el Ratabeh, dekat wadi Tumilat dan di sebelah selatan Raamses. Sedangkan Raamses boleh jadi terletak di Qantir. Sesudah meninggalkan kedua kota ini, orang-orang Israel menuju Sukot (Kel 12:37; mungkin kota Theku di Tell el Mashkhuta, sebelah timur Pitom). Jarak dari Pitom-Raamses sekitar  tiga puluh lima kilometer, walaupun banyak orang menempuh jarak kurang dari itu bergantung pada titik keberangkatan mereka.

     C. Menyeberang Laut

Dari Sukot iring-iringan orang Israel terus bergerak ke Etam (Kel 13:20) dan kemudian ke Pi-Hahirot di dekat laut (Kel 14:2). Dari tempat itu orang Israel yang terjepit di antara laut dan pasukan Mesir yang mengejar diberi jalan pelarian menyibak laut dengan mujizat dari Tuhan (Kel 14:21-31).

      Para ahli sudah lama memperdebatkan laut yang diseberangi ini. Dalam bahasa Ibrani, tempat ini disebut yam sup, artinya “Laut Teberau”. Kitab Suci berbahasa Yunani Septuaginta mengartikannya Laut Merah, yaitu Teluk Suez, yang  ada di antara Mesir bagian atas dengan Jazirah Sinai. Ini konsisten dengan 1 Raj 9:26 yang menyatakan bahwa Salomo menempatkan armada kapal dagangnya di yam sup, yang merujuk pada Teluk Aqaba, suatu keluk Laut Merah yang kedua ke daratan. Di sebelah timur pantai Jazirah Sinai. Yang menarik, ada sejumlah varietas teberau (gelagah) air asin yang tumbuh terus di sepanjang tepian Terusan Suez hingga hari ini.

      Tempat lain yang mungkin bagi laut penyeberangan ini meliputi sejumlah danau kecil yang berderet-deret di perbatasan antara Mesir dan Sinai di zaman kuno. Sejauh yang ditunjukkan oleh penelitian, Danau Pahit, Danau Timsa dan Danau El-Balla semuanya ditumbuhi teberau air asin dan mungkin dulu lebih banyak airnya daripada sekarang.

 D. Menuju Sinai

Setelah menyeberangi laut teberau, orang Israel menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan atas pembebasan mereka (Kel 15) dan segera menuju ke gurun Sur selama tiga hari (Kel 15:22) dan akhirnya mencapai Elim (Kel 15:27). Dari sana, mereka melanjutkan ke Gurun Sin. “Pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir” (Kel 16:1) mereka mencapai Sinai. Rute yang mereka tempuh melintasi Sinai terutama ditentukan oleh geografi. Ada tiga rute yang tersedia. Rute bagian utara tidak mungkin mereka lalui sebab di sana terdapat benteng-benteng Mesir. Rute di bagian tengah Sinai juga tidak mungkin bagi mereka mengingat situasinya yang sangat kering di dataran tengah. Maka yang tersisa hanyalah praktis rute sebelah selatan, yaitu rute yang akhirnya membawa mereka ke Kades-barnea.

 II. Waktu Terjadinya Keluaran

Para ahli modern terbagi mengenai waktu terjadinya Keluaran. Sebagian mengikuti pembacaan kronologi Kitab Suci secara kaku, menempatkannya pada abad kelimabelas SM. Yang lain menggunakan penafsiran data arkeologis sebagai dasarnya, menempatkan Keluaran pada abad ketigabelas SM. Persoalan itu tidak dapat diselesaikan dengan mudah, karena Firaun yang keras kepala yang ditampilkan dalam Kitab Suci tidak disebut namanya.

      1. Keluaran di Abad Kelimabelas. Penjangkaan masa Kitab Suci didasarkan pada 1 Raj 6:1 yang menunjukkan bahwa Salomo memulai pembangunan Bait Allah Yerusalem pada tahun keempat pemerintahannya, sekitar 480 tahun sesudah keluaran dari Mesir. Dihitung mundur dari tahun 966 SM ketika fondasi Bait Allah dibangun, kita sampai pada terjadinya keluaran sekitar tahun 1446 SM. Waktu yang ditunjukkan ini dikuatkan secara tidak langsung oleh Hak 11:26, ketika Yefta menyatakan bahwa Israel telah menduduki negeri-negeri sebelah timur Sungai Yordan itu sepenuhnya tiga ratus tahun – sesuatu yang mustahil jika Keluaran terjadi dalam abad ketiga belas.

      Berdasarkan perhitungan ini, Firaun pada masa Eksodus tampaknya adalah Tutmoses III (1479-1425 SM), atau mungkin Amenhotep II (sekitar 1427-1400 SM). Soal kronologi Mesir sendiri juga masih diperdebatkan, maka sulit sekali dipastikan. Bagaimanapun, para arkeolog telah menemukan banyak fasilitas penyimpanan di sebelah timur Delta Nil, di tempat yang sama dengan kawasan kota-kota Pitom dan Raamses yang disebutkan dalam Kel 1:11 yang berasal dari abad kelimabelas, dan mungkin merupakan depot logistik militer untuk medan barat pada masa Tutmoses III. Lempeng-lempeng yang bertuliskan nama Firaun ini ditemukan di salah satu situs. Begitu pula makam Rekhmire, menteri Tutmoses III menunjukkan budak-budak Semit dan Nubianlah yang membuat bata-bata di bawah supervisi para mandor bersenjata untuk membangun kuil di Karnak (bdk Kel 5:6-21). Memang tak satupun dari temuan ini yang membuktikan berasal dari abad kelima belas untuk menunjukkan waktu Keluaran, tetapi bukti-bukti ini menunjukkan gambaran sejarah yang konsisten dengan penjangkaan waktu di dalam Kitab Suci.

      2. Keluaran pada Abad Ketigabelas.

Para ahli modern pada umumnya berpendapat peristiwa Keluaran terjadi kurang lebih dua abad lebih kemudian daripada hasil tafsiran kronologi bacaan Kitab Suci secara harfiah. Teks semacam 1 Raj 6:1 sering berbicara simbolis (misalnya 480 tahun = 12 generasi), dan catatan Kel 1:11 diartikan bahwa kota perbekalan Raamses dibangun oleh salah seorang raja bangunan Mesir yang paling terkenal, Firaun Ramesses II (sekitar 1279-1213 SM). Maka Ramesses II diidentikkan dengan Firaun yang diceritakan dalam Kisah Keluaran.

      Dari lapangan arkeologis dikatakan bahwa Keluaran pada abad ketigabelas cocok dengan situasi di Palestina di sekitar waktu itu. Misalnya, bebera arkeolog menyatakan bahwa kota Yerikho, yang tampil utama dalam periode penaklukan Kanaan oleh orang Israel (Yos 6) belum dihuni orang pada abad kelimabelas, tetapi sudah ada penduduknya pada abad ketigabelas. Sayangnya erosi besar pada situs Yerikho kuno (Tell es-Sultan) menjadikan sulit sekali merekonstruksi sejarah pendudukan di sana. Begitu pula banyak kota penggalian di Palestina menunjukkan kerusakan lapisan-lapisan tanah dari abad ketiga belas sebagai petunjuk bahwa terjadi konflik yang amat luas di Kanaan pada masa itu. Ini dikatakan cocok sekali dengan gambaran penyerbuan Israel dan penaklukan negeri itu pada abad ketiga belas.

      Pada akhirnya, peristiwa Keluaran lebih condong ditempatkan pada abad kelima belas SM. Kronologi Kitab Suci dengan tegas mengarahkan ke sini, dan bukti arkeologis sama-sama bisa menopang kedua aliran pendapat. Sesungguhnya, temuan arkeologi modern dapat ditafsirkan berbeda oleh ahli yang berbeda, maka tampaknya tidak bijaksana untuk menjadikan data seperti itu sebagai dasar primer bagi peninjauan ulang penjangkaan waktu Kitab Suci.

 

III. Teologi Keluaran

Tema pokok dari Keluaran dinyatakan oleh Tuhan kepada Musa: “Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, Tuhan, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah Tuhan" (Kel 6:7-8)

      Keluaran merupakan perluasan dari janji kepada Abraham bahwa Israel akan diberi tanah Kanaan (Kel 3:8; 6:8). Peristiwa itu merupakan alasan perayaan peringatan sebagai suatu kemenangan besar bagi umat Israel berkat kuasa Tuhan (bdk Mzm 78:12-14; 106:8-10; 135:8-11). Namun kenangan akan Keluaran lebih dari sekedar perayaan kejadian masa lalu; kenangan itu merupakan pernyataan terus menerus karya Allah yang penuh kuasa bagi umatNya. Melalui peringatan-peringatan hari raya yang dilaksanakan umat sebagai kenangan akan karya keselamatan Tuhan, maka karya Tuhan itu diwujudnyatakan dan dihadirkan kepada setiap generasi baru (KGK 1363).

      Dalam kisah Keluaran, landasan dasar Israel sebagai suatu bangsa dapat dilacak kembali, bukan pada penaklukan Kanaan, melainkan pada campurtangan langsung yang dilakukan Tuhan di dalam menolong umatNya. Rujukan-rujukan pada Keluaran sering dilakukan para nabi, yang melihat harapan di dalam kuasa Tuhan yang menyelamatkan sekalipun mereka berkeluh kesah mengenai ketidaksetiaan umat Yahudi (Yes 10:26; 51:10; 63:11; Yer 31:32; Yeh 20:5; Mi 6:4). Pembebasan merupakan suatu tipologi bagi keselamatan yang bakal datang (bdk Yes 41:18; 43:19; 48:21; 49:10).

 IV. Keluaran Dalam Perjanjian Baru

Keluaran merupakan pola yang menentukan sebagai dasar pengharapan Israel untuk keselamatan dan pembebasan. Dengan Keluaran terdapat preseden historis bagi kepercayaan pada kekuatan Yahweh yang menyelamatkan. Keluaran mendasari antisipasi Yesaya atas kepulangan ke Yehuda setelah Pembuangan Babilonia (Yes 40-66), namun yang paling penting bahwa Keluaran menjadi penting bagi Perjanjian Baru dan pembebasan yang dilaksanakan oleh Mesias. Dengan demikian Keluaran merupakan tipologi penebusan Kristen. Penggenapan akhir dari rencana keselamatan Tuhan ada pada Kristus, sehingga Paulus menulis: “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Kor 10:2-4)

      Pembebasan Israel dari Mesir merupakan bayangan awal bagi pembebasan kita dari perbudakan dosa (Rm 6:6-7; bdk 1 Kor 10:1-2); pesta Paska Yahudi mengantisipasi Kristus, Anak Domba Allah, yang datang membebaskan manusia dari kematian dan yang dagingNya menjadi santapan dalam Ekaristi (1 Kor 5:7-8; 1 Ptr 1:18-19); Ekaristi juga dipandang seperti manna pemberian Tuhan di padang gurun (Yoh 6:31-35; 1 Kor 10:1-4); akhirnya, Kemah Pertemuan merupakan tipologi kemanusiaan Kristus, yang memilih tinggal di antara umatNya melalui Inkarnasi (Yoh 1:14).

Baca Juga: MUSA

 

Kitab Keluaran   

Kitab kedua dari Perjanjian Lama dan kitab kedua dari Pentateuch atau kelima kitab Taurat Musa. Judul dalam bahasa Ibrani dari Kitab Keluaran adalah we’lleh semot, yang berarti “dan inilah nama-nama” (Kel 1:1), yang mengatakan ulang Kej 46:9: “”Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarga masing-masing”. Judul itu dengan demikian menunjukkan bahwa buku ini merupakan kelanjutan kisah dari Kitab Kejadian, yang berakhir dengan keberadaan keluarga Yakub menetap di Mesir. Kitab Suci berbahasa Yunani Septuaginta menggunakan judul Exodos, artinya, “berangkat” atau “titik tolak” menggambarkan isi karya tulis itu: keberangkatan Israel keluar dari Mesir. Kitab Suci Vulgata berbahasa Latin menggunakan judul itu juga: Liber Exodus, Kitab Keluaran.

      Kitab Keluaran ditandai oleh dua peristiwa yang sangat penting di dalam sejarah panjang Perjanjian Lama – keberangkatan orang Israel dari Mesir dipimpin oleh Musa, dan Perjanjian Sinai. Di dalam Keluaran, riwayat para Bapa Bangsa diteruskan dalam pembentukan Israel sebagai suatu bangsa melalui Perjanjian Sinai dan pembaruannya nanti setelah umat Allah menyembah berhala.



 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

II. Isi

III. Maksud dan Tema

A. Menunjukkan Kuasa Tuhan

B. Perjanjian Suatu Kerajaam Imam

C. Pembaruan Perjanjian

 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

Menurut tradisi, pengarang dari seluruhPentateuch atau kelima kitab Taurat Musa adalah Musa. Para ahli modern sering lebih suka menganggap kitab Keluaran sebagai kumpulan kisah dan tradisi hukum yang mula-mula disampaikan secara lisan dan kemudin dalam bentuk catatan tertulis melalui sejarah panjang Israel (lihat Pentateuch untuk bahasan mengenai hipotesis berbagai sumber), dan akhirnya menerima bentuk akhirnya jauh di masa kemudian.

      Di pihak lain pernyataan bahwa Musa pengarang kitab ini tidak hanya didukung oleh tradisi Yahudi dan Kristen, tetapi oleh kitab ini sendiri. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus menggambarkan Kitab Keluaran sebagai “kitab Musa” (Mrk 12:26). Naskah kitab Keluaran menunjukkan sejumlah ciri yang mengingatkan kita pada kesusasteraan, kode hukum, dan perjanjian dari kawasan Timur Dekat pada abad kelima belas SM, misalnya Kode Hammurabi (bdk Kel 21-23). Uraian Kemah Pertemuan serupa dengan uraian tempat suci Mesir dan dari kalangan Ugarit dari milenium kedua SM. Ciri-ciri ini dengan kuat menunjukkan bahwa Keluaran ditulis sekurangnya mendekati zaman Musa.

 

II. Isi

I. Keluaran dari Mesir (1:1-18:27)

A. Israel Diperbudak di Mesir (1:1-22)

B. Kelahiran dan Panggilan Musa (2:1-4:31)

C. Musa dan Harun Menuntut Kebebasan Israel (5:1-7:13)

D. Sepuluh Tulah (7:14-11:10)

E. Penetapan Paskah (12:1-50)

F. Keluaran (12:51-15:27)

G. Perjalanan Menuju Sinai

II. Perjanjian (19:1-40:38)

A. Perjanjian Sinai (19:1-24:18)

B. Kemah Pertemuan dan Tabut Perjanjian (25:1-31:18)

C. Pelanggaran Perjanjian (32:1-33:23)

D. Pembaruan Perjanjian (34:1-35)

E. Persiapan dan P|embuatan Kemah Suci (35:1-40:33)

F. Yahweh Berdiam Di Kemah Suci (40:34-38)

 

III. Maksud dan Tema

Kitab Keluaran melanjutkan kisah sesudah Kitab Kejadian berakhir. Kitab Kejadian dianggap sebagai poros putaran Taurat karena peristiwa Perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai hanya mungkin karena campur tangan langsung oleh Tuhan dalam melaksanakan pembebasan umatNya keluar dari Mesir. Untuk melaksanakan karya itu Tuhan memilih Musa. Kitab ini didominasi oleh dua tokoh: Musa yang menjadi pengantara Perjanjian, dan pemberi hukum kepada orang Israel; dan Tuhan Pencipta yang mengasihi yang menganugerahkan perjanjian.

 

A. Menunjukkan Kuasa Tuhan

Keluaran dari Mesir (Kel 1:1-18:27) memulai gambaran keadaan keturunan Yakub yang menetap di Mesir (bdk Kej 37:2--50:26) dan diperbudak. Setia kepada janji yang diberikan kepada Abraham Tuhan membangkitkan seorang tokoh yang luar biasa, Musa. Tuhan mengungkapkan diri kepada Musa dan menyatakan namaNya adalah Yahweh, Allah para Bapa Bangsa (Kel 3:13-15). Musa diutus tetapi menerima ia perutusan itu dengan enggan; namun ternyata bahwa ia cocok untuk tugas besar yang diberikan kepadanya: ia menantang Firaun dan akhirnya berhasil membebaskan Israel. Kemenangan itu didapat melalui Allah yang menunjukkan kuasanya, bukan hanya melampaui dewa-dewa palsu dari Mesir, tetapi juga berkuasa atas segala tata ciptaan, sebagaimana diwujudkan dalam berbagai tulah bencana yang menimpa Mesir. Puncak dari bagian pertama kitab ini adalah Paskah (Kel 12:1-27).



      Setelah memenangkan kebebasan bagi umat Israel, Musa memimpin bangsa itu keluar dari Mesir ke kaki Gunung Sinai melintasi gurun pasir (Kel 13:17—18:27). Perjalanan itu luar biasa, ditandai lagi oleh campur tangan Tuhan ketika membelah air Laut Merah dan menghancurkan tentara Firaun (Kel 14:1-29).

 

B. Perjanjian Suatu Kerajaan Imam

Bagian kedua dari kitab (Kel 19:1-40:38) berkaitan dengan perjanjian (bab 19 -24), penjabaran ketentuan-ketentuannya menjadi Hukum Sinai diawali dengan Sepuluh Perintah Allah dan suatu kode hukum sosial dan etika agama (Bab 20-23).

      Maksud dari kitab Keluaran dan perjanjian dinyatakan Yahweh kepada Musa: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Kel 19:5-6). Israel ditampilkan oleh Bapanya sebagai putera yang sulung (Kel 4:2) dari antara segala bangsa di dunia, memenuhi peran raja-imami sebagai saudara tertua bagi bangsa-bangsa lainnya. |Hukum yang menjabarkan perjanjian dimaksudkan untuk mengubah konfederasi yang longgar di antara suku-suku menjadi bangsa keluarga Tuhan. Perjanjian dimeterai dengan meriah di antara Tuhan, Musa, Harun, Nadab, Abihu dan tujuh puluh penatua Israel dengan makan bersama di atas gunung (Kel 24:10).

 


C. Pembaruan Perjanjian

Perjanjian segera dilanggar dengan penyembahan berhala anak lembu emas. Pembaruan perjanjian meliputi bagian selanjutnya dari kitab (Kel 33-40). Melalui Musa, Perjanjian Sinai diperbarui, tetapi hukum Sinai diperluas. Maka penjabaran dan promulgasi hukum merupakan bagian terakhir dari kitab Keluaran, terutama sebagain besar hukum yang menyangkut pembuatan dan pengangkutan tempat suci yang dapat dipindah-pindahkan, Kemah Pertemuan. Di sinilah Tuhan tinggal di tengah-tengah umatNya, walaupun Ia tersembunyi dari mereka (bab 25—31, 35—40). Bagian Hukum terus berlanjut hingga seluruh Kitab Imamat dan sepuluh bab pertama kitab Bilangan.

      Musa berperan sebagai pengantara perjanjian, dan sesudah insiden anak lembu emas sifat pengantaraannya berubah menjadi seperti Kristus. Suku Lewi kemudian menerima tugas keimaman yang telah dikhianati seluruh Israel, menggantikan peran anak-anak sulung dari setiap suku. Dari saat itu selanjutnya, suku Lewi mempersembahkan kurban hewan di dalam Kemah Kudus atas nama Israel.

      Di sepanjang kisah, Israel menjumpai Tuhan yang telah membuktikan bahwa semua ilah lain tidak berdaya, Tuhan yang memilih keturunan Abraham dan Yakub untuk maksud ilahi dan memanggil mereka menjadi bangsa imam-imam. Tuhan telah menguduskan Israel sebagai putera sulungNya dan telah menyatakan diriNya dan rencana ilahiNya serta kemuliaanNya (bdk Kel 3:14; 19:18; 33:18-23), kerahiman dan kasih serta kesetiaanNya (Kel 3:16-17; 6:3-8; 34:5-9).