Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Kardinal George Pell. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kardinal George Pell. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Januari 2023

KARDINAL PELL DIMAKAMKAN

 


Kardinal George Pell dari Australia wafat pada 10 Januari 2023. "Wafatnya mengejutkan kita semua, karena ketika memakamkan Paus Benediktus XVI seminggu sebelumnya, ia hadir dan ikut konselebrasi Misa. Ia tampak sehat kendati usianya 81 tahun," kata Kardinal Re, Ketua Kolegium Kardinal, yang memimpin Misa Konselebrasi pemakaman Kardinal George Pell, Sabtu, 14 Januari 2023, di altar Basilika St Petrus.



Kardinal Re mengenang Kardinal  George Pell sebagai seorang yang menonjol berteguh dalam iman dan bertekun dalam doa ketika masa-masa terakhirnya penuh penderitaan dan mengalami ketidak-adilan. Pada tahun 2017 ia dituduh melakukan pelecehan seksual di Australia. Ia dipidana dua tahun dalam penjara. Tetapi setelah menjalani pidana penjara 400 hari di Melbourne dan di Barwon, Mahkamah Agung Australia membatalkan hukumannya karena menganggap pengadilan perkaranya tidak cukup bukti. Ia dinyatakan tidak bersalah dan bebas murni.  



"Ia menjadi contoh penderitaan besar yang ditanggung dengan kesabaran iman dan keyakinan pada keadilan Allah. Kardinal Pell dengan rela menerima hukuman yang tidak adil dengan penuh martabat dan kedamaian batin."

"Iman dan doanya menjadi penghiburan besar selama ia menderita ketidak-adilan. Dan untuk menunjukkan betapa iman dan doa itu sungguh menjadi kekuatan dalam penderitaan, ketika ia masih di penjara, ia menulis dan menerbitkan buku harian".

Pada akhirnya, Kardinal Pell gambaran "manusia yang taat pada Allah dan pada Gereja, dengan iman yang teguh dan sangat setia pada ajaran, yang dibelanya tanpa ragu dan dengan berani, semata-mata untuk setia kepada Kristus".

Paus Fransiskus melaksanakan ritus Pelepasan dan Pemberkatan Peti Jenazah Kardinal Pell sesudah Ekaristi, untuk kemudian dimakamkan. 




Semoga Kardinal George Pell berbahagia di sisi Bapa. 


Jumat, 13 Januari 2023

KARDINAL GEORGE PELL WAFAT DAN KEMELUT SEPENINGGALNYA

 


Kardinal George Pell, Uskup Agung emeritus dari Sidney, Australia, dan Prefek emeritus Sekretariat Ekonomi Vatikan wafat pada 10 Januari 2023 di rumah sakit di Roma; ia tutup usia 81 tahun karena serangan jantung ketika operasi bedah dalam rangka perbaikan tulang pinggul. Kardinal Pell membantu Paus Fransiskus di Vatikan untuk menata sistem pengendalian keuangan agar terhindar dari penyelewengan-penyelewengan. Sayangnya Pell terganjal kasus pelecehan seksual pada anak-anak di negerinya, Australia. Ia sempat ditahan satu tahun dalam penjara sipil untuk pemeriksaan kasusnya, yang ternyata kekurangan bukti, sehingga dilepaskan kembali. 

Paus Fransiskus berduka atas meninggalnya Kardinal Pell dan memuji dia yang sabar menanggung percobaan di dalam penjara, dan atas bantuannya membarui sistem keuangan Vatikan. "Semoga ia diterima dalam kebahagiaan surga dan memeroleh ketenteraman abadi". Jenazah Kardinal George Pell disemayamkan di salah satu kapel samping Basilika St Petrus, dan pada hari Sabtu ini, 14 Januari 2023 akan dimakamkan setelah Misa Requiem di altar Basilika St Petrus.

Liturgi pemakaman akan dirayakan oleh Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, bersama dengan para Kardinal dan para Uskup Agung dan Uskup.

Sementara itu di hari-hari belakangan begitu Kardinal Pell wafat, tersembul dokumen yang menohok Paus Fransiskus, dan ketika diusut asal-usulnya, mengarah pada almarhum Kardinal Pell sebagai sumbernya.

Dokumen yang beredar sejak Paskah 2022 itu ditujukan kepada para Kardinal yang akan berperan dalam Konklaf Pemilihan Paus yang akan datang dari seseorang yang menggunakan nama "Demo" (artinya rakyat). 

"Demo" menyatakan kepausan sekarang ini adalah bencana bagi Gereja Katolik: 1. Dulu Roma bicara, persoalan beres (Roma locuta, causa finita est). Sekarang Roma bicara, kekacauan bertambah (Roma loquitur, confusio augetur). (A) Sinode Jerman bicara tentang homoseks, imam perempuan, komuni untuk orang bercerai. Paus diam saja. (B) Kardinal Hollerich menolak ajaran kristiani tentang seksualitas. Paus diam saja. Ini bisa menyebabkan bidat sesat jika dibiarkan, dan bisa menyebabkan ketidakpatuhan meluas. Dikasteri ajaran iman harus bicara. (C). Diamnya Roma kontras dengan hebohnya aniaya pada Kaum Tradisionalis dan ordo biara kontemplatif.

2. Ajaran Kristosentris dilemahkan. Kristus digusur dari titik pusat. Kadang Roma tidak begitu peduli pada penting monoteisme lugas, malah memberi tempat pada "gugon-tuhon" (wider divinity concept). Tidak persis pantheisme, tetapi semacam varian dari panentheisme Hindu. (A) Pachamama itu berhala. (B) Biara suster kontemplatif diobrak-abrik. Ada usaha mengganti ajaran kharisma sang pendiri. (C) Warisan ajaran iman dan moral Yohanes Paulus II yang kristosentris digerogoti.   Banyak staf Lembaga untuk Keluarga dipecat. Mahasiswa mundur. Akademi untuk Kehidupan mulai bobrok. Beberapa anggota mendukung bunuh diri dengan bantuan (euthanasia). Akademi Kepausan mengangkat staf dan pembicara tamu yang pro aborsi. 

3. Kurangnya kepatuhan pada hukum Gereja menyebabkan meluasnya skandal internasional. Sementara isyu mengkristal pada pengadilan 10 kasus keuangan Vatikan, masalah yang sebenarnya lebih tua dan lebih luas. (A) Paus mengubah Hukum Kanon empat kali untuk memudahkan pengadilan. (B) Dalam kasus Kardinal Becciu, tidak dilakukan proses keadilan, dia hanya dicopot sebagai kardinal begitu saja dan dilucuti kekuasaannya. Tiap orang berhak mendapatkan proses peradilan yang wajar. (C) Paus adalah kepala negara Vatikan dan sumber hukum, tidak elok jika Paus malah menggunakan kekuasaan untuk campur tangan langsung dalam prosedur hukum. (D) Paus kadang (sering) mengeluarkan dekrit (motu proprio) yang menghilangkan hak gugat mereka yang terdampak. (E) Banyak staf, terutama imam, diberhentikan dari Kuria Roma, dengan alasan yang tidak memadai (wajar). (F) Dalam Kasus Torzi, hakim mengecam penuntut umum yang tidak dapat memberi gambaran lengkap sebagai tidak cakap/tidak layak.  (G) Sergapan polisi Vatikan atas kantor auditor Vatikan (Libero Milone) pada 2017 mungkin tidak sah dan menyalahi prosedur. Ada kemungkinan Kasus Libero dibangun atas bukti-bukti rekayasa yang diselundupkan.  

4. Situasi keuangan Vatikan sangat berat. (A) Dalam sepuluh tahun terakhir terjadi defisit. Sebelum Covid rata-rata 20 juta euro per tahun. Selama pandemi Covid mungkin antara 30-35 juta euro per tahun. Sumber masalah terjadi sebelum masa kepausan baik Paus Benediktus XVI maupun Paus Fransiskus. (B) Vatikan menghadapi defisit besar dalam Dana Pensiun. Sekitar 2014 ahli dari    COSEA memperkirakan besaran defisit sekitar  € 800 juta pada 2030. Ini taksiran sebelum COVID. (C)  Diperkirakan Vatikan akan menanggung kerugian € 217 million dari properti Sloane Avenue di London. Pada 1980-an, Vatikan harus menanggung kerugian $ 230 juta setelah Skandal Banco Ambrosiano. Karena kedodoran dan korupsi selama 25-30 tahun terakhir, Vatikan mengalami kebocoran lain sekurangnya € 100 juta, mungkin bisa lebih tinggi lagi (antara 150-200 juta). (D)  Kendati keputusan Bapa Suci baru-baru ini, proses investasi tidak dipusatkan (seperti yang disarankan COSEA pada 2014 dan sudah dicoba oleh Sekretariat Ekonomi pada 2015-16) dan tetap imun dari nasehat ahli. Selama berpuluh tahun Vatikan berurusan dengan orang-orang keuangan yang bercitra buruk dan dijauhi oleh semua bankir Itali yang baik. (E) Keuntungan dari 5261 properti Vatikan tetap rendah dan mencurigakan. Pada 2019, keuntungan per properti (sebelum COVID) hanya $ 4,500 setahun. Pada 2020, hanya € 2,900 per properti. (F) Perubahan peran Paus Fransiskus dalam reformasi keuangan (tidak menyeluruh namun ada kemajuan besar sejauh terkait dengan pengurangan kejahatan, namun kurang berhasil, di luar IOR, dalam hal tingkat keuntungan) merupakan suatu misteri, suatu enigma. Pada mulanya Bapa Suci menjadi dorongan besar bagi reforma. Beliau kemudian menghalangi sentralisasi investasi, menentang reforma dan kebanyakan upaya menyingkapkan korupsi dan mendukung Uskup Agung Becciu di pusat keuangan Vatikan. Tetapi pada 2020 Paus bertentangan dengan Becciu dan akhirnya menempatkan 10 orang ke pengadilan. Selama bertahun-tahun hanya sedikit hasil laporan AIF tentang tindak pelanggaran yang diteruskan ke pengadilan. Para auditor luar dari Price Waterhouse and Cooper diberhentikan dan Auditor Utama Libero Milone dipaksa mengundurkan diri bahkan diperkarakan pada 2017. Pada hal mereka hampir membongkar korupsi dalam Sekretariat Negara.

5. Pengaruh politik Paus Fransiskus dan Vatikan tidak dapat diabaikan. Secara intelektual, tulisan-tulisan Kepausan menunjukkan penurunan dari standar St. Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus. Keputusan dan kebijakan seringkali “benar secara politis”, tetapi telah terjadi kegagalan besar untuk mendukung hak asasi manusia di Venezuela, Hong Kong, Cina daratan, dan sekarang dalam invasi Rusia.

Tidak ada dukungan publik Vatikan untuk umat Katolik yang setia di China yang telah dianiaya secara berkala karena kesetiaan mereka kepada Kepausan selama lebih dari 70 tahun. Tidak ada dukungan publik Vatikan untuk komunitas Katolik di Ukraina, khususnya Katolik Yunani.

Isu-isu ini harus ditinjau kembali oleh Paus berikutnya. Citra politik Vatikan sekarang sedang surut.


6. Pada tingkat yang berbeda dan lebih rendah, situasi kaum tradisionalis Tridentin (Katolik) harus diatur.

Pada tingkat yang lebih jauh dan lebih rendah, perayaan Misa “individu” dan kelompok kecil di pagi hari di Basilika Santo Petrus harus diizinkan lagi. Saat ini, basilika besar ini seperti gurun pasir di pagi hari.

Krisis COVID telah menyebabkan penurunan besar jumlah peziarah yang menghadiri audiensi dan Misa Kepausan.

Bapa Suci hanya mendapat sedikit dukungan di antara para seminaris dan imam muda dan ketidakpuasan meluas di Kuria Vatikan.


Konklaf Berikutnya

1. Kolegium Kardinal telah dilemahkan oleh nominasi eksentrik dan belum dibangun kembali setelah penolakan terhadap pandangan Kardinal Kasper dalam konsistori 2014. Banyaknya Kardinal yang tidak kenal satu sama lain, menambah dimensi baru ketidakpastian pada konklaf berikutnya.

2. Setelah Vatikan II, otoritas Katolik sering meremehkan kekuatan yang bersifat memusuhi dari sekularisasi, dunia, daging, dan iblis, khususnya di dunia Barat dan melebih-lebihkan pengaruh dan kekuatan Gereja Katolik.

Kita lebih lemah dari 50 tahun yang lalu dan banyak faktor di luar kendali kita, setidaknya dalam jangka pendek, mis. penurunan jumlah orang beriman, frekuensi kehadiran Misa, kematian atau kepunahan banyak ordo religius.

3. Paus tidak perlu menjadi penginjil terbaik dunia, atau kekuatan politik. Penerus Petrus, sebagai kepala Kolegium Para Uskup, penerus para Rasul, memiliki peran fundamental bagi persatuan dan ajaran. Paus baru harus memahami bahwa rahasia vitalitas Kristiani dan Katolik berasal dari kesetiaan pada ajaran Kristus dan praktik Katolik. Tidak dari beradaptasi pada dunia atau dari uang.

4. Tugas pertama Paus baru adalah memulihkan kenormalan, memulihkan kejelasan doktrinal dalam iman dan moral, memulihkan penghormatan yang tepat pada hukum dan memastikan bahwa kriteria pertama untuk pencalonan uskup adalah penerimaan Tradisi Apostolik. Keahlian dan pembelajaran teologis adalah  nilai lebih, tapi bukan halangan bagi semua uskup dan terutama uskup agung.

Ini adalah landasan yang diperlukan untuk menjalankan dan mewartakan Injil.

5. Jika pertemuan sinode berlanjut di seluruh dunia, itu akan menghabiskan banyak waktu dan uang, mungkin mengalihkan energi dari penginjilan dan pelayanan daripada memperdalam kegiatan penting ini.

Jika sinode-sinode nasional atau kontinental diberi otoritas doktrinal, kita akan menghadapi bahaya baru bagi kesatuan Gereja sedunia, misalnya, Gereja Jerman menganut pandangan doktrinal yang tidak dianut oleh Gereja-Gereja lain dan tidak sesuai dengan Tradisi Apostolik.

Jika tidak ada koreksi Roma atas ajaran sesat semacam itu, Gereja akan direduksi menjadi federasi longgar dari Gereja-Gereja lokal, yang memiliki pandangan berbeda-beda, mungkin akan lebih mirip dengan model Anglikan atau Protestan, daripada dengan model Ortodoks.

Prioritas awal untuk Paus berikutnya adalah menyingkirkan dan mencegah perkembangan yang mengancam tersebut, dengan menekankan kesatuan dalam hal-hal yang hakiki dan tidak membiarkan perbedaan doktrinal yang tidak dapat diterima. Moralitas aktivitas homoseksual akan menjadi salah satu titik penting.

6. Sementara para klerus dan seminaris muda hampir sepenuhnya ortodoks, terkadang cukup konservatif, Paus yang baru perlu menyadari perubahan substansial yang terjadi pada kepemimpinan Gereja sejak 2013, mungkin terutama di Amerika Selatan dan Tengah. Ada musim semi baru dalam langkah kaum liberal Protestan di dalam Gereja Katolik.

Perpecahan tidak mungkin berasal dari kiri, yang biasanya tak mau repot dengan  masalah doktrinal. Perpecahan lebih mungkin datang dari kanan dan selalu mungkin ketika ketegangan liturgi meradang dan tidak diredam.

Kesatuan dalam hal-hal prinsip. Keanekaragaman dalam hal-hal yang tidak penting. Kasih dalam semua masalah.

7. Terlepas dari kemunduran yang memprihatinkan di Barat dan kerapuhan dan ketidakstabilan yang melekat di banyak tempat, perhatian serius harus diberikan pada Ordo Jesuit. Mereka berada dalam situasi penurunan angka yang dahsyat dari 36.000 anggota pada waktu Konsili Vatikan II menjadi kurang dari 16.000 pada tahun 2017 (dengan kemungkinan 20-25% anggota sudah di atas usia 75 tahun). Di beberapa tempat, terjadi kemerosotan moral yang dahsyat.

Tatanannya sangat tersentralisir, rentan terhadap reformasi atau perubahan dari atas. Kharisma dan kontribusi Jesuit sungguh dan sangat penting bagi Gereja sehingga mereka tidak boleh dibiarkan berlalu dalam sejarah tanpa campur tangan atau hanya menjadi komunitas Asia-Afrika saja.

8. Bencana penurunan jumlah umat Katolik dan ekspansi Protestan di Amerika Selatan harus ditangani. Itu hampir tidak disebutkan dalam Sinode Amazon.

9. Jelas, banyak pekerjaan diperlukan untuk reformasi keuangan di Vatikan, tetapi ini seharusnya tidak menjadi kriteria terpenting dalam pemilihan Paus berikutnya.

Vatikan tidak memiliki utang yang besar, tetapi defisit tahunan yang berkelanjutan pada akhirnya akan menyebabkan kebangkrutan. Jelas, langkah-langkah akan diambil untuk memperbaikinya, untuk memisahkan Vatikan dari kaki tangan kriminal dan menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran. Vatikan perlu menunjukkan kompetensi dan integritas untuk menarik sumbangan besar untuk membantu masalah ini.

Terlepas dari prosedur keuangan yang lebih baik dan transparansi yang lebih besar, tekanan keuangan yang berkelanjutan merupakan tantangan besar, tetapi hal itu sangat remeh dibanding ancaman rohani dan ajaran yang dihadapi Gereja, khususnya di Dunia Pertama.

Demo

Prapaskah 2022


Yang disangkakan pada Kardinal George Pell yang diketahui umum sebagai salah satu pilar konservatif dalam Gereja Katolik belum tentu benar. Tetapi selain urusan keuangan, keprihatinan-keprihatinan beliau pun belum tentu akurat. Namun kita perlu berterima kasih atas pandangan-pandangan beliau dan Gereja sedapat mungkin melakukan perbaikan-perbaikan di sana sini.

RIP. Selamat jalan Kardinal George Pell. Semoga berbahagia di surga.