Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Kitab Kejadian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab Kejadian. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Desember 2022

KITAB KEJADIAN

 

                                    

Kitab Kejadian adalan kitab pertama dalam Kitab Suci. Kitab Kejadian dalam bahasa Ibrani dikenal sebagai bere’sit, artinya “Pada awal mulanya”. Versi Kitab Suci bahasa Yunani Septuaginta menyebut kitab ini genesis, artinya “asal-mula” atau “kelahiran”; kitab suci Vulgata berbahasa Latin dan terjemahan bahasa Inggris mengikuti Septuaginta. Judulnya pas, karena kitab itu berkaitan dengan berbagai asal-mula, asal-mula alam, asal mula kehidupan, asal mula manusia, asal mula dosa, dan asal mula bangsa pilihan. Di sepanjang kitab, Kejadian menunjukkan kasih Tuhan yang menyelenggarakan segala sesuatu ketika Ia membimbing sejarah manusia menurut maksud dan tujuan keselamatan dariNya. Tujuan kitab Kejadian dengan demikian adalah menggambarkan asal mula bangsa Israel yang paling uwal: perjanjian antara Allah dan ciptaan, Adam, Nuh dan Abraham; dan peristiwa-peristiwa perdana dalam sejarah keselamatan yang mengarah pada perjanjian Sinai di dalam kitab selanjutnya.

 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

A. Musa, Pengarang Menurut Tradisi

B. Bukti Dari Luar Sejalan dengan Musa |Sebagai Pengarang

II. Isi

III. Struktur dan Tema

A. Perjanjian dalam Kitab Kejadian

B. Pentingnya Kebenaran Sejarah Awal

C. Sejarah Para Bapa bangsa

D. Tipologi yang Terpenuhi Dalam Kristus

 

I. Pengarang dan Waktu Penulisan

A. Musa, Pengarang Menurut Tradisi

Kitab Kejadian tidak mencantumkan nama pengarangnya. Namun baik tradisi Yahudi maupun Kristen sama-sama menganggap Musa sebagai pengarang kelima kitab Taurat, atau Pentateuch, termasuk kitab Kejadian. Pada abad kedelapanbelas dan kesembilanbelas, banyak ahli mulai menolak Musa sebagai pengarang kelima kitab Taurat. Mereka melihat kitab itu sebagai himpunan berbagai tradisi yang berbeda, yang bahkan bertentangan, sehingga mereka beranggapan bahwa ada banyak penulis dari masa dan tempat yang berbeda . Namun selanjutnya dan sekarang, sebagian ahli menolak teori itu, dan pandangan tradisional bahwa Musa adalah pengarang kitab ini masih besar pengaruhnya.

      Tradisi yang bertahan lama bahwa Musa pengarang kitab Kejadian tidak mengatakan bahwa dialah yang menuliskan setiap kata dalam kitab ini. Namun kisah inti dari kitab Kejadian berasal dari Musa pada abad kelimabelas SM (atau mungkin abad ketigabelas SM). Musa dianggap menghimpun, menyunting dan mengatur susunan berbagai catatan dan arsip keluarga serta menyampaikannya dalam tradisi lisan.

 

B. Bukti Dari Luar Sejalan dengan Musa Sebagai Pengarang

Perbandingan dengan kesusasteraan Timur Dekat menunjukkan bahwa teori tentang Musa sebagai pengarang kitab Kejadian adalah selaras dengan apa yang kita ketahui tentang zamannya. Bagian-bagian awal kitab Kejadian misalnya menunjukkan banyak keserupaan dengan kisah-kisah penciptaan dan banjir besar yang terdapat di Mesopotamia kuno pada awal milenium kedua SM, misalnya daftar Raja Sumeria, Kisah Banjir Sumeria, Epika Atrahasis, Enuma Elish, dan Epika Gilgamesh. Begitu pula kisah para bapa bangsa yang terdapat dalam kitab Kejadian 12-50 menunjukkan suatu dunia yang konsisten dengan apa yang kita ketahui tentang Timur Dekat pada milenium kedua SM (bdk Kej 11:31; 12:4-5.10; 13:1; 24:10; 28:6-7; 37:28)  seperti halnya situasi politik yang kompleks yang sering terjadi di Mesopotamia sebelum tahun 1700 SM (bdk Kej 14:1-4). Aspek-aspek dari teks-teks tersebut di atas memang tidak membuktikan dengan sangat pasti bahwa Musalah pengarang kitab Kejadian, namun mereka seolah memperlihatkan bahwa kitab yang asli berasal dari zaman Musa.

 

II. Isi

I. Riwayat Permulaan (1:1-11:32)

A. Kisah Penciptaan (1:1-2:3)

B. Penciptaan dan Dosa Adam dan Hawa (2:4-3:24)

C. Ketuirunan Adam (4:1-5:32)

D. Kisah Air Bah (6:1-9:19)

E. Keturunan Nuh (9:20-10:32)

F. Menara Babel (11:1-9)

G. Keturunan Sem (11:10-32)

II. Riwayat Para Bapa bangsa (12:1-50:26)

A. Kisah Abraham (12:1-23:20)

B. Kisah Ishak (24:1-26:35)

C. Kisah Yakub (27:1-36:43)

D. Kisah Yusuf (37:1-48:22)

E. Kematian dan Pemakaman Yakub (49:1-50:14)

F. Pengampunan Dari Yusuf dan Kematiannya (50:15-26)

 

III. Struktur dan Tema

A. Perjanjian dalam Kitab Kejadian

Kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yang tidak seimbang. Bagian yang pertama, bab 1-11, meliputi sejarah permulaan alam semesta dan asal-usul manusia dan orang-orang pertama. Bagian yang kedua, bab 12-50 meliputi riwayat para bapa bangsa. Tema pokok dalam peralihan dari bagian pertama kepada bagian kedua adalah tata penyelenggaraan ilahi. Allah mempunyai suatu rencana bagi keselamatan umat manusia – suatu rencana yang mulai diungkapkan melalui serangkaian perjanjian yang meluas: dengan alam ciptaan (Kej 1:1-2:4); dengan Adam dan Hawa (Kej 2:15-17); dengan Nuh dan dunia (Kej 9:8-17) dan dengan Abraham dan keturunannya (15:18-21; 17:1-21; 22:16-18 dst). Perjanjian dalam Kitab Kejadian merupakan persiapan bagi perjanjian selanjutnya yang menjadikan seluruh umat manusia keluarga Allah.

      Maka Kitab Kejadian sekaligus bersifat sejarah dan eskatologis. Di dalamnya direnungkan hari-hari permulaan penciptaan, tetapi pandangannya juga terfokus selanjutnya pada pemenuhan janji ilahi melalui keturunan Abraham dan bergantinya kutuk perjanjian yang dipicu oleh dosa Adam dengan berkat perjanjian yang dibawa oleh Yesus Kristus.

 


B. Pentingnya Kebenaran Sejarah Awal

Komisi Kitab Suci Kepausan memerinci kesembilan “fakta naratif” di dalam Kitab Kejadian tanpa harus mempersoalkan “makna harfiah dan historisnya”: (1) karya penciptaan Allah atas segala sesuatu adalah permulaan waktu; (2) penciptaan manusia adalah khusus; (3) pembentukan wanita pertama dari laki-laki; (4) kesatuan umat manusia; (5) kebahagiaan asli leluhur kita adalah dalam keadaan yang adil, integral dan abadi; (6) perintah ilahi yang diberikan kepada manusia untuk membuktikan ketaatannya; (7) pelanggaran perintah ilahi terjadi atas hasutan iblis dalam rupa ular; (8) leluhur pertama kita jatuh terpuruk dari situasi asali yang tidak mengenal dosa; (9) janji akan seorang penebus di masa depan. Katekismus Gereja Katolik menambahkan: “Kisah tentang kejatuhan dalam dosa dalam Kej 3. memakai bahasa kias, tetapi melukiskan satu kejadian purba yang terjadi pada awal sejarah umat manusia” (KGK 390).

 

C. Sejarah Para Bapa bangsa

Riwayat para bapa bangsa terbentuk dari tradisi-tradisi keluarga manusia yang diturunkan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Arkeologi menerangi aspek-aspek budaya, agama dan adat kemasyarakatan dari masa itu, dan membenarkan banyak rincian pokok dari kisahnya. Adalah jelas bahwa para bapa bangsa itu pernah hidup dan bukan sekedar tokoh legenda yang diketemukan demi peljaran moral.

      Silsilah-silsilah tampak seluruhnya sebagai tiang-tiang petunjuk berkembangnya kisah, masing-masing dimulai dengan kata-kata “Inilah daftar keturunan...” (Kej 5:1; 6:9; 10:1; 11:10.27; 25:12.19; 36:1.9; 37:2). Silsilah ini membantu mengikuti kemajuan tata penyelenggaraan ilahi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.

 


D. Tipologi yang Terpenuhi Dalam Kristus

Bagi pembaca Kristen, benang merah sejarah keselamatan yang dimulai dalam Kitab Kejadian menemukan pemenuhannya  di dalam Yesus Kristus. Adam adalah suatu tipologi dari manusia sempurna, yaitu Yesus Kristus, yang memulihkan kerusakan yang ditimbulkan oleh pemberontakan Adam (Kej 2-3; Rm 5:12-21). Air bah merupakan gambaran purba dari air baptis yang menyelamatkan (Kej 6-8; 1 Ptr 3:20-21). Melkisedek, raja dan imam dari Salem yang mempersembahkan roti dan anggur adalah tipologi Kristus raja dan imam yang mempersembahkan Ekaristi (kej 14:17-20; Mat 26:26-29; Ibr 7:1-19). Abraham adalah teladan besar bagi kaum yang percaya, yang imannya diteruskan oleh umat Kristen (Kej 15:1-6; Rm 4:1-12; Gal 3:6-9). Ishak adalah tipologi Kristus:  karena rela menjadi kurban demi ayahnya, ia menjadi gambaran purba wafat dan kebangkitan Yesus, yang tidak digantikan dengan kurban lain oleh Bapa, tetapi mati sebagai kurban kerelaan demi penebusan semua umat manusia (Why 22:1-14; Rm 8:32; Ibr 11:17-19).