Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Tarakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tarakan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Desember 2022

MENGUNJUNGI PAROKI PALING UTARA DI INDONESIA TENGAH 4

 Saya mengunjungi Pulau Sebatik 9-10 Desember 2022. Stasi dari paroki yang paling utara di Kalimantan Utara. Pada 10 Desember 2022 saya mengunjungi Paroki St Gabriel Nunukan, paroki paling utara di Kalimantan Utara dan Keuskupan Tanjung Selor. Sorenya saya menyeberang ke Pulau Tarakan, yang melahirkan Paroki St Gabriel Nunukan. Paginya, 11 Desember 2022 saya mengunjungi dua paroki yang ada di Tarakan, mulai dari yang muda dulu: Paroki St Yosef Pekerja di Juwata.

Setelah makan siang pada hari Minggu 11 Desember 2022 barulah saya mengunjungi paroki tua di Pulau/Kota Tarakan, Paroki St Maria Imakulata. Swiss Belhotel Tarakan tempat kami menginap menyajikan sarapan lengkap, menu Barat, Chinese dan Lokal. Besok kami masih bisa menikmati keanekaragaman kuliner itu. Sayangnya, resto-resto lokal di Tarakan tutup di Hari Minggu, hanya menyisakan satu restoran Padang, tak jauh dari Paroki St Maria Imakulata. Tentu saja masakan Padang yang sudah disesuaikan dengan selera Tarakan, dengan sambal cabai merah, minus sambal lado ijo kesukaan saya. Beberapa pramugari Super Air Jet yang bening cantik dengan tatanan rambut ekor kuda dan pakaian ketat yang menunjukkan keindahan lekuk tubuh di meja lain menjadi pemandangan yang menambah selera makan.

Mulanya Tarakan adalah suatu Stasi Misi dari Pusat Misi Kalimantan di Laham yang dipercayakan kepada para imam Kapusin, namun selanjutnya kepada para Misionaris Keluarga Kudus (MSF, 1927). Gereja pertama di Tarakan dibangun terutama untuk orang-orang Belanda beragama katolik yang bekerja pada Bataafsche Petroleum Maatchapij (BPM) Tarakan. Paroki Tarakan didirikan pada tanggal 8 Desember 1934 dan Gereja yang terletak di jl. Patimura No. 1, Markoni dipersembahkan kepada St. Maria Imakulata. 


Gereja di Jl Patimura, Markoni, Tarakan ini juga disebut Gereja Induk. Sekarang tidak lagi menjadi gereja paroki sejak 2002, setelah terjadi perkembangan masa. Hanya digunakan untuk ekaristi harian dan untuk pastoral liturgis sekolah.

Pada 1977 karya penggembalaan diserahkan dari Misionaris Keluarga Kudus MSF kepada tarekat Oblat Maria Imakulata (OMI) hingga sekarang. Karena pertambahan umat Pastor Antonius Bocchi OMI yang berkarya dari 1989-2000 merancang dan membangun gedung gereja baru, yang dari atas tampak sebagai salib, namun horisontal menggambarkan perisai Dayak. Maka gedung gereja baru yang terletak di Jl. Jendral Sudirman dapat dikatakan merupakan hasil inkulturasi gereja dalam kebudayaan lokal daratan Kalimantan, kendati hanya sedikit orang Dayak yang menjadi umat paroki Tarakan. Pengaruh budaya Dayak diserap dari stasi-stasi lama paroki Maria Imakulata Tarakan, yang meliputi Mara Satu Sungai Kayan  dan Malinau Sungai Sesayap (keduanya menjadi paroki mandiri dipisahkan dari Tarakan pada 1978)  di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Pada waktu itu Paroki St Maria Imakulata Tarakan termasuk dalam yurisdiksi Keuskupan Samarinda.





Ketika kemudian Paus Yohanes Paulus II pada 2002 mendirikan Tanjung Selor dipisahkan dari Keuskupan Samarinda, paroki St Maria Imakulata Tarakan dipindahkan dalam yurisdiksi Keuskupan Tanjung Selor.
Ketika saya kunjungi, Gereja Paroki St Maria Imakulata Tarakan sedang sibuk  menyiapkan pesta umat perayaan Hari Ulang Tahun ke-88 yang dimulai pkl 16.00 dengan senam bersama umat. Tokoh umat Tarakan yang menemui kami setelah kami berdoa dalam gereja mengundang kami ikut serta dalam perayaan yang akan diselenggarakan sore hingga malam hari bersama Uskup Tanjung Selor Mgr Paulinus Yan Olla MSF dan pastor paroki  Rm Andri Atmoko OMI. 

Sayang sekali, karena gangguan kesehatan kami tidak dapat menyertai umat paroki Maria Imakulata merayakan ulang tahun ke-88 yang pasti meriah. Pada hal tokoh umat (orang Flores) yang mengundang kami siap untuk menyajikan limun Flores yang tak boleh dilewatkan: Sofie. Gejolak perut dan rasa letih lemas menghalangi kami ikut pesta.









Selamat Ulang Tahun ke 88 Paroki St Maria Imakulata, Tarakan.

Feedback dari Rm Andri Atmoko OMI, 
[15/12 11.17] Romo Andri Atmoko OMI: Selamat siang p. Bambang... Terima kasih telah berkenan mampir Gereja kami... Sayang sekali nggak sempat bertemu. Semoga lain kali kerso rawuh lagi... 🙏🙏
[15/12 11.19] Romo Andri Atmoko OMI: Ya... Paroki Tarakan sudah tua... Termasuk induknya Gereja Kaltara....
[15/12 11.19] Romo Andri Atmoko OMI: Kami launching website pada 11 Des malam...
[15/12 11.20] Romo Andri Atmoko OMI: smitarakan.org

[Bersambung]

Rabu, 14 Desember 2022

MENGUNJUNGI PAROKI PALING UTARA DI INDONESIA TENGAH 3

Saya mengunjungi Pulau Sebatik 9-10 Desember 2022. Stasi dari paroki yang paling utara di Kalimantan Utara. Pada 10 Desember 2022 saya mengunjungi Paroki St Gabriel Nunukan, paroki paling utara di Kalimantan Utara dan Keuskupan Tanjung Selor. Sorenya saya menyeberang ke Pulau Tarakan, yang melahirkan Paroki St Gabriel Nunukan.

Sebetulnya ada rencana untuk singgah semalam menginap di Nunukan, tetapi kondisi kesehatan salah seorang rekan perjalanan kami memaksa kami untuk beristirahat di Kota Tarakan. Maka dengan speedboat berpenumpang 20 kami melanjutkan perjalanan ke Tarakan.



Dalam kenangan masa kecil saya, cerita kakek almarhum menjadi titik hubung yang samar. Kakek saya seorang staf laboratorium perusahaan minyak Belanda  Bataafsche Petroleum Maatchapij (BPM) di Cepu. Konon beberapa orang temannya dipindah dan diperbantukan pada laboratorium BPM di Tarakan pada awal 1930-an. Lalu ada cerita bahwa BPM membangun gereja Katolik di Tarakan yang bentuknya sama dengan gereja yang sedang dibangun di Cepu pada 1933, Gereja Katolik di Tarakan dan Cepu sama-sama diresmikan pada 1934.



Ketika Perang Dunia II, pabrik minyak BPM Cepu dan Tarakan sama-sama dibumihanguskan Belanda sebagian dan kehilangan banyak data pertambangan ketika direbut Jepang. Setelah Jepang kalah perang, kedua pabrik minyak direbut kembali oleh Belanda sampai kemudian dinasionalisasikan pada awal 1960-an dan menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI). Tidak terdengar cerita selanjutnya dari teman-teman kakek tentang gereja katolik Tarakan sesudah mereka pensiun dan melakukan perjumpaan-perjumpaan di tahun 1964 dan selanjutnya.

Karena itu saya sangat ingin tahu kisah selanjutnya dari gereja katolik Tarakan yang dibangun BPM itu.

Kota Tarakan merupakan kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara. Kota ini luasnya 249,65 km² ; secara geografis terletak pada 3°14'23"–3°26'37" Lintang Utara dan 117°30'50"–117°40'12" Bujur Timur, terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau, dan menurut data Badan Pusat Statistik 2021, mempunyai penduduk 244.185 jiwa (2022). Kota Tarakan yang didiami oleh suku asli yaitu, Tidung, namun dalam perkembangannya dihuni pula oleh suku-suku lain seperti: Dayak, Bulungan, Makassar, Banjar, Jawa, Tionghoa, Bugis, Melayu, Bali, Madura, Moro, Suluk, Toraja, Buton, Manado, Maranao, Mandar dan lain-lain. Pemeluk agama terbesar adalah Islam (165.396 pada 2010, atau 85,53% dan 216.744 pada 2020 atau 85,40%), Kristen Protestan (18.193 pada 2010 atau 9,41% dan 24.781 pada 2020 atau 9,77%), Katolik (5.222 pada 2010 atau 2,70% dan 8.769 pada 2020 atau 3,46%), Buddha dan Hindu. Dari status Kota Administratif menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981, Tarakan ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 dan diresmikan pada tanggal 15 Desember 1997 yang adalah tanggal hari jadinya.

Komunitas Umat Katolik Tarakan membentuk dua paroki. Yang pertama adalah paroki tua St Maria Imakulata sejak 1934, dan yang kedua adalah paroki St Yosef Pekerja di kawasan Juwata dari 2011. 



Pertama-tama saya mengunjungi paroki St Yosef Pekerja di kawasan Juwata Permai. Saya menemukan umat paroki dari 6 lingkungan sedang melakukan kerja bakti membersihkan gereja dan sekitarnya dalam rangka menyambut Natal 2022.




Mula-mula saya ditemui Romo Juvens, diosesan yang diperbantukan dari Atambua sejak Juli 2022. Ia menyatakan kekagumannya pada semangat menggereja umat paroki St Yosef Pekerja Juwata yang dilambari cinta, pengertian dan tanggungjawab yang mendalam. Mereka bahkan mengganti mobil tua paroki yang sering rusak dengan mobil yang lebih muda tahunnya pada bulan Agustus. Partisipasi liturgi dan pastoral berjalan baik dengan rapat rutin yang teratur dan penuh antusias. Pada umumnya, umat paroki St Yosef Pekerja Juwata adalah karyawan dari PT Intraca, suatu perusahaan kayu yang sejak tahun 1994 memberikan fasilitas untuk ibadat kepada mereka. Pada waktu itu mereka adalah bagian dari Lingkungan St Yohanes Paroki St Maria Imakulata. Atas inisiatif Pastor Antonio Bocci OMI mereka mengusahakan dan membangun gereja sendiri yang diresmikan penggunaannya pada 2002. Lingkungan-lingkungan baru didirikan berhubung pertambahan jumlah umat, hingga pada 2011 kelima Lingkungan yang berdekatan yaitu Lingkungan St Katarina, Lingkungan Vinsensius, Lingkungan Benediktus, Lingkungan St Andreas dan Lingkungan St Yohanes sendiri membentuk satu paroki baru, dipisahkan dari paroki St Maria Imakulata dan diresmikan oleh Mgr Yustinus Harjosusanto MSF pada 10 Juli 2011.






Pastor Paroki St Yosef Pekerja adalah Rm Save Pr. Ia sedang mendampingi umat membersihkan gereja dan sekitarnya ketika saya jumpai. Ia alumnus STFT Widyasasana Malang. Ditahbiskan pada 2017. Ia cerita bahwa beberapa waktu yang lalu anggota tim animasi penulisan sejarah paroki dari Keuskupan Tanjung Selor berkunjung di paroki St Yosef dan beberapa kali melakukan training dan mewawancarai beberapa tokoh paroki. Salah satu kesulitan yang dirasakan adalah terkait dengan sumber data primer Paroki, yaitu buku-buku paroki, seperti Buku Baptis, tidak lengkap akibat sikap meremehkan pekerjaan administrasi pastoral, kendati begitu sibuknya pelayanan pastoral di masa lalu, dan sekarang perlu diperbaiki dan dibenahi mulai dari paroki induk, St Maria Imakulata. 



Karena tidak ingin mengganggu lebih lama dan menyela kebersamaan para gembala dengan umatnya dalam kerja bakti, kami pamit untuk meneruskan perjalanan selanjutnya.


[Bersambung]