Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Pemimpin Misi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemimpin Misi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 31 Desember 2022

MUSA

 


Musa adalah pendiri dan pemimpin pertama bangsa Israel. Tuhan memilih Musa untuk tugas ini, yang meliputi misi memimpin Israel keluar dari Mesir, melewati padang gurun Sinai, menuju ke Tanah Terjanji Kanaan (Kel 3:1-22).

      Nama “Musa” dikaitkan dengan bahasa Ibrani masa, “menarik keluar”. Kaitan ini dibuat dalam Kel 2:10, di mana puteri Firaun menamainya Musa karena ia “menariknya [keluar] dari air”. Yang lain mendapatkan permainan kata dengan kata kerja bahasa Mesir msi, yang berarti “melahirkan”.

 

i. Hidupnya dan Kepemimpinannya

ii. Atribut dan Gelar Musa

A. Penulis

B. Pengantara

C. Imam

D. Pemberi Hukum

E. Nabi

iii. Musa Dalam Perjanjian Baru

 

i. Hidupnya dan Kepemimpinannya

Satu-satunya sumber informasi mengenai hidup Musa adalah Kitab Suci. Pada abad kesembilan belas, beberapa ahli meragukan keberadaan tokoh sejarah Musa, namun para ahli modern sekarang pada umumnya menerima Musa sebagai tokoh sejarah yang hidup pada paroh kedua dari milenium kedua SM.

      Menurut Kel 2:1 dan silsilah Kel 6:16-27, Musa berasal dari suku Lewi dari puak Kohat dan putera Amram dengan Yokhebed. Kakaknya yang laki-laki adalah Harun dan yang perempuan Miryam (Bil 26:59). Pada waktu kelahirannya, Israel adalah bangsa budak di Mesir dan karena jumlahnya bertambah begitu cepat maka bayi-bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir harus segera dibunuh di Sungai Nil (Kel 1:22). Namun Musa lolos dari nasib demikian karena ibunya menyembunyikan dia dan akhirnya menaruhnya di sebuah keranjang kedap air hingga mengambang di sungai Nil (Kel 2:1-4). Lalu bayi itu diketemukan oleh puteri Firaun dan diangkat anak dalam keluarga kerajaan Mesir (Kel 2:5-10). Maka beralasanlah jika kemudian Musa mendapatkan semua hak dan pendidikan sebagai bangsawan Mesir (Kis 7:22).

      Setelah beranjak dewasa, Musa menyaksikan penindasan yang mengerikan atas orang-orang Ibrani dan sedemikian terusik hatinya sehingga ia membunuh seorang pengawas Mesir yang sedang memukuli pekerja Ibrani (Kel 2:11-12). Takut akan konsekuensi perbuatannya, Musa melarikan diri ke Midian (Kel 2:15). Di sana ia berjumpa dengan Yitro (Rehuel), seorang imam Midian yang mempunyai tujuh orang puteri, yang salah seorang di antaranya, Zipora, dikawinkan Yitro dengan Musa; putera mereka diberinama Gersom (Kel 2:16-22).

      Setelah beberapa tahun Musa tinggal di Midian, Tuhan memanggil Musa dari suatu semak bernyala di Gunung Horeb: “"Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub..... sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir” (Kel 4:6.10). Pada mulanya Musa tidak mau menerima amanat itu tetapi akhirnya ia pulang ke Mesir menuntut pembebasan Israel (Kel 5:1). Penolakan Firaun untuk membebaskan bangsa Yahudi dihancurkan dengan berbagai tulah yang ditimpakan Tuhan, menunjukkan kuasaNya yang lebih besar. Tulah-tulah itu memuncak dengan kematian setian anak sulung Mesir (Kel 7—12). Anak-anak Israel terlewatkan dari tulah yang mematikan itu karena Tuhan sudah menyuruh setiap keluarga untuk mengoleskan darah anak domba yang tidak bercacat pada jenang pintu rumah mereka, sebagai “korban Paskah bagi Tuhan yang melewati rumah-rumah orang Israel” (Kel 12:27).

      Setelah suku-suku Israel dibebaskan dari belenggu perbudakan, Musa memimpin mereka menuju Gunung Sinai, di mana Tuhan membuat suatu perjanjian dengan Israel sebagai suatu bangsa dan menetapkan hukum bagi kehidupan mereka (Kel 19—24). Musa dipilih menjadi pengantara perjanjian itu, sebagai penengah yang menyampaikan petunjuk-petunjuk Tuhan kepada bangsa Israel (Kel 20:18-19; Ul 5:5.22-23).

      Namun perjanjian Sinai yang baru saja ditetapkan segera dilanggar oleh bangsa Israel ketika mereka beribadat kepada patung anak lembu dari emas (Kel 32:1-29). Maka perjanjian itu harus diperbarui lagi dengan perantaraan Musa (Kel 34:10-28), yang berusaha menyelamatkan nyawa bangsa yang dipimpinnya (Kel 32:30-32). Israel harus menghabiskan waktu bertahun-tahun di Sinai sebelum berangkat menuju Tanah Terjanji (Bil 10:11-13). Selama periode pengembaraan padang gurun, Musa melanjutkan peranannya sebagai pemimpin dan pemberi hukum, pengantara dan pembela bangsa Israel (Bil 11—36). Pada suatu kesempatan Musa sendiri melanggar iman kepada Tuhan dan atas pelanggarannya itu ia tidak diperkenankan memasuki Kanaan (Bil 20:2-13; 27:12-14).

      Lalu, pada akhir hayatnya, Musa memberikan pidato perpisahan yang kuat di dataran Moab. Khotbahnya itu menjadi sebagian besar bahan dari kitab Ulangan. Setelah itu Musa meninggal dalam usia 120 tahun, setelah menyerahkan kepemimpinan kepada penggantinya, Yosua (Ul 34:1-9). Kitab Ulangan diakhiri dengan kata pujian yang luar biasa: “Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, ..... dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel” (Ul 34:10-12).

 

ii. Atribut dan Gelar Musa

Sulit sekali untuk tidak berlebihan dalam menempatkan Musa dalam sejarah Israel dan di dalam perkembangan sejarah keselamatan. Agama Yahudi, Kristen dan Islam semuanya menghormati Musa sebagai orang yang sangat suci, dan tradisi Kristen pada khususnya menganggap Musa sebagai model awal (tipologi) Yesus Kristus, khususnya di dalam perannya sebagai pembebas, pemberi hukum, dan pengantara di antara Tuhan dan manusia.

 A. Penulis

Beberapa ayat menggambarkan Musa sebagai orang terpelajar yang mencatat pertempuran-pertempuran utama (Kel 17:14), menuliskan perintah-perintah Tuhan (Kel 24:4), dan memelihara catatan perjalanan dan daftar tempat perkemahan Israel di padang gurun (Bil 33:2). Ia juga dilukiskan sebagai pengarang kode hukum Kitab Ulangan (Deuteronomis, Ul 31:9) dan Nyanyian Musa yang puitis (Ul 31:19).Tradisi Yahudi dan Kristen mendapatkan dari sini dan dari pernyataan-pernyataan serupa dalam Perjanjian Baru bahwa Musa adalah pengarang seluruh kitab-kitab Taurat, Pentateukh (bdk Yoh 5:46-47; Rm 10:5).

 B. Pengantara

Orang-orang Israel yang ketakutan memilih Musa sebagai pengantara mereka di Sinai (kel 20:18-19; Ul 5:5.22-23). Dari sejak saat itu dan selanjutnya, Musa berbicara kepada bangsa Israel menyampaikan sabda Allah, dan berbicara kepada Tuhan atas nama bangsa Israel. Ia membela mereka ketika karena dosa-dosa mereka akan dihukum (Kel 32:32-34; Bil 14:13-20; Mzm 106:23). Dari semua nabi, Musa bersahabat sangat dekat dengan Tuhan (33:7-11; Bil 7:89; 12:3-8).

 C. Imam

Musa disebut sebagai imam dalam Mzm 99:6. Harun adalah imam besar bagi Israel, tetapi Musa adalah pemimpin upacara dalam rangka penahbisan Harun dan anak-anaknya (Kel 29:1-46; Im 8:1-36).

 D. Pemberi Hukum

Musa memberikan kepada Israel Sepuluh Perintah Allah (Kel 24:12; 31:18; Ul 5:22), dan berb agai petunjuk tambahan lainnya (Kel 25—31; Im 1—27; Bil 1—10; Ul 5—26). Karena itu ia dielu-elukan sebagai guru Israel (Sir 45:1-5).



 E. Nabi

Musa dihormati sebagai nabi yang terbesar dari semua nabi lainnya (Ul 34:10) dan menjadi model bagi nabi-nabi masa depan (Ul 18:15-18).

 

iii. Musa Dalam Perjanjian Baru

Musa paling banyak disebut ketimbang tokoh-tokoh Perjanjian Lama lainnya di dalam Perjanjian Baru. Suatu tempat utama diberikan kepada Musa dalam peristiwa Transfigurasi, Peralihan Rupa Yesus, yang menyingkapkan Yesus sebagai Musa baru yang lebih besar; Musa ditampilkan sebagai wakil dari Taurat, sedang Elia sebagai wakil nabi-nabi (Mat 17:1-8; Mrk 9:2-18; Luk 9:28-36). Bersama-sama, mereka menunjuk pada pembentukan Israel baru dan penyingkapan kedatangan Kristus yang Mulia (KGK 554-556). Injil-injil Sinoptik menyatakan juga hubungan Musa yang erat dengan Hukum (bdk Mat 8:4; 19:7-8; 22:24; Mrk 1:44; 7:10; 10:3-4; 12:9; Luk 5:14; 20:28).

      Musa juga dilihat secara tipologis, seperti dalam Injil Yohanes: “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yoh 1:17). Di tempat lain Paulus memandang peristiwa Keluaran sebagai tipologi dari baptis (1 Kor 10:2). Lebih jauh lagi Paulus mengembangkan kontras antara Hukum Musa dan Injil Kristen dalam 2 Kor 3:7-18. Di situ ia menulis tentang  “pelayanan yang memimpin kepada penghukuman” (bdk Kel 34:29-35) dan “pelayanan yang memimpin kepada pembenaran” (2 Kor 3:9) yang dilakukan Kristus dan kontras antara harapan Kristen dengan cara Musa menyembunyikan cahaya wajahnya di balik kerudung, “supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu” (2 Kor 3:13). Dengan cara yang serupa, pidato Stefanus yang panjang dalam Kis 7:2-53, penolakan Musa oleh rakyatnya sendiri secara implisit dibandingkan dengan penolakan Kristus oleh orang-orang Yahudi (Kis 7:25-29.39-40.52).

      Surat Ibrani 3:1-6 menekankan bahwa Kristus lebih unggul dari Musa sekalipun:

Pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musapun setia dalam segenap rumah-Nya. Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.