Bambang Kussriyanto
Saya berasal dari kota Cepu. Paroki Cepu dikembangkan oleh para imam Vinsensian. Masa remaja saya berada dalam asuhan misionaris CM dari Italia. Maka sosok St Vinsensius a Paulo dan para imam Vinsensian (Lazaris) merupakan kenangan yang tak terlupakan untuk saya, dan setiap hari peringatan St Vinsensius a Paulo menyembul sebagai kenangan penuh syukur.
St. Vinsensius a Paulo (1581-1660) lahir di desa Puoy, Dax, Landes di provinsi Gascony, Prancis. Ia belajar teologi di Toulouse dan ditahbiskan menjadi imam pada 1600 ketika usianya 19 tahun, namun studinya baru selesai pada 1604. Sebagai imam muda ia ditangkap bajak laut Moor dan dijual sebagai budak di Afrika. Pengalaman itu adalah jalan Tuhan baginya untuk membaptis tuannya, yang kemudian membebaskan Vinsensius pada 1607 dan memulangkan dia ke Perancis. Vinsensius kemudian menjadi pastor paroki, dan giat mengunjungi dan memberi bantuan pada budak-budak, serta menjadi bapa rohani para suster Kabar Sukacita. Ia pada tahun 1625 dengan bantuan keluarga Gondi yang dermawan mendirikan kongregasi imam untuk misi umat (CM) yang lazim disebut Lazaris karena biaranya bekas maison de lazar (atau rumah perawatan orang lepra) yang diutus bekerja di pedesaan. Dengan bantuan Louisa de Marillac ia mendirikan tarekat Suster Cinta Kasih untuk membina para gadis muda, melayani orang miskin, orang sakit, dan anak terbuang. Ia meninggal pada 1660 di St. Lazarus yang merupakan pusat tarekatnya. Motto hidupnya: “Tuhan memelihara kamu”. “Marilah mengasihi Tuhan dengan bekerja dan berpeluh di wajah kita”.
Pewartaan Injil kepada Orang Miskin Mengutus SayaSebelum
Vinsensius meninggal, antara 1625 dan 1654 rumah komunitas Lazaris bertambah 19
di Perancis, 2 di Italia, 2 di Barbarus, 1 di Polandia. Sampai permulaan
Revolusi Perancis (1792) anggota Lazaris terbilang 770 orang (508 imam + 262
bruder), dari 32 orang pada 1632. Selama Revolusi Perancis Gereja dimusuhi dan
imam-imam Lazaris mengungsi menyebar ke rumah-rumah komunitas di negara lain.
Baru pada 1816 mereka membangun kembali misi di Perancis. Pada tahun 1832
Yohanes Gabriel Perboyre CM diutus menguatkan misi di China (sejak 1784), dan
sebelumnya dalam perjalanan ke China ia singgah di Indonesia, khususnya tinggal
sebulan di Surabaya. Paus Leo XIII menetapkan Vinsensius sebagai pelindung
lembaga-lembaga amal kasih.
Pada tahun 1923 atas undangan Propaganda Fide Vatikan yang
memenuhi permintaan bantuan tenaga misi dari Vikaris Apostolik Batavia, CM
datang dan bekerja di Surabaya dan sekitarnya (Jawa Timur bagian barat) hingga
kemudian membentuk Keuskupan Surabaya (prefektur apostolik 1928-1941; vikariat
apostolik 1941-1961; keuskupan dari 1961). Karya CM Indonesia di luar Keuskupan
Surabaya berkembang di Sintang (1975) dan Jayapura (1986), Banjarmasin (1992). CM
Indonesia menjelang peringatan 100 tahun karya di Indonesia.