Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label tanda makam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tanda makam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 September 2022

PEMAKAMAN DAN MAKAM MENURUT KITAB SUCI

 


Bambang Kussriyanto

Kemarin 20 September 2022 saya berziarah mengunjungi makam ayah dan ibu untuk mendoakan mereka. Sudah setahun saya tidak berziarah ke makam ayah dan ibu. Sekarang keadaannya sangat berbeda. Makam katolik itu mengalami perubahan yang mengubah kunjungan ziarah jadi nyaman dan menyenangkan. Banyak makam tanah sudah diberi nisan bagus-bagus, rata-rata dari bahan granit atau batu alam. Ada banyak tanaman hijau terawat rapi menjadikan kompleks makam seperti taman kendati saat ini kemarau sudah tinggi. Setelah berdoa saya mengagumi tatanan makam yang rapi teratur. Saya jadi tergelitik untuk memahami makam dan pemakaman dalam Kitab Suci. Saya pikir akan berguna juga membagikan apa yang saya temukan ketika mencari literatur tentang makam dan pemakaman menurut Kitab Suci dalam Blog ini untuk teman-teman.

I. PERLUNYA PEMAKAMAN

Karena mayat dipandang secara ritual tidak tahir, maka penting untuk memakamkan jasad secepat mungkin (Ul 21:33; Kis 5:5-6). Tidak memeroleh pemakaman dianggap benar-benar malang (2 Raj 9:10; Yer 16:4; 22:19; Yeh 29:5) dan nista (1 Raj 14:10-14; 2 Raj 9:34-37). Misalnya, nabi Ahia menubuatkan kepada isteri Yerobeam bahwa suaminya akan dihukum karena tidak peduli pada iman: “Setiap orang dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab Tuhan telah mengatakannya” (1 Raj 14:11). Adalah suatu keprihatinan besar agar nasib malang seperti itu tidak terjadi, sehingga setiap orang yang menemukan mayat di tepi jalan wajib segera memakamkannya secepat mungkin (Tb 1:18; 2:2-7).

      Rasa hormat dan perhatian pada yang mati diperlihatkan terutama oleh Tobit dalam melakukan pemakaman orang mati (Tob 1:16-19). Gereja melanjutkan tradisi ini, dan menyerukan kepada umat agar memerlakukan orang mati dengan rasa hormat dan kasih, dalam iman dan dalam harapan akan kebangkitan. Pemakaman orang mati dianggap sebagai pekerjaan kerahiman terhadap tubuh (KGK 2300).

II. PEMAKAMAN, KREMASI DAN PEMBALSAMAN

Di seluruh dunia kuno, termasuk di antara suku-suku Kanaan, bangsa Yunani dan bangsa Roma, kremasi merupakan cara yang biasa untuk mayat. Namun di antara suku-suku Israel kremasi yang dilakukan hanyalah untuk Saul dan anak-anaknya (1 Sam 31:12), itupun karena tubuh mereka ditemukan dalam keadaan termutilasi, hancur terpotong-potong. Namun dalam hal ini pun, kremasi hanyalah suatu persiapan bagi pemakaman tulang-tulang mereka. Juga diizinkan melakukan pembakaran mayat dalam rangka mencegah menjalarnya suatu wabah (Am 6:10). Yakub dan Yusufmati di Mesir, maka pembalsaman menjadi suatu keharusan, demikianlah maka mereka dibalsam dan dijadikan mumi dalam suatu prosesi yang berlangsung selama empat puluh hari (Kej 50:2-3.26); tetapi pembalsaman tidak menjadi praktik di kalangan bangsa Israel.

III. KEBIASAAN BERKABUNG

Mayat diusung dengan usungan kayu oleh teman-teman, pelayan dan kerabat (Luk 7:14). Berkabung bagi yang mati menunjukkan kepada umum rasa duka cita (2 Sam 3:31.32; Ayb 21:33; Am 5:16; Mat 9:23); adat kebiasaan kuno Kanaan menyayat diri sendiri dengan benda tajam dilarang menurut hukum Yahudi (Im 19:27-28; 21:5; Ul 14:1). Sir 22:12 menyatakan: “Berkabung untuk orang mati lamanya tujuh hari” (bdk Kej 50:10; Ydt 16:24), tetapi perkabungan bagi tokoh besar berlangsung lebih lama. Perkabungan untuk Harun (Bil 20:29) dan Musa (Ul 34:5-8) adalah tiga puluh hari sesudah pemakaman; bagi Yakub di Mesir tujuh puluh hari termasuk empat puluh hari untuk proses pembalsaman (Kej 50:3).

 IV. PERSIAPAN JENASAH

Sebagian besar pengetahuan kita tentang adat pemakaman berasal dari awal abad pertama, tetapi penyampaian rujukan dari tempat lain menunjukkan kepada kita bahwa adat itu hanya sedikit saja perubahannya dari masa ke masa. Praktik yang lazim di dalam menyiapkan jenasah untuk pemakaman adalah pertama-tama mengusahakan agar mata dalam keadaan tertutup (Kej 46:4), begitu pula mulut diikat agar menutup (Yoh 11:44), tubuh dimandikan (Kis 9:37); diurapi (Mrk 16:1; Luk 24:1) dan dibungkus dengan kain linen putih (Mat 27:59; Mrk 15:46; Yoh 11:44). Wajah ditutup dengan saputangan (Yoh 20:7). Berbagai rempah dan wewangian dimakamkan bersama jasad atau sebagai bagian dari kain pembalutnya (Mrk 16:1). Ada praktik yang umum juga dalam masa Perjanjian Baru untuk membersihkan tulang-tulang dan menempatkannya di suatu lubang karang yang disebut ossuary.

      Jenasah tidak dimasukkan dalam peti. Tetapi sejauh mungkin jenasah itu dimakamkan di dalam tanah makam keluarga, sebagaimana diperlihatkan dari banyak tujukan bahwa orang dimakamkan “di antara para bapa leluhurnya”, dengan demikian menegaskan kelangsungan suatu garis keluarga (Kej 47:30; 1 Raj 13:22; 2 Mak 12:39). Semua bapa bangsa dan isteri mereka dimakamkan di Makhpela, di gua yang dibeli Abraham bagi Sara, sekalipun untuk pemakaman itu dilakukan perjalanan panjang dari Mesir (Kej 49:29-32).

      Orang kaya dan anggota keluarga raja dimakamkan sekalian dengan perhiasan, barang-barang keramik, perabotan dan senjata-senjata, jubah-jubah dan pakaian terbaik mereka (Yeh 32:27).

 IV. MAKAM

Bentuk awal pemakaman bangsa Israel meliputi penggunaan gua-gua dan makam. Penguburan pertama yang disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah pemakaman Sara di gua Makhpela di Hebron (Kej 23:4-19). Ada pula celah-celah yang digali pada karang, dan jenasah ditempatkan pada lempeng datar atau bangku yang dibuat pada bagian dalam dinding karang. Makam keluarga adalah umum terdapat, misalnya bagi anggota keluarga Gideon (Hak 8:32), Simson (Hak 16:31), Asael (2 Sam 2:32) dan Ahitofel (2 Sam 17:23).

      Penguburan di tanah adalah umum bagi mereka yang keuangannya terbatas. Sebuah pohon dijadikan tanda tempat itu (Kej 35:8), sementara mereka yang mati karena dihukum gundukan makam mereka ditandai dengan setumpukan batu (2 Sam 18:17). Misalnya sehubungan dengan Akhan dan keluarganya yang dilempari batu sampai mati karena menyembunyikan barang jarahan dari Yerikho, “didirikanlah di atasnya suatu timbunan batu yang besar” di atas makam mereka (Yos 7:24-28). Di luar Yerusalem, di Lembah Hinom, terdapat sebidang tanah yang dikhususkan untuk tempat pemakaman mereka yang dipidana mati (Yer 19:11; 26:23) dan untuk orang asing yang mati ketika berada di wilayah Israel (misalnya Hakel-dama).

      Orang-orang kaya sudah mempunyai makam-makam yang dipersiapkan bagi mereka sendiri di taman-taman (2 Raj 21:18.26; Mat 27:57-60; Yoh 19:41-42) dan dengan pilar-pilar (Kej 35:20; 2 Sam 18:18) atau monumen lainnya (2 Raj 23:17; 1 Mak 13:27). Bentuk makam yang biasa adalah suatu gua karang buatan, yang ditutup dengan batu bulat, seperti batu penggilingan, yang didorong ke tempatnya mengikuti suatu alur yang dipersiapkan, sehingga makam itu sulit dibuka begitu tertutup (bdk Yes 22:16). Makam Lazarus (Yoh 11:38) dan Yesus  (Mrk 16:1-4) mempunyai bentuk umum seperti itu. Makam raja-raja Yehuda terletak di Kota (lama) Daud (1 Raj 2:10; 11:43; 14:31; 2 Raj 16:20).

      Makam Yesus adalah suatu makam yang mahal dan Injil-injil melukiskannya secara rinci. Makam itu baru saja dibuat oleh Yusuf dari Arimatea dan belum digunakan (Mat 27:60; Luk 23:53; Yoh 19:41). Tempatnya di dekt suatu taman (Yoh 19:41) didekat kota Yerusalem (Yoh 19:42). Jalan masuknya kecil (Yoh 20: 5-11), dan makam itu ditutup dengan batu besar (Mark 16:1-4). Prajurit Roma memeterai batu penutup itu sehingga tak seorangpun akan dapat membukanya (Mat 27:66). Fakta bahwa Yesus dimakamkan merupakan bagian dari ajaran Kristen awal (1 Kor 15:4).

Sumber: Scott Hahn, Catholic Bible Dictionary, Double Day 2009.