Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Farisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Farisi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Oktober 2022

ORANG KATOLIK KOSMETIK



HomilĂ­a del Cardenal Jorge M. Bergoglio (Paus Fransiskus)

Dalam perumpamaan Mat 21:28-32, Yesus berbicara kepada ahli hukum, orang-orang Farisi, yang adalah orang-orang yang seperti dikatakan kepada kita, “menganggap dirinya benar”, bahwa yang mereka lakukan adalah baik, adalah sempurna dan memandang rendah semua orang lain. Mereka menganggap orang lain adalah tidak sempurna, orang lain adalah orang berdosa, dan seterusnya.

Aku ingat perumpamaan lain, kisah Yesus lainnya (Luk 18:9-14, Perumpamaan tentang Orang Farisi dan Pemungut Cukai), yang menceritakan suatu ketika di Bait Allah seorang  Farisi maju berdiri di hadapan altar dan berdoa, "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain, " (Luk 18:11) aku memenuhi semua, aku sempurna, dan Yesus mengatakan bahwa jauh di sana adalah seorang pemungut cukai, yang berbaring menengadah, memukul-mukul dirinya dan mengakui bahwa  dirinya seorang berdosa. Pemungut cukai  itu menyadari diri sebagai pengkhianat negeri mereka sendiri,  menjadi kaki tangan  dalam mengumpulkan pajak, dan membayarkannya ke Kekaisaran Romawi, maka pemungut cukai itu berkata: "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (Luk 18:13). Yesus berkata, "orang ini (pemungut cukai) pulang kerumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang yang lain itu (orang Farisi), tidak " (bdk Luk 18:14)

Selanjutnya ada lagi perumpamaan serupa.  Di sini dikisahkan seorang bapa, yang merupakan gambaran bagi Allah, memunyai dua orang anak laki-laki dan yang satu sangat santun, sangat baik, selalu bilang ya pada segalanya yang diperintahkan agar dilakukannya.  Anak yang lainnya dilukiskan lebih temperamental, suka mengungkapkan kemarahan atau perasaannya, tetapi hatinya  terbuka pada kesusahan Tuhan dan karena itu bertobat. Kepada orang Farisi Yesus bertanya: “Di antara kedua anak itu, mana yang melakukan kehendak ayahnya?” Apakah anak yang menjawab, "Aku tidak mau" yang pada saat itu sedang ngambek, memang ia ngambek, tapi kemudian ia berpikir bahwa ia harus mematuhi ayahnya, lalu memikirkan tugasnya dan memenuhi kehendak bapanya.  Ataukah anak yang  lain yang menjawab "Baik ,bapa" tetapi ia tidak pergi melaksanakannya.  Dia tidak memenuhi kehendak ayahnya, tetapi terus berusaha tampil seolah-olah ia patuh. Dari situ muncullah persoalan orang-orang Kristen 'kosmetik', orang-orang Kristen yang tampak bersikap baik, tapi sebenarnya adalah kebiasaan yang buruk.


- Saya benar-benar seorang Katolik, saya anggota perkumpulan katolik ini dan itu.
- Katakan padaku, apakah kau punya pembantu rumah tangga di rumah?
- Ya

-          dan apakah kamu membayarnya secara adil, atau membeda-bedakan?

-          Tentu sungguh baik jika Anda berhenti  mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu…

-          Dengan mengajukan pertanyaan.

 

Dan jika Anda terus bertanya, akan tampak bahwa ia menjalani kehidupan ganda yang mencemaskan. Orang Kristen seperti ini, adalah orang Kristen Farisi, yang menimbulkan lebih banyak kerusakan pada umat Allah. Maka Yesus berkata kepada orang banyak "lakukanlah segala sesuatu  yang mereka ajarkan kepadamu karena mereka mengajarkan hal-hal yang baik, tapi jangan turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, " (Mat 23:3) karena mereka menjalani kehidupan ganda. Yesus menyebutkan dua kata sifat yang cocok benar bagi mereka. Yang pertama berulang kali  mereka disebut munafik, "Romo, saya sehari-harian ke gereja dan  melakukan banyak hal" dan Yesus menyebutnya “munafik”, karena apa yang tampak berbeda dari apa yang diamalkan dalam hidup. Dan kata sifat yang kedua adalah gambaran  "kuburan yang dilabur putih," (bdk Mat 23:27) seperti kuburan yang indah, semua bagus di luar namun kita tahu apa yang ada di dalamnya: busuk (Mat 23:27).  Orang Kristen di permukaan belaka.  
Dan di sini Yesus menyatakan kehendak-Nya agar kita tidak ikut-ikutan jalan orang yang berpuas diri.

 

Ketahuilah bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang baik sangat penting untuk mengakui bahwa kita adalah orang berdosa. Jika seseorang di antara kita menganggap dirinya tidak berdosa, dia bukan orang Kristen yang baik. Ini adalah syarat pertama. Karena itu kita khususnya mengakui secara konkret: "Saya berdosa dalam hal ini, dalam hal itu, karena ini .... " Ini adalah syarat pertama untuk mengikut Yesus. Dari sini kita memahami kata-kata dalam kalimat yang begitu sulit pada akhirnya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai (yang adalah pengkhianat negara) dan perempuan-perempuan sundal  akan mendahului kamu masuk dalam Kerajaan Surga." Maksudku, Yesus menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan dia berkata: Bapa di surga bukanlah bapa yang melaksanakan keadilan secara legalistik. Dia adalah Bapa yang penuh belas kasihan”.  

 

Dan doa dari Misa hari ini menyatakan satu hal yang mungkin kurang kita pahami, kita berseru kepada Allah, "Allah yang lebih kuat kuasa dalam belas kasihan dan pengampunan." Begitu besarnya kuasa Allah hingga memiliki kekuatan untuk menciptakan dunia, namun Ia memiliki kuasa yang lebih besar lagi untuk mengampuni, tapi untuk itu kita perlu menyediakan ruang, untuk membuka hati kita, yang memadai untuk menyilakan masuk rahmat dan pengampunan-Nya.

 

Maka marilah lanjut lagi sekarang, dengan merayakan ulang tahun Komunitas Sant'Egidio, yang terus-menerus berkaitan dengan upaya membuka jalan bagi mereka yang merasa diri tidak layak, karena tampaknya tidak ada tempat bagi mereka dan karena kurang disukai, mintalah anugerah Tuhan supaya membuka hati kita.

 "Bapa: Bagaimana saya tahu apakah saya seorang Kristen di permukaan saja ataukah saya seorang pengikut Yesus? "

“Perhatikanlah, salah satu ciri orang Katolik di “permukaan” yang munafik, kuburan yang dilabur putih, adalah bahwa ia selalu mengkritik orang lain, ia selalu bicara buruk tentang orang lain, entah  seseorang anggota keluarga, entah tetangga atau rekan kerja. Di sebaliknya ia mengulangi  perbuatan orang Farisi yang berdiri di depan altar dan berkata: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti orang lain. " Ada suatu pepatah kecil : “Untuk menutupi rasa malu pada tetangga karena memakai pakaian putih sebagai tanda pengakuan bahwa ia berdosa," maka ia malahan melontarkan kecaman-kecaman. Itu adalah ciri pertama Kristen yang kaku, munafik, seorang Farisi selalu berbicara buruk tentang orang lain.


Mari
lah kita sekarang memohon kepada Yesus rahmat dari-Nya untuk membuka hati dan budi kita bagi rahmat pengampunan-Nya, katakanlah kepada Tuhan: ya, Tuhan saya berdosa, saya berdosa karena ini, ini dan ini.
Datanglah, ya Tuhan, datanglah membenarkan saya di hadapan Bapa.



Diterjemahkan Bambang Kussriyanto dari Cristiani di facciata.

HomilĂ­a del Cardenal Jorge M. Bergoglio en ocasiĂłn del 43Âş Aniversario de la Comunidad de Sant’Egidio (Buenos Aires - Catedral Metropolitana – 24 de Septiembre de 2011)