Maleaki, adalah nabi yang terakhir dari kedua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia membahas krisis iman yang terdapat di antara para imam Bait Allah pada masa sesudah Pembuangan. Perkataan Maleakhi adalah seruan tobat dan pembaharuan keikatan kepada “perjanjian Tuhan dengan Lewi”. Maleakhi mempunyai pandangan jauh ke depan mengenai suatu “ibadat kurban yang murni” yang naik ke surga di antara bangsa-bangsa (Mal 1:11) dan datangnya seorang “utusan” (Mal 3:1), kurang lebih sama dengan nabi Elia yang akan mewartakan betapa mengerikannya “hari Tuhan” (Mal 4:5).
I. PENGARANG DAN WAKTU PENULISAN
Pengarang kitab hanya disebut Maleakhi begitu saja (Mal 1:1) yang dalam
bahasa Ibrani berarti “utusanku” (bdk Mal 3:1). Tidak ada lagi yang diketahui
mengenai tokoh ini, kecuali bahwa ia memenuhi peran klasik sebagai seorang nabi
yang memperhadapkan umat Israel dengan kehendak Allah dan menyerukan supaya
kembali kepada kewajiban perjajian.
Para ahli biasanya menduga
karya ini berasal dari abad kelima SM dan sebagian mengira sang nabi hidup
sezaman dengan nabi-nabi Ezra dan Nehemia. Dukungan pada pendapat ini diperoleh
dari temuan bahwa Maleakhi menaruh perhatian pada banyak dari antara tema-tema
yang sama dengan yang digagas oleh para nabi pembaharu itu.
II. ISI
i. Dasar tulisan (Mal 1:1)
ii. Kasih Tuhan pada Israel (Mal 1:2-5)
iii. Kejahatan imam-imam (Mal 1:6-14)
iv. Peringatan pada imam-imam (Mal 2:1-17)
v. Utusan yang sedang datang (Mal 3:1-5)
vi. Persembahan Persepuluhan (Mal 3:6-12)
vii. Penyelamatan Sisa-sisa Bangsa (Mal 3:13-18)
viii. Hari Tuhan (Mal 3:19-24; atau 4:1-6 dalam Alk dan KKK)
III. MAKSUD DAN TEMA
Tujuan utama Maleakhi adalah mengoreksi penyalahgunaan di antara para
imam dan umat, ketika kekecewaan yang kental dan kekaburan arah hidup meliputi
masyarakat Yahudi. Frustrasi diungkapkan dalam melemahnya minat umum untuk
menjalankan pokok-pokok ibadat Bait Allah, dan diperlukan kepemimpinan rohani.
Jika nabi-nabi Hagai dan Zakharia membaktikan diri untuk mengobarkan kembali
semangat di antara orang-orang yang pulang dari Pembuangan, Maleakhi
membaktikan pekerjaannya untuk mengoreksi berbagai penyalahgunaan yang timbul
sesudah Bait Allah dipugar dan menuju pemulihan ibadat korban.
Kitab ini merupakan gabungan
beberapa wacana. Sang nabi terutama sangat kritis kepada situasi para imam dan
ibadat korban (bdk Mal 1:6-13; 2:1-4.8-9; 3:3-4.6-11). Maleakhi mengeluhkan
imam-imam yang mempersembahkan hewan yang tidak layak sebagai korban (Mal 1:6;
2:9) dan dengan demikian mereka membuat pelaksanaan tugas mereka sebagai
pelanggaran Hukum (bdk Im 22:17-25; Ul 17:1). Berhadapan dengan
situasi ini sang Nabi menyatakan : “dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di
antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban
bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara
bangsa-bangsa, firman Tuhan semesta alam” (Mal 1:11). Umat Kristen memandang
visiun ini sebagai suatu nubuat mengenai korban Ekaristi pada zaman
Mesias, suatu tafsir yang diteguhkan dalam Konsili Trente.
Maleakhi juga sangat prihatin dengan
berbagai tantangan pada kesetiaan Israel: penyembahan berhala (Mal 2:10-12),
ketidak-adilan sosial (Mal 3:5) dan kawin campur serta perceraian (Mal
2:10-16). Pernyataannya yang melawan praktik kawin campur dan perceraian
mengingatkan kita pada Ezra dan Nehemia.
Dalam pesan-pesannya yang terakhir,
Maleakhi kembali kepada soal pengadilan eskatologis. Ia membicarakan Hari Tuhan
(Mal 3:1-5) ketika : “Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di
hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!
Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan
semesta alam” (Mal 3:1). Utusan ini menurut tradisi Yahudi adalah Elia (bdk Mal
4:5). Yesus berbicara tentang utusan itu, yang sudah datang dalam diri Yohanes
Pembaptis (Mat 11:10-11) yang datang dalam roh
dan kuasa Elia (Luk 1:17). Pada hari Tuhan, kata Maleakhi, “semua orang gegabah
dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar
oleh hari yang datang itu, firman Tuhan semesta alam, sampai tidak
ditinggalkannya akar dan cabang mereka” (Mal 4:1).
Pada hari itu orang benar akan bergembira atas kekalahan kaum fasik.