AUDIENSI
PAUS DENGAN ORANG SAKIT, DOKTER DAN PERAWAT 9 FEB 2023 DI AULA CLEMENTINA, VATIKAN
Kita
bertemu dalam konteks Hari Orang Sakit Sedunia, yang tahun ini, dalam konteks
proses sinode, bertema moto injili "Rawatlah dia" (Luk 10:35). Ini
adalah kata-kata yang dalam Injil Lukas (bdk. Luk 10:25-37), diucapkan orang
Samaria yang baik hati kepada pemilik penginapan, kepada siapa dia
mempercayakan orang terluka yang ditolongnya sendiri. Mari kita renungkan
kembali adegan ini: ada seorang laki-laki yang diserang oleh perampok dan
tergeletak di pinggir jalan; ketidakpedulian dan ketidakpekaan orang yang lewat
membuatnya ditelantarkan, diabaikan. Pada titik tertentu seseorang berhenti dan
membantunya: dia adalah seorang Samaria. Jika diamati lebih dekat, baik orang
yang diserang maupun orang Samaria itu menderita luka: yang pertama adalah luka
yang diakibatkan oleh kekerasan siapa pun yang merampok orang itu, yang kedua
adalah luka batin yang disebabkan oleh pandangan menghina dari orang-orang lain
yang hanya melihat seorang asing yang tidak diinginkan, orang Samaria, dalam
dirinya. Namun, berkat kepekaan dari seorang yang menderita bagi orang lain
yang lebih menderita, kisah solidaritas dan harapan lahir dari pertemuan
mereka [1] yang meruntuhkan tembok isolasi dan ketakutan.
Karya Anda,
teman-teman, lahir berkat dinamika ini: dari kemampuan mengubah pengalaman
penderitaan menjadi kedekatan dengan rasa sakit orang lain, mengatasi godaan
untuk menarik diri, mengangkat dagu, menekuk lutut, dan merentangkan tangan.
Oleh karena itu, bersama Anda, saya ingin menggarisbawahi, dalam terang Sabda
Allah, tiga sikap penting dari perjalanan ini: pertama, dekat dengan mereka
yang menderita; kedua, menyuarakan penderitaan yang belum pernah
terdengar; ketiga, menjadi ragi amal kasih yang memikat.
Pertama-tama,
marilah kita ingat betapa pentingnya dekat dengan mereka yang menderita,
menawarkan untuk mendengarkan, mencintai, dan menerima. Tetapi untuk melakukan
ini kita harus belajar melihat, dalam rasa sakit saudara kita, suatu
"tanda prioritas", yang di lubuk hati yang paling dalam memaksa kita
untuk berhenti dan tidak membiarkan kita melangkah pergi menghindar. Kepekaan ini
meningkat jika kita membiarkan diri kita terlibat dalam perjumpaan dengan
mereka yang menderita. Dan berjalan bersama seperti ini membantu kita semua
untuk memahami arti hidup yang sebenarnya, yaitu kasih.
Penting
juga untuk menyuarakan penderitaan yang tidak pernah terdengar dari
mereka yang, dalam keadaan sakit, yang dibiarkan sendiri, tanpa dukungan
finansial dan moral, mudah putus asa dan kehilangan kepercayaan, seperti yang
dapat terjadi pada mereka yang menderita fibromyalgia dan nyeri kronis . Kami sampaikan
tantangan ke kota-kota kita, yang terkadang ditinggalkan oleh rasa kemanusiaan dan tuli terhadap panggilan kasih.
Ya, seringkali masyarakat kita seperti ini. Kita sambut seruan dari mereka yang
menderita dan memastikan agar mereka itu didengar. Jangan dibiarkan tertutup di
dalam ruangan, atau dibiarkan lewat sekedar sebagai "berita": mari
kita berikan ruang untuk itu dalam diri kita dan menguatkannya dengan
keterlibatan pribadi dan konkret.
Dan kita
sampai pada sikap ketiga: menjadi ragi amal kasih berarti "berjejaring".
Bagaimana? Cukup dengan berbagi berkat dan timbal balik, karena kita semua
membutuhkan dan kita semua bisa memberi dan menerima sesuatu, meski hanya
dengan senyuman. Dan ini menyebabkan tumbuhnya "jaring" di sekitar
kita yang tidak menangkap tetapi membebaskan, jaringan yang terdiri dari tangan
yang saling menggenggam, lengan yang bekerja sama, hati yang bersatu dalam doa
dan kasih sayang. Bahkan di tengah gelombang yang paling ganas, jaring ini
melebar tetapi tidak putus, dan memungkinkan mereka yang berisiko tenggelam dan
yang telah tenggelam terseret ke darat. Dan janganlah kita lupa bahwa teladan
dari mereka yang berinisiatif juga membantu orang lain menemukan keberanian
untuk ikut terlibat, seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran Anda di sini:
orang sakit, petugas kesehatan dan orang-orang dari dunia olahraga, bersatu
dalam komitmen bersama. untuk kebaikan sesama. Berjejaring adalah bekerja sama
sebagai anggota dari satu tubuh (lihat 1 Kor 12:12-27). Penderitaan seseorang
menjadi penderitaan semua, dan kontribusi masing-masing disambut oleh semua
sebagai berkat.
Teman-teman
terkasih, dekat dengan mereka yang sakit tidaklah mudah, Anda tahu itu dengan
baik. Untuk ini saya harapkan anda jangan berkecil hati! Dan jika Anda
menghadapi rintangan atau kesalahpahaman, tatap mata saudara atau saudari Anda
yang menderita dan ingat kata-kata orang Samaria yang baik hati: "Rawatlah
dia". Di wajah itu Yesus sendiri yang menatap Anda, Dia pun ingin berbagi
kelemahan kita, kerapuhan kita sampai wafat untuk kita dan yang, setelah bangkit
dari mati, tidak pernah meninggalkan kita! Di dalam Dialah kita menemukan
kekuatan untuk tidak menyerah, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun.
Kata
terakhir untukmu, saudara dan saudari yang sakit. Penderitaan yang Anda jalani
dengan iman, itulah yang membawa kita bersama di sini hari ini, untuk berbagi
momen penting ini. Dalam kerapuhan engkau dekat dengan hati Tuhan yang memahami
kerapuhan, membelai kerapuhan, menghibur kerapuhan: inilah jalan yang harus
kita tempuh. Untuk alasan ini, saya meminta doa-doa Anda yang sakit, agar
kedekatan dengan mereka yang menderita dan komitmen nyata untuk amal kasih dapat
bertumbuh di antara kita, dan agar tidak ada tangis kesakitan yang tidak
terdengar lagi. Dari dalam lubuk hati saya, saya memberkati Anda semua, saya
memberkati pekerjaan Anda dan komitmen pastoral Anda. Dan jangan lupa untuk
mendoakan saya. Terima kasih!
Baca Juga:
Pesan Untuk Hari Orang Sakit Sedunia 2023