Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label 2025. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2025. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 November 2022

MENUJU YUBILEUM 2025 (ii)

Perubahan yang timbul: Ketika pandemi global bergulir, para ahli memperkirakan berkembangnya kepercayaan yang lebih besar pada sarana-sarana digital yang berubah drastis untuk baik maupun buruk pada 2025.  Pandemi membuktikan bahwa fenomena yang mengubah dunia bisa muncul dari mana saja.  Beralih pada cara hidup dan kerja yang lebih intensif dalam jejaring komunikasi digital menunjukkan niali dari sistem-sistem yang kompleks ini.  

Pandemi makin mengarahkan fokus pada sisi atas dan bawah dari kehidupan digital. 

• Tele-apa saja : Penerapan proses dari jauh ( “remote” ) – telework (WFH) Kerja dari rumah, telemedicine (pengobatan dari jauh), virtual schooling (sekolah on-line), e-commerce (perdagangan elektronik) bertambah banyak – dan terus bertumbuh. Pada 2025, akan makin banyak orang bekerja dari tumah, lebih banyak interaksi sosial dan hiburan virtual dan makin berkurang kerumunan orang ketimbang di masa lalu. 

• Harapan orang akan kenyamanan dan keamanan menambah besarnya andalan pada sarana digital :pandemi telah menyebabkan konsumen memburu gadget, apps dan system yang makin smart. Ini akan mempercepat penyesuaian pada model dan platform belajar mengajar baru, tatanan baru pekerjaan dan tempat kerja, perubahan cara hidup keluarga dan cara serta struktur berkomunitas. 

• Kaca pembesar kebaikan dan keburukan manusia: krisis telah meningkatkan interkoneksi digital yang menumbuhkan empati, kesadaran yang lebih besar pada kerentanan manusia dan mengundang tindakan umum yang positif. Sebaliknya, sebagian individu, kota dan negara bangsa malah makin menutup diri dan bersikap mau menang sendiri dalam rangka survival. Rasialisme bertambah dan komunitas tertutup juga akan meningkat. 

Keprihatiban/kecemasan: ketika pandemi merebak semakin global, expert dengan cemas memerhatikan bertambahnya kesenjangan sosial and rasial, memburuknya ketertiban dan keamanan dan berkurangnya privasi serta semakin maraknya hoaks dan mis informasi. Mereka yang punya keunggulan mendapat lebih banyak keuntungan, mereka yang miskin semakin ketinggalan.  Kecemasan utamanya fokus pada bertambahnya kekuasaan perusahaan teknologi. Kebanyakan solusi yang ditawarkan adalah pedang bermata dia antara menguntungkan dan merugikan kebebasan sipil. 

Otomatisasi dapat menghilangkan banyak pekerjaan manusia. Dan penyebaran dusta melalui sosial media dan platform digital lainnya makin merusak semua sistem sosial, politik dan ekonomi. 

• Ketimpangan dan ketidakadilan bertambah besar: Pandemi dan cepatnya pergeseran pada penggunaan sistem digital melebarkan pemisahan rasial dan lain-lain sert menambah pengangguran, mereka yang tak punya jaminan penghidupan dan yang tersisih. Ketimpangan antara mereka yang beruntung dan tidak beruntung diperbesar oleh sistem digital diperlihatkan oleh perusahaan besar yang mampu memiliki data besar dan rumus sempurna pemecahan masalah. Orang yang rentan secara ekonomis dan kesejahteraan dan masa depan semakin banyak. 

• Ketika risiko bertambah,  privasi merosot dan otoritarianisme bertambah: krisis kesehatan karena  pandemi dan melebarnya ketergantungan orang pada internet meningkatkan ancaman tindakan kriminal, hacking dan serangan lainnya. Optimasi keamanan digital malah mengurangi privasi individu dan kebebasan sipil. Terjadi semacam pengawasan massal, yang digunakan negara otoriter untuk melumpuhkan lawan politik dan menyalahgunakan hak-hak warga. 

• Ancaman thd pekerjaan makin intensif karena otomasi, AI artificial intelligence, robotik dan globalisasi: Demi survive, bisnis menata ulang sistem dan proses melakukan otomatisasi kerja sebanyak mungkin. Sedang artificial intelligence (AI) dan robotik meringankan beban satu pihak, mereka merugikan pihak lain, ketika banyak pekerjaan diambil alih mesin. Para majikan melakukan outsourcing tenaga kerja dan memilih mereja yang meminta upah paling rendah. Para pekerja yang dibutuhkan makin sedikit, may be asked to work for far less; makin banyak menjadi tenaga kerja kontrak tanpa hal pensiun,  malah harus menggunakan sarana kerja mereka sendiri. 

 • Misinformasi akan menggila: propaganda digital tak dapat dikendalikan, dan dengan cepat cloud akan dijadikan senjata

technologi basis memecah belah publik, merusak ikatan sosial dan mengancam bukti dan pemikiran rasional

bases penentuan kebijakan. 

 • Tantangan kesehatan mental: Kehidupan digital sudah merupakan sumber stress untuk sebagian orang sebelum berlakunya isolasi sosial karena pandemi. Pergeseran kepada  tele-apa saja semakin meluas dan akan semakin mengurangi kontak pribadi dan membatasi penggunaan sistem real-world support dan hubungan sosial mereka.

 

HARAPAN: Ketika global pandemi merebak, para ahli mendesak agar keadilan diutamakan dan agar desain technologi difocuskan pada kesejahteraan manusia. Ada kesempatan untuk menata ulang sistem2 utama seperti struktur kapitalisme, pendidikan, layanan kesehatan dan tempat kerja. 

* Kemajuan teknologi seperti AI (artificial intelligence), smart cities, analisis data dan virtual reality seharusnya dapat lebih menyehatkan semua sistem, lebih manusiawi dan lebih membantu produktivitas. Komunikasi informasi yang lebih akurat dapat secara dramatis memerbaiki respon darurat atas krisis dan mengatasi penderitaan.

 • Keadilan Sosial  menjadi prioritas: Bangkitnya gerakan masyarakat untuk keadilan sosial dan pemerataan  ekonomi dapat meniciptakan pemerintahan yang makin tanggap dan sistem  socio-politik yang lebih peka pada keberagaman, persamaan dan keterbukaan. Ini meliputi fokus pada penutupan akun digital yang memecah belah.  

• Kesejahteraan umum akan lebih diutamakan ketimbang profit: Dunia usaha akan mulai memerhatikan dan melayani kebaikan yang lebih besar dari sasaran-sasaran kapitalisme pasar. Hasilnya adalah kebijakan untuk mendanai jaring pengaman yang lebih luas seperti pelayanan kesehatan universal, upah dasar universal dan pelayanan umum broadband. 

• Mutu hidup akan meningkat: Transisi pada pekerjaan di rumah akan mengurangi pencemaran udara kota, dan kepadatan transportasi serta kerumunan. Mutu hidup pada umumnya ditingkatkan, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk hidup keluarga, memberi akomodasi pada penyandang disabilitas dan memicu perbaikan2 lainnya.

 • AI, VR, AR, ML will yield good: Artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, deep learning, machine learning and natural language processing will make virtual spaces feel much more real, in-person, authentic, and effective. 

 • Sistem2 yang makin cerdas akan diciptakan: Tata-kota, tata-pedesaan, provinsi dan unit layanan2 mandiri, khususnya di sektor perawatan kesehatan, makin moderni agar lebih efektif menangani krisis masa depan, lebih cepat mengidentifikasi dan merespon ancaman yang timbul dan berbagi informasi dengan semua warga dengan cara yang lebih segera dan membantu.


Sumber: Non-scientific canvassing of select experts conducted June 30-July 27, 2020. “Experts Say the ‘New Normal’ in 2025 Will Be Far More Tech-Driven, Presenting More Big Challenges” PEW RESEARCH CENTER and ELON UNIVERSITY’S IMAGINING THE INTERNET CENTER, 2021

Sabtu, 05 November 2022

MENUJU YUBILEUM 2025 (I)



Ketika diminta untuk menggambarkan seperti apa kehidupan pada 2025 setelah merebaknya pandemi global dan krisis lainnya dari tahun 2020, sekitar 915 inovator, pengembang, pemimpin bisnis dan pemerintahan, peneliti dan aktivis memberi jawaban mereka. Pandangan luas dan agak universal adalah bahwa hubungan antara manusia dan teknologi akan lebih mendalam sementara bagian besar orang makin mengandalkan koneksi digital untuk bekerja, belajar, pelayanan kesehatan dan transaksi perdagangan serta interaksi sosial yang penting. Sebagian memberi gambaran suatu dunia yang serba “tele-apasaja”. 

 Wawasan yang dibagikan para responden tentang perubahan yang akan datang perlu diperhatikan: 

 ketimpangan ekonomi akan memburuk karena mereka yang sangat terhubung secara digital dan paham teknologi akan makin jauh mendahului mereka yang kekurangan akses pada perlengkapan digital dan gaptek kurang terlatih dan kesulitan memanfaatkan teknologi, sementara perubahan teknologi melenyapkan sebagian pekerjaan;  

  meningkatnya kekuatan perusahaan teknologi dalam eksploitasi pasar dan mekanisme semacam arficial intelligence (AI) kiranya akan menggerogoti privasi and otonomi para pengguna; 

 berlipatgandanya penyebaran misinformasi ketika penguasa dan rakyat yang terpecah dalam berbagai kubu perang informasi dan saling mendiskreditkan satu sama lain. Banyak responden sangat cemas atas manipulasi opini, emosi dan penggiringan publik yang tampaknya sulit dicegah melalui disinformasi   – ujaran dusta dan kebencian dijadikan senjata secara sengaja untuk menimbulkan bias dan ketakutan yang merusak. Mereka mencemaskan keroposnya stabilitas dan ikatan  sosial  serta melemahnya pertimbangan rasional serta pembuatan kebijakan berbasis fakta. 

Serentak dengan itu, sebagian ahli menyatakan harapan bahwa perubahan akibat pandemi akan membuat situasi lebih baik bagi sebagian warga berkat perubahan yang:

  mendorong reforma baru untuk keadilan rasial dan persamaan sosial yang menentukan ketika tatanan ekonomi sekarang - dan kapitalisme - mendapat perhatian dan dukungan para penentu kebijakan; 

  meningkatkan mutu hidup bagi keluarga-keluarga dan para pekerja ketika diberlakukan aturan kerja yang lebih fleksibel, makin permanen dan masyarakat menyesuaikan diri;  

  menghasilkan percepatan perbaikan teknologi dalam realitas augmentasi atau virtual dan AI yang membuat orang hidup secara lebih cerdas, lebih aman dan lebih produktif, menghidupkan dalam banyak bidang "smart systems" misalnya dalam bidang penting perawatan kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial komunitas.


Sekitar 47% responden menyatakan bahwa hidup akan semakin buruk bagi banyak orang pada 2025 ketimbang sebelumnya. Sedang 39% menyatakan hidup akan lebih baik bagi banyak orang ketimbang sebelum pandemi.  Lalu 14% responden menduga pada 2025 seandainya tidak ada pandemi pun hidup tidak banyak berubah alias sami mawon. 

Di antara 86% yang yakin pandemi menghasilkan perubahan, pada umumnya membayangkan evolusi digital akan terus berlanjut membawa dampak baik positif maupun negatif. Para ahli mengaitkan ini dengan sikap umum yang menarik. Bahwa setelah pandemi usai pun kebanyakan orang ingin perubahan terus berlanjut.  

Gambaran berikut ini timbul dari wawancara tidak ilmiah, yang dilakukan atas sampling nonrandom. Hasilnya adalah opini individu yang menanggapi pertanyaan dan tidak dapat digeneralisasikan sebagai pandangan umum. 

Sebagian besar jawaban ahli diberikan secara tertulis dan memberi penjelasan atas jawaban mereka. Seolah mereka menyodorkan tema-tema besar tentang cara individu dan kelompok menyesuaikan diri berhadapan dengan krisis global , dengan memerikan peluang yang paling mungkin dan tantangan-tantangan yang tinbul sementara orang meningkatkan penggunaan dan aplikasi teknologi digital. Perlu dicatat bahwa jawaban2 dikumpulkan menjelang akhir 2020, sebelum selesainya pemilihan presiden di AS dan sebelum vaksin  COVID-19 mendapat persetujuan luas. 

 Ketika memikirkan apa yang terjadi pada pertengahan 2020 dan perubahan yang akan datang, para ahli menggunakan istilah “titik infleksi,” “ekuilibrium terjeda” “skala yang tak terbayangkan,” “proses eksponensial,” “disrupsi massif” dan “tantangan yang tak pernah ada sebelumnya.” 

Mereka menulis tentang perubahan yang dapat menata ulang realitas dasar seperti "kehadiran" fisik orang bersama yang lain, dan persepsi orang tentang kepercayaan dan kebenaran. Mereka juga memikirkan apakah orang dapat menerima secara efektif perubahan yang begitu jauh, ketika mereka diminta berfungsi dengan "emosi paleolitik, pranata abad tengah, dan teknologi yang bagaikan tuhan" menurut kata-kata biolog  E.O. Wilson. 

 Di antara skor perubahan yang menurut mereka sedang timbul adalah tampilnya “Internet Kedokteran dan Pengobatan” dilengkapi sensor dan peralatan yang memungkinkan pemantauan kesehatan pasien jenis baru; mesin gelombang milimeter smart untuk diagnosis orang yang mengalami gejala penyakit; kemajuan biologi sintetik dan komputasi virologi yang memerbaiki pengujian obat dan terapi penyakit target; skrining diagnostik yang mencakup seseorang, gen dan mikrobiome; alat deteksi genggam yang memungkinkan warga menanggapi persoalan lingkungan hidup; dan golongan baru pekerja pelayanan jarak jauh (tele-care workers).

 Tambahan lagi, para ahli ini memperkirakan munculnya sistem sosial media 3-D yang dapat memperkaya interaksi manusia (antara lain melalui hologram avatar); agen-agen mediasi digital (interdigital agents) yang semakin banyak mengambil alih pekerjaan yang berulang dan menghabiskan banyak waktu; “benda terbang Internet” seperti drone yang semakin prolifik untuk pengawasan, tugas eksplorasi dan pengiriman; realitas virtual di mana-mana; meluasnya ekonomi yang tumbuh dari pola kerja dari rumah (work-from-home)s; pertanian kota (urban farming) yang mencapai skala industrial; kemajuan dalam cryptocurrency yang memungkinkan sejumlah besar kolaborasi peer-to-peer; manufaktur atas permintaan berbasis lokal; rantai logistik yang “lokal dalam semangat maupun lokal dalam prakteknya” ; pasar pendidikan yang menawarkan banyak pilihan (merdeka) yang memungkinkan para pelajar memilih menu pelajaran sesuai pribadi ; kemajuan “tele-keadilan” yang memungkinkan penyelenggaraan sejumlah besar sidang pengadilan dari jauh; protokol “penilaian persentase kebenaran” yang mengurangi pengaruh disinformasi; dan reaktor nuklir kecil dan lebih aman untuk produksi listrik.  

Secara harian, para ahli memperkirakan akan terdapat mesin translasi bahasa real-time yang lebih baik, penenalan si penutur, wajah si penutur (termasuk perasaan yang tampak pada ekspresi wajah), dengan kapasitas menentukan kalimat2 kunci dan koreksi mandiri, busana bersensor, mesin pencarian video yang kuat, sendor gerak tubuh, kacamata 3D glasses, pusat data multimedia dan jaringan yang lebih luas "bandwidth" yang memungkinkan pengalaman virtual 3D sepenuhnya dan pengembangan AI yang dapat melayani lebih banyak macam kebutuhan orang. 

(Bersambung)