Saya mengunjungi Pulau Sebatik 9-10 Desember 2022. Stasi dari paroki yang paling utara di Kalimantan Utara. Pada 10 Desember 2022 saya mengunjungi Paroki St Gabriel Nunukan, paroki paling utara di Kalimantan Utara dan Keuskupan Tanjung Selor. Sorenya saya menyeberang ke Pulau Tarakan, yang melahirkan Paroki St Gabriel Nunukan.
Sebetulnya ada rencana untuk singgah semalam menginap di Nunukan, tetapi kondisi kesehatan salah seorang rekan perjalanan kami memaksa kami untuk beristirahat di Kota Tarakan. Maka dengan speedboat berpenumpang 20 kami melanjutkan perjalanan ke Tarakan.
Dalam kenangan masa kecil saya, cerita kakek almarhum menjadi titik hubung yang samar. Kakek saya seorang staf laboratorium perusahaan minyak Belanda Bataafsche Petroleum Maatchapij (BPM) di Cepu. Konon beberapa orang temannya dipindah dan diperbantukan pada laboratorium BPM di Tarakan pada awal 1930-an. Lalu ada cerita bahwa BPM membangun gereja Katolik di Tarakan yang bentuknya sama dengan gereja yang sedang dibangun di Cepu pada 1933, Gereja Katolik di Tarakan dan Cepu sama-sama diresmikan pada 1934.
Ketika Perang Dunia II, pabrik minyak BPM Cepu dan Tarakan sama-sama dibumihanguskan Belanda sebagian dan kehilangan banyak data pertambangan ketika direbut Jepang. Setelah Jepang kalah perang, kedua pabrik minyak direbut kembali oleh Belanda sampai kemudian dinasionalisasikan pada awal 1960-an dan menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI). Tidak terdengar cerita selanjutnya dari teman-teman kakek tentang gereja katolik Tarakan sesudah mereka pensiun dan melakukan perjumpaan-perjumpaan di tahun 1964 dan selanjutnya.
Karena itu saya sangat ingin tahu kisah selanjutnya dari gereja katolik Tarakan yang dibangun BPM itu.
Kota Tarakan merupakan kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara. Kota ini luasnya 249,65 km² ; secara geografis terletak pada 3°14'23"–3°26'37" Lintang Utara dan 117°30'50"–117°40'12" Bujur Timur, terdiri dari dua pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau, dan menurut data Badan Pusat Statistik 2021, mempunyai penduduk 244.185 jiwa (2022). Kota Tarakan yang didiami oleh suku asli yaitu, Tidung, namun dalam perkembangannya dihuni pula oleh suku-suku lain seperti: Dayak, Bulungan, Makassar, Banjar, Jawa, Tionghoa, Bugis, Melayu, Bali, Madura, Moro, Suluk, Toraja, Buton, Manado, Maranao, Mandar dan lain-lain. Pemeluk agama terbesar adalah Islam (165.396 pada 2010, atau 85,53% dan 216.744 pada 2020 atau 85,40%), Kristen Protestan (18.193 pada 2010 atau 9,41% dan 24.781 pada 2020 atau 9,77%), Katolik (5.222 pada 2010 atau 2,70% dan 8.769 pada 2020 atau 3,46%), Buddha dan Hindu. Dari status Kota Administratif menurut Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981, Tarakan ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 dan diresmikan pada tanggal 15 Desember 1997 yang adalah tanggal hari jadinya.Komunitas Umat Katolik Tarakan membentuk dua paroki. Yang pertama adalah paroki tua St Maria Imakulata sejak 1934, dan yang kedua adalah paroki St Yosef Pekerja di kawasan Juwata dari 2011.