Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Paroki St Yosef Pekerja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paroki St Yosef Pekerja. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Desember 2022

MENGUNJUNGI PAROKI PALING UTARA DI INDONESIA TENGAH 3

Saya mengunjungi Pulau Sebatik 9-10 Desember 2022. Stasi dari paroki yang paling utara di Kalimantan Utara. Pada 10 Desember 2022 saya mengunjungi Paroki St Gabriel Nunukan, paroki paling utara di Kalimantan Utara dan Keuskupan Tanjung Selor. Sorenya saya menyeberang ke Pulau Tarakan, yang melahirkan Paroki St Gabriel Nunukan.

Sebetulnya ada rencana untuk singgah semalam menginap di Nunukan, tetapi kondisi kesehatan salah seorang rekan perjalanan kami memaksa kami untuk beristirahat di Kota Tarakan. Maka dengan speedboat berpenumpang 20 kami melanjutkan perjalanan ke Tarakan.



Dalam kenangan masa kecil saya, cerita kakek almarhum menjadi titik hubung yang samar. Kakek saya seorang staf laboratorium perusahaan minyak Belanda  Bataafsche Petroleum Maatchapij (BPM) di Cepu. Konon beberapa orang temannya dipindah dan diperbantukan pada laboratorium BPM di Tarakan pada awal 1930-an. Lalu ada cerita bahwa BPM membangun gereja Katolik di Tarakan yang bentuknya sama dengan gereja yang sedang dibangun di Cepu pada 1933, Gereja Katolik di Tarakan dan Cepu sama-sama diresmikan pada 1934.



Ketika Perang Dunia II, pabrik minyak BPM Cepu dan Tarakan sama-sama dibumihanguskan Belanda sebagian dan kehilangan banyak data pertambangan ketika direbut Jepang. Setelah Jepang kalah perang, kedua pabrik minyak direbut kembali oleh Belanda sampai kemudian dinasionalisasikan pada awal 1960-an dan menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI). Tidak terdengar cerita selanjutnya dari teman-teman kakek tentang gereja katolik Tarakan sesudah mereka pensiun dan melakukan perjumpaan-perjumpaan di tahun 1964 dan selanjutnya.

Karena itu saya sangat ingin tahu kisah selanjutnya dari gereja katolik Tarakan yang dibangun BPM itu.

Kota Tarakan merupakan kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara. Kota ini luasnya 249,65 km² ; secara geografis terletak pada 3°14'23"–3°26'37" Lintang Utara dan 117°30'50"–117°40'12" Bujur Timur, terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau, dan menurut data Badan Pusat Statistik 2021, mempunyai penduduk 244.185 jiwa (2022). Kota Tarakan yang didiami oleh suku asli yaitu, Tidung, namun dalam perkembangannya dihuni pula oleh suku-suku lain seperti: Dayak, Bulungan, Makassar, Banjar, Jawa, Tionghoa, Bugis, Melayu, Bali, Madura, Moro, Suluk, Toraja, Buton, Manado, Maranao, Mandar dan lain-lain. Pemeluk agama terbesar adalah Islam (165.396 pada 2010, atau 85,53% dan 216.744 pada 2020 atau 85,40%), Kristen Protestan (18.193 pada 2010 atau 9,41% dan 24.781 pada 2020 atau 9,77%), Katolik (5.222 pada 2010 atau 2,70% dan 8.769 pada 2020 atau 3,46%), Buddha dan Hindu. Dari status Kota Administratif menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981, Tarakan ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 dan diresmikan pada tanggal 15 Desember 1997 yang adalah tanggal hari jadinya.

Komunitas Umat Katolik Tarakan membentuk dua paroki. Yang pertama adalah paroki tua St Maria Imakulata sejak 1934, dan yang kedua adalah paroki St Yosef Pekerja di kawasan Juwata dari 2011. 



Pertama-tama saya mengunjungi paroki St Yosef Pekerja di kawasan Juwata Permai. Saya menemukan umat paroki dari 6 lingkungan sedang melakukan kerja bakti membersihkan gereja dan sekitarnya dalam rangka menyambut Natal 2022.




Mula-mula saya ditemui Romo Juvens, diosesan yang diperbantukan dari Atambua sejak Juli 2022. Ia menyatakan kekagumannya pada semangat menggereja umat paroki St Yosef Pekerja Juwata yang dilambari cinta, pengertian dan tanggungjawab yang mendalam. Mereka bahkan mengganti mobil tua paroki yang sering rusak dengan mobil yang lebih muda tahunnya pada bulan Agustus. Partisipasi liturgi dan pastoral berjalan baik dengan rapat rutin yang teratur dan penuh antusias. Pada umumnya, umat paroki St Yosef Pekerja Juwata adalah karyawan dari PT Intraca, suatu perusahaan kayu yang sejak tahun 1994 memberikan fasilitas untuk ibadat kepada mereka. Pada waktu itu mereka adalah bagian dari Lingkungan St Yohanes Paroki St Maria Imakulata. Atas inisiatif Pastor Antonio Bocci OMI mereka mengusahakan dan membangun gereja sendiri yang diresmikan penggunaannya pada 2002. Lingkungan-lingkungan baru didirikan berhubung pertambahan jumlah umat, hingga pada 2011 kelima Lingkungan yang berdekatan yaitu Lingkungan St Katarina, Lingkungan Vinsensius, Lingkungan Benediktus, Lingkungan St Andreas dan Lingkungan St Yohanes sendiri membentuk satu paroki baru, dipisahkan dari paroki St Maria Imakulata dan diresmikan oleh Mgr Yustinus Harjosusanto MSF pada 10 Juli 2011.






Pastor Paroki St Yosef Pekerja adalah Rm Save Pr. Ia sedang mendampingi umat membersihkan gereja dan sekitarnya ketika saya jumpai. Ia alumnus STFT Widyasasana Malang. Ditahbiskan pada 2017. Ia cerita bahwa beberapa waktu yang lalu anggota tim animasi penulisan sejarah paroki dari Keuskupan Tanjung Selor berkunjung di paroki St Yosef dan beberapa kali melakukan training dan mewawancarai beberapa tokoh paroki. Salah satu kesulitan yang dirasakan adalah terkait dengan sumber data primer Paroki, yaitu buku-buku paroki, seperti Buku Baptis, tidak lengkap akibat sikap meremehkan pekerjaan administrasi pastoral, kendati begitu sibuknya pelayanan pastoral di masa lalu, dan sekarang perlu diperbaiki dan dibenahi mulai dari paroki induk, St Maria Imakulata. 



Karena tidak ingin mengganggu lebih lama dan menyela kebersamaan para gembala dengan umatnya dalam kerja bakti, kami pamit untuk meneruskan perjalanan selanjutnya.


[Bersambung]