Perubahan yang timbul: Ketika pandemi global bergulir, para ahli memperkirakan berkembangnya kepercayaan yang lebih besar pada sarana-sarana digital yang berubah drastis untuk baik maupun buruk pada 2025. Pandemi membuktikan bahwa fenomena yang mengubah dunia bisa muncul dari mana saja. Beralih pada cara hidup dan kerja yang lebih intensif dalam jejaring komunikasi digital menunjukkan niali dari sistem-sistem yang kompleks ini.
Pandemi makin mengarahkan fokus pada sisi atas dan bawah dari kehidupan digital.
• Tele-apa saja : Penerapan proses dari jauh ( “remote” ) – telework (WFH) Kerja dari rumah, telemedicine (pengobatan dari jauh), virtual schooling (sekolah on-line), e-commerce (perdagangan elektronik) bertambah banyak – dan terus bertumbuh. Pada 2025, akan makin banyak orang bekerja dari tumah, lebih banyak interaksi sosial dan hiburan virtual dan makin berkurang kerumunan orang ketimbang di masa lalu.
• Harapan orang akan kenyamanan dan keamanan menambah besarnya andalan pada sarana digital :pandemi telah menyebabkan konsumen memburu gadget, apps dan system yang makin smart. Ini akan mempercepat penyesuaian pada model dan platform belajar mengajar baru, tatanan baru pekerjaan dan tempat kerja, perubahan cara hidup keluarga dan cara serta struktur berkomunitas.
• Kaca pembesar kebaikan dan keburukan manusia: krisis telah meningkatkan interkoneksi digital yang menumbuhkan empati, kesadaran yang lebih besar pada kerentanan manusia dan mengundang tindakan umum yang positif. Sebaliknya, sebagian individu, kota dan negara bangsa malah makin menutup diri dan bersikap mau menang sendiri dalam rangka survival. Rasialisme bertambah dan komunitas tertutup juga akan meningkat.
Keprihatiban/kecemasan: ketika pandemi merebak semakin global, expert dengan cemas memerhatikan bertambahnya kesenjangan sosial and rasial, memburuknya ketertiban dan keamanan dan berkurangnya privasi serta semakin maraknya hoaks dan mis informasi. Mereka yang punya keunggulan mendapat lebih banyak keuntungan, mereka yang miskin semakin ketinggalan. Kecemasan utamanya fokus pada bertambahnya kekuasaan perusahaan teknologi. Kebanyakan solusi yang ditawarkan adalah pedang bermata dia antara menguntungkan dan merugikan kebebasan sipil.
Otomatisasi dapat menghilangkan banyak pekerjaan manusia. Dan penyebaran dusta melalui sosial media dan platform digital lainnya makin merusak semua sistem sosial, politik dan ekonomi.
• Ketimpangan dan ketidakadilan bertambah besar: Pandemi dan cepatnya pergeseran pada penggunaan sistem digital melebarkan pemisahan rasial dan lain-lain sert menambah pengangguran, mereka yang tak punya jaminan penghidupan dan yang tersisih. Ketimpangan antara mereka yang beruntung dan tidak beruntung diperbesar oleh sistem digital diperlihatkan oleh perusahaan besar yang mampu memiliki data besar dan rumus sempurna pemecahan masalah. Orang yang rentan secara ekonomis dan kesejahteraan dan masa depan semakin banyak.
• Ketika risiko bertambah, privasi merosot dan otoritarianisme bertambah: krisis kesehatan karena pandemi dan melebarnya ketergantungan orang pada internet meningkatkan ancaman tindakan kriminal, hacking dan serangan lainnya. Optimasi keamanan digital malah mengurangi privasi individu dan kebebasan sipil. Terjadi semacam pengawasan massal, yang digunakan negara otoriter untuk melumpuhkan lawan politik dan menyalahgunakan hak-hak warga.
• Ancaman thd pekerjaan makin intensif karena otomasi, AI artificial intelligence, robotik dan globalisasi: Demi survive, bisnis menata ulang sistem dan proses melakukan otomatisasi kerja sebanyak mungkin. Sedang artificial intelligence (AI) dan robotik meringankan beban satu pihak, mereka merugikan pihak lain, ketika banyak pekerjaan diambil alih mesin. Para majikan melakukan outsourcing tenaga kerja dan memilih mereja yang meminta upah paling rendah. Para pekerja yang dibutuhkan makin sedikit, may be asked to work for far less; makin banyak menjadi tenaga kerja kontrak tanpa hal pensiun, malah harus menggunakan sarana kerja mereka sendiri.
• Misinformasi akan menggila: propaganda digital tak dapat dikendalikan, dan dengan cepat cloud akan dijadikan senjata
technologi basis memecah belah publik, merusak ikatan sosial dan mengancam bukti dan pemikiran rasional
bases penentuan kebijakan.
• Tantangan kesehatan mental: Kehidupan digital sudah merupakan sumber stress untuk sebagian orang sebelum berlakunya isolasi sosial karena pandemi. Pergeseran kepada tele-apa saja semakin meluas dan akan semakin mengurangi kontak pribadi dan membatasi penggunaan sistem real-world support dan hubungan sosial mereka.
HARAPAN: Ketika global pandemi merebak, para ahli mendesak agar keadilan diutamakan dan agar desain technologi difocuskan pada kesejahteraan manusia. Ada kesempatan untuk menata ulang sistem2 utama seperti struktur kapitalisme, pendidikan, layanan kesehatan dan tempat kerja.
* Kemajuan teknologi seperti AI (artificial intelligence), smart cities, analisis data dan virtual reality seharusnya dapat lebih menyehatkan semua sistem, lebih manusiawi dan lebih membantu produktivitas. Komunikasi informasi yang lebih akurat dapat secara dramatis memerbaiki respon darurat atas krisis dan mengatasi penderitaan.
• Keadilan Sosial menjadi prioritas: Bangkitnya gerakan masyarakat untuk keadilan sosial dan pemerataan ekonomi dapat meniciptakan pemerintahan yang makin tanggap dan sistem socio-politik yang lebih peka pada keberagaman, persamaan dan keterbukaan. Ini meliputi fokus pada penutupan akun digital yang memecah belah.
• Kesejahteraan umum akan lebih diutamakan ketimbang profit: Dunia usaha akan mulai memerhatikan dan melayani kebaikan yang lebih besar dari sasaran-sasaran kapitalisme pasar. Hasilnya adalah kebijakan untuk mendanai jaring pengaman yang lebih luas seperti pelayanan kesehatan universal, upah dasar universal dan pelayanan umum broadband.
• Mutu hidup akan meningkat: Transisi pada pekerjaan di rumah akan mengurangi pencemaran udara kota, dan kepadatan transportasi serta kerumunan. Mutu hidup pada umumnya ditingkatkan, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk hidup keluarga, memberi akomodasi pada penyandang disabilitas dan memicu perbaikan2 lainnya.
• AI, VR, AR, ML will yield good: Artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, deep learning, machine learning and natural language processing will make virtual spaces feel much more real, in-person, authentic, and effective.
• Sistem2 yang makin cerdas akan diciptakan: Tata-kota, tata-pedesaan, provinsi dan unit layanan2 mandiri, khususnya di sektor perawatan kesehatan, makin moderni agar lebih efektif menangani krisis masa depan, lebih cepat mengidentifikasi dan merespon ancaman yang timbul dan berbagi informasi dengan semua warga dengan cara yang lebih segera dan membantu.
Sumber: Non-scientific canvassing of select experts conducted June 30-July 27, 2020. “Experts Say the ‘New Normal’ in 2025 Will Be Far More Tech-Driven, Presenting More Big Challenges” PEW RESEARCH CENTER and ELON UNIVERSITY’S IMAGINING THE INTERNET CENTER, 2021