Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Nebukadnezar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nebukadnezar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 November 2022

Babilon, Babel, Babilonia

 

Nama suatu kerajaan kuno yang berpusat di Mesopotamia. Nama kerajaan itu berasal dari nama ibukotanya, yang dibangun di tepi sebelah timur Sungai Eufrat; wilayahnya meliputi Irak (modern) sebelah selatan. Babilon mempunyai pengaruh besar atas sejarah Timur Dekat dan terutama penting dalam membentuk sejarah Israel.

I.                Geografi

II.             Sejarah

      A. Sampai dengan penaklukan Asyur

      B. Di bawah Asyur

C. Timbulnya Kerajaan Babilonia Baru

D. Menaklukkan Yehuda

      E. Kemerosotan dan Dikalahkan Persia

III.           Pentingnya Secara Budaya

A.     Tempat Lahirnya Peradaban

B.     Hukum Babilonia

C.    Ketenaran Kota

IV.            Babilon sebagai Simbol dlm Perjanjian Baru

 



I. Geografi

Babilon terletak di tepi Sungai Eufrat, kira-kira 885 kilometer di sebelah timur, melintasi padang gurun Siria, dari Yerusalem. Kawasan Babilonia merupakan sebagian dari Mesopotamia, di sebelah utara berbatasan dengan Asyur, di sebelah selatan dan barat dengan Gurun Arabia, sebelah timur dengan Persia dan sebelah tenggara dengan Teluk Persia. Dalam Kej 10:10 disebut tanah Sinear dan jantung kerajaan Nimrod.

      Yang kemudian menjadi Babilonia itu terletak di suatu dataran aluvial yang luas dan subur, kaya berkat endapan yang dibawa Sungai Tigris dan Sungai Eufrat yang mengalir ke arah selatan dari mata air mereka di dataran tinggi Asia Kecil. Lepas dari sungai-sungai itu, kawasan itu kering, hanya menerima curah hujan sekitar sepuluh senti setiap tahunnya. Maka jaringan irigasi menjadi sangat penting, dan suatu sistem saluran dan waduk-waduk dibangun sejak zaman pra sejarah.

 II. Sejarah

A. Sampai dengan penaklukan Asyur

Babilonia tidak mempunyai penghalang alami untuk menahan serangan musuh, maka tanah yang datar itu cukup menggoda menjadi sasaran bangsa-bangsa yang bermigrasi. Demikianlah Babilonia sering menjadi korban serangan Asyur dan Persia.

      Kota Babilon disebut untuk pertama kalinya oleh Sardon dari Akad (2350-2294 SM). Kota itu mulai penting di bawah dinasti Amorit dalam abad kesembilan belas SM, terutama dalam masa pemerintahan penguasa yang terbesar, Hammurabi, dari pertengahan abad kedelapanbelas SM. Hammurabi menjadikan Babilon pusat operasinya melawan tetangga-tetangga sekitar (Elam, Larsa dan Asyur) dan mengembangkannya menjadi suatu pusat pemerintahan dan perekonomian. Ia dan para penggantinya mengembangkan seni dan kebudayaan serta sejauh mungkin membuat Babilon suatu simbol yang bertahan lama bagi kehidupan dan agama Mesopotamia. Ia juga melakukan kodifikasi hukum, suatu prestasi yang implikasinya terasa sangat luas di Timur Dekat. Namun, Kerajaan Amorit itu runtuh di bawah pengganti Hammurabi, dan kemudian ditaklukkan oleh musuh bebuyutannya, Asyur, pada awal milenium pertama SM.

 B. Di bawah Asyur

Bangsa Asyur menghargai pengaruh budaya Babilon dan mengendalikan kawasan itu melalui seorang raja boneka. Dinasti Babilonia Baru dimulai dengan kedatangan suku-suku Kaldea (Kasdim) dalam serbuan bangsa Armenia. Sementara suku-suku Kaldea (Kasdim) membayar upeti kepada Asyur, mereka mengendalikan Babilon sampai kebangkitan kembali Asyur di bawah Tiglat-pileser III, ketika mereka terdesak ke selatan. Waktu kerajaan utara Israel dilindas oleh Asyur di tahun 722 SM dan banyak penduduknya dialihkan sebagai tawanan yang dibuang, kelompok-kelompok penduduk baru dikirim dari Babilon ke Samaria untuk menggantikan penduduk yang diasingkan itu (2 Raj 17:23-24; 1 Taw 5:26). Suku-suku Kaldea (Kasdim) kembali lagi ke Babilon pada tahun 721 SM ketika Merodakh-Baladan (2 Raj 20:12; Yes 39:1; nama itu adalah pengucapan Ibrani untuk “Marduk-apalidin”) merebut tahta Babilon dan kemudian mengalahkan Asyur, bekerja sama dengan Elam. Penguasa Asyur, Sanherib, menghancurkan kota itu di tahun 689 SM.

 C. Timbulnya Kerajaan Babilonia Baru

Pada tahun 626 SM, pemimpin Kaldea (Kasdim) Nabopolasar melancarkan pemberontakan terhadap Asyur dan merebut tahta Babilonia. Dengan sekutu mereka, bangsa Mede, Babilonia melindas Asyur dan menaklukkan Niniwe pada tahun 612 SM; raja Asyur yang terakhir memaklumkan diri di Haran, tetapi ditindas kembali; sesudah itu Asyur lenyap dari sejarah. Di bawah Nebukadnezar II (605-562 SM) tentara Babilonia mengalahkan Mesir dan Karkemis pada tahun 605, dan segera mengancam Siria dan Palestina.

  D. Menaklukkan Yehuda

Menurut Kitab Daniel tentara Babilonia menyerang Yehuda dan mendapat banyak tawanan, termasuk Daniel sendiri, pada tahun 605 SM (Dan 1:1-4). Sekitar tahun 604 SM Raja Yoyakim dari Yehuda dipaksa menjadi raja bawahan oleh Babilonia (2 Raj 24:1dst) dan Yerusalem menyerah kepada Babilonia pada tahun 597 SM. Nebukadnezar mengangkat Zedekia, anak Yosia dan paman Yoyakim yang diasingkan ke atas tahta Yehuda sebagai raja bawahan Babilon. Zedekia melancarkan pemberontakan yang gagal pada tahun 588 SM. Tentara Babilon menerjang dan menghancurkan Yerusalem pada tahun 586 SM dan membuang penduduknya ke Babilonia (2 Raj 25; 2 Taw 36), sebagaimana telah dinubuatkan (2 Raj 20:16-18; Yer 15:1-14; 21:8-14; Yeh 4-5; Am 2:4-5; Mi 3:120. 

 E. Kemerosotan dan Dikalahkan Persia

Pengganti-pengganti Nebukadnezar tak dapat memertahankan vitalitas dan pengaruh Kerajaan Babilonia. Raja Nabonidus (memerintah 556–539 SM) memusatkan daya usaha untuk menaklukkan Arabia, pergi meninggalkan pangerannya, Belsyazar, sebagai wali pengganti. Babilon jatuh karena serbuan tentara Koresh II yang Agung, raja bangsa Media dan Persia pada tahun 539 SM seperti yang telah diramalkan (Yes 21:1-9; Yer 51:31-37; Dan 5:28). Koresh membebaskan bangsa Yahudi dari pembuangan dan mengizinkan mereka pulang ke Palestina (Ezr 1:1; 5:4). Sejak itu Babilon merupakan pusat Kerajaan Persia. Setelah penaklukan Kerajaan Persia oleh Aleksander Agung (meninggal 323 SM), kota Babilon berangsur-angsur surut pengaruhnya.

 III. Pentingnya Secara Budaya

A. Tempat Lahirnya Peradaban

Pentingnya Babilon dari segi budaya dan sejarah di kawasan Timur Dekat tidak terbantahkan. Tepatlah dikatakan bahwa Babilon adalah tempat lahirnya peradaban, karena dari sanalah berkembang kesenian, kerajinan, seni bangunan dan struktur-stuktur sosial. Suatu kumpulan besar bahan sastra berkembang dalam bahasa Babilonia, termasuk epik Gilgamesh, suatu cerita mengenai penciptaan dunia yang hidup, dan berbagai tulisan-tulisan kebijaksanaan.

 B. Hukum Babilonia

Hukum Babilonia juga berpengaruh. Rakyat biasa menikmati hak-hak dasar, termasuk mengenai hak milik pribadi atas tanah. Perbudakan diatur dengan ketat. Kode Hammurabi meliputi suatu versi awal dari lex talionis, atau hukum tentang ganti rugi dan denda yang setara (Kel 21:23-27), dan membantu meletakkan gagasan dasar mengenai hukum tertulis sebagai wewenang yang tertinggi. 



 C. Ketenaran Kota

Nebukadnezar memulai program pembangunan yang ambisius di Babilon. Penggalian-penggalian arkeologi telah berhasil menemukan kota besar yang terentang melintasi sungai Eufrat dengan sarana pertahanan berupa tembok kota dan parit di sekeliling tembok itu. Ada delapan pintu masuk, dan sungai dilintasi oleh dua jembatan besar. Kota Babilon terutama terkenal karena Gerbang Isytar yang menuju Jalan Raya Perarakan, dan karena “taman-taman tergantung” yang dipuji sebagai satu di antara tujug keajaiban dunia kuno. Selain dua kompleks istana yang luas, ada lebih dari lima puluh kuil; yang terbesar adalah kuil Esagil, kuil Marduk, di mana terdapat patung Marduk. Di bagian utara kuil itu terdapat zigurat Marduk, sebuah menara tujuh tingkat (Menara Babel).



 I.                Babilon sebagai Simbol dlm Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru nama Babilon digunakan sebagai kiasan pusat pemerintahan kerajaan Antikristus (Why 14:8) dan sebagai gambaran daya-daya jahat yang mengancam umat Allah (Why 16:19).

      Penggunaan gambaran Babilon dalam Perjanjian Baru memuncak dalam Kitab Wahyu, di mana kerajaan itu disebut ”Babilon yang besar itu” (Why 14:8 [NIV “Babylon the Great”], [KKK “Babel yang masyhur”], [Alkitab “Babel, kota besar itu”]; 17:5; 18:2.10.11), “pelacur besar” (Why 17:1.15; 19:2), “kota besar” (Why 16:19; 17:18; 18:10.16.18.19.21). Bagi jemaat Kristen awal, Babilon dapat dipahami sebagai tipologi dari Roma, kekuasaan dunia yang menindas umat Kristen seperti Babilon menindas rakyat Yehuda (1 Ptr 5:13; bdk buku-buku apokrif 3 Esdras 3:1; 2 Barukh 2:1).

      Namun dalam Kitab Wahyu Babilon juga menjadi simbol Yerusalem juga, di mana Yesus Kristus disalibkan (Why 11:8), dan di mana para nabi dan martir dibunuh (Why 18:24). “Babilon” ditakdirkan akan hancur oleh api (Why 18:8-9 – yang sungguh terjadi pada Yerusalem setelah pemberontakan yang gagal pada tahun 70 M.