Beberapa teman meminta semacam garis besar dari Injil Lukas. Selain Tahun Liturgi C didedikasikan terutama untuk Injil Lukas sebagai santapan Sabda untuk umat pada hari Minggu Pekan Biasa, sejak bulan Agustus ketika memasuki Masa Biasa Kedua hingga nanti pekan terakhir, bacaan Injil Harian juga dipetik dari Injil Lukas. Teman-teman yang aktif menjadi pewarta di lingkungan-lingkungan memerlukan ikhtisar Lukas ini untuk dasar tafsir dalam renungan-renungan yang mereka susun.
Injil Lukas,
kitab ketiga dalam Perjanjian Baru termasuk salah satu dari ketiga Injil
Sinoptik. Injil Lukas ditulis untuk umat Kristen dari bangsa bukan Yahudi dan
terkenal karena temanya mengenai universalitas, yang menekankan bahwa Injil
adalah untuk segala bangsa, terutama kaum miskin dan para pendosa. Lukas
mempersembahkan Injil ini kepada Teofilus, seorang yang baru menjadi Kristen,
yang kepadanya juga Lukas mempersembahkan Kisah Para Rasul (Kis 1:1). Lukas
mengemukakan tujuannya:
“Teofilus
yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari
asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur
bagimu, supaya engkau dapat mengetahui,
bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” (Luk 1:1-4)
Injil ini unik dalam dua hal.
Pertama injil ini adalah satu-satunya injil yang ditulis oleh seorang yang
bukan Yahudi, sementara para penulis Injil yang lain (dan para penulis
Perjanjian Baru lainnya) adalah orang Yahudi. Yang kedua, Injil Lukas adalah
satu-satunya kitab Perjanjian Baru yang pertama mempunyai dua bagian, di mana
bagian yang kedua kemudian menjadi kitab Kisah Para Rasul. Dengan demikian
Injil Lukas perlu dikaji dengan kelanjutannya pada Kisah Para Rasul, dan jika
digabungkan, maka keduanya mendokumentasikan kemajuan Injil yang tetap dari
Nazaret ke Yerusalem, di mana tugas penyelamatan Yesus mencapai puncaknya dan
di mana Gereja didirikan; dan kemudian dari Yerusalem sampai ke Roma.
I. PENULIS
DAN WAKTU PENULISAN
Baik tradisi
maupun pendapat para ahli menyatakan Lukas sebagai penulis baik Injil Lukas
maupun kitab Kisah Para rasul. Bahwa Lukas adalah penulis karya ini dikuatkan
dengan kesaksian dalam empat abad pertama, oleh St Ireneus dan Tertulianus,
Kanon Murata, Rigenes, Eusebius dari Kaisarea dan St Hieronimus.
Waktu penulisan Injil Lukas
tidak jelas. Dugaan lama memperkirakan Injil Lukas disusun sebelum Roma
menaklukkan Yerusalem pada tahun 70 M. Secara lebih spesifik, waktu penulisan
itu diperkirakan hingga awal tahun 60-an, terutama karena di dalam narasi
sejarahnya Kisah Para Rasul selesai sekitar tahun 62 M, pada waktu penahanan
Paulus di Roma berakhir (Kis 28:14.30). Di dalam teks Injil Lukas maupun Kisah
Para Rasul tidak ada petunjuk mengenai masa sesudah tahun ini. Namun para ahli
yang kritis condong dengan dugaan bahwa kitab ini diselesaikan pada tahun
80-an, setidaknya karena kebanyakan ahli menyatakan bahwa Lukas menggunakan
Injil Markus di dalam menyusun kisahnya. Karena Injil Markus biasanya diduga
disusun tak lama sebelum atau sesudah tahun 70, dan dengan memperhitungkan
waktu yang diperlukan Injil Markus untuk diperbanyak dan diedarkan, barulah
Lukas menuliskan Injilnya.
II. ISI
I. Prolog
(1:1-4)
II. Kisah
Masa Kanak-kanak (1:5-2:52)
III.
Persiapan Karya (3:1-38)
IV. Pencobaan
Yesus (4:1-13)
V. Karya
Yesus di Galilea (4:14-9:50)
VI. Karya
Yesus di Yerusalem (9:51-19:44)
VII. Yesus
Ditolak di Yerusalem (19:45-21:38)
VIII.
Sengsara dan Wafat (22:1-23:56|)
IX.
Kebangkitan (24:1-53)
III.
CIRI-CIRI SASTRA
Latar
belakang Lukas sebagai orang Yunani, seorang yang terpelajar, dan seorang tabib
merupakan modal yang sangat baik untuk menyusun suatu Injil, terutama Injil
yang ditujukan pada pembaca yang bukan orang Yahudi. Pendidikannya tampak dalam
keterampilannya sebagai seorang sejarawan peneliti dan penulis. Tak diragunkan
lagi, Injil Lukas merupakan Injil yang paling tinggi nilai sastranya dari
antara keempat Injil. Sang penulis memilih kata-kata dan frasa-frasa dengan
sangat cermat untuk menyampaikan Kabar Gembira dengan jelas dan lancar. Lepas
dari kepentingan spiritual dan tafsir, alur ceritanya merupakan hasil cipta
sastra yang sangat bagus.
Lukas seorang sejarawan yang
cermat yang “menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya”
(Luk 1:3). Ia memelajari hidup dan perkataan Yesus dengan sangat teliti, dan ia
mengenal dan mengandalkan para saksi mata kejadian yang sebenarnya. Sebagai
teman seperjalanan Paulus, Lukas dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Paulus.
Tampaknya ia sudah bersama dengan Paulus ketika Paulus dipenjarakan di Kaisarea,
dan kemudian di Roma.
Lukas
mengikuti bentuk Injil Markus dan Matius, dengan menerapkan rancangan umum
empat tahap : Seruan Yohanes Pembaptis, Karya Yesus di Galilea, karya Yesus di
Yerusalem, dan Sengsara-wafat-dan-KebangkitanNya. Hasil penyelidikan Lukas
memungkinkannya memasukkan bahan unik yang tidak terdapat dalam Injil-injil
yang lain, termasuk Kabar Suka Cita (Luk 1:26-38), episode di Bait Allah ketika
Yesus masih kecil (Luk 2:41-51) dan Perumpamaan Anak yang Hilang (Luk
15:11-32), dan Kenaikan Yesus (Luk 24:46-55). Lukas juga mencantumkan
kidung-kidung yang sangat indah: Kidung Maria (Magnificat, Luk 1:46-55), Kidung
Zakharia (Benedictus, 1:68-79), Kidung Kemuliaan (2:14) dan Kidung Simeon (Nunc
Dimittis, 2:29-35).
IV. MAKSUD
DAN TEMA
Tema sentral
dari Injil Lukas adalah universalitas Kabar Gembira. Injil mewartakan tawaran
Allah yang berlimpah akan keselamatan, yang merupakan pemenuhan janji-janji
Allah kepada Israel, dalam Yesus Kristus. Oleh Lukas Yesus ditampilkan
pertama-tama sebagai Mesias penebus Israel, tokoh yang telah dinubuatkan para
nabi (Luk 1:32-33; 68-79). Kemudian Lukas meluaskan misi keselamatan Yesus
kepada bangsa-bangsa lain (Luk 2:29-32; 3:4-6), memuncak dalam amanat kepada
para rasul “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:47).
Lukas dengan demikian menekankan kerahiman
Allah, dengan menuliskan berbagai tindakan yang penuh belas kasih dari Kristus,
termasuk mengampuni wanita yang berdosa (Luk 7:36-50), Zakheus (Luk 19:1-10),
para prajurit yang melaksanakan hukuman atas diriNya (Luk 23:34), dan pencuri yang
baik (Luk 23:39-43). Yesus juga menunjukkan belas kasih dan perhatianNya kepada
kaum miskin dan mereka yang tertindas (Luk 1:52-53; 4:18; 6:20-26; 14:7-11) dan
terutama menunjukkan penghargaan dan kepedulian kepada para wanita.
Mungkin melalui hubungan pribadi, Lukas
dapat memberikan gambaran yang sangat kuat dan unik tentang ibu Yesus (Luk
1:26-56; 2:19.51). Diberikan peran yang utama pada para wanita lainnya:
Elisabet (Luk 1:39-45), Hana (Luk 2:36-38), janda dari Nain (Luk 7:11-17),
wanita yang berdosa (Luk 7:36-50), Maria Magdalena (Luk 8:2), Yohana (Luk 8:3),
Susana (Luk 8:3), Maria dan Marta (10:38-42) dan wanita yang mengalami
pendarahan (13:10-17). Para wanita juga ditampilkan dalam
perumpamaan-perumpamaan, misalnya dalam perumpamaan dirham yang hilang (Luk
15:8-10) dan Hakim yang curang (Luk 18:1-8).
Bab-bab utama dari Lukas, 9:51—19:28,
mengikuti perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan kemudian juga Jalan
Salib dan KebangkitanNya. Bagi Lukas, Yerusalem lebih dari sekedar suatu tujuan.
Yerusalem adalah kota kudus, di mana terdapat Bait Allah, tempat terpenting bagi
janji-janji Allah. Injil Lukas terus-menerus merujuk ke arah Yerusalem,
terutama sebagai tempat memuncaknya adegn-adegan Injil. Kisah masa kanak-kanak
bergulir ke arah Persembahan Yesus di Bait Allah (Luk 2:22) dan kemudian Maria
dan Yusuf menemukan Yesus di Bait Allah (Luk 2:41-51). Demikian pula, kisah
pencobaan membalikkan urutan dua pencobaan terakhir yang disajikan Injil Matius
sehingga puncaknya terjadi di Yerusalem (Luk 4:9). Keseluruhan karya Yesus
dengan demikian terarah maju menuju Yerusalem. Semua orang yang menyatakan diri
Kristen haruslah memanggul salibNya dan mengikuti Yesus dalam perjalanan mereka
menuju Yerusalem.
Akhirnya, Lukas juga mencurahkan banyak
perhatian kepada hidup batin, yaitu doa. Yesus terus menerus diperlihatkan
berdoa, mencari kehendak Bapa dalam pelbagai momentum yang sangat penting dalam
karyaNya (Luk 5:16; 6:12; 23:34.46).
Bambang Kussriyanto
Sumber: Scott Hahn.