Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label kemudian 1887-1948. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kemudian 1887-1948. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Desember 2022

SEDIKIT MENGURAI LOGOSENTRISME TENTANG TUGAS AWAM

 


Beberapa waktu yang lalu Bro Alex Widjaja dari Atlanta mengajak teman-teman menjawab permintaan Ibu Prof Bernadette Setiadi  dari Rekoleksi 11 November 2022 tentang tugaskerasulan awam. Bro Alex mengajak teman-teman membuat paraphrase dari artikel2 dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 898-900, 2442, kemudian 1887-1948),yang dikatakan sarat logosentrisme. Hingga sekarang setelah 20 hari berlalu belum ada seorang pun teman yang menanggapi.

Sebenarnya Vatikan juga menyadari kesulitan umat memahami dokumen-dokumen yang sarat logosentrisme. Karena itu diterbitkanlah Kompendium KGK. Bahasa Katekismus diringankan/diturunkan sedikit agar lebih mudah dipahami, dan uraian yang panjang mbulet ruwet mumet disingkat. Maka dianjurkan juga agar memiliki dan memelajari Kompendium Katekismus Gereja Katolik untuk sumber referensi.

Panggilan kaum awam ialah mencari Kerajaan Allah dengan menerangi dan mengatur tugas-tugas duniawi sesuai dengan rencana Allah. Dengan cara ini, mereka menjawab panggilan kesucian dan kerasulan yang diberikan kepada semua yang sudah dibaptis.

Mereka mengambil bagian dalam imamat Kristus, khususnya melalui Ekaristi, dengan mempersembahkan hidup mereka dengan seluruh pekerjaan, doa dan usaha kerasulan, kehidupan keluarga dan jerih payah sehari-hari, beban hidup yang ditanggung dengan sabar dan penghiburan bagi jiwa dan badan sebagai sebuah kurban rohani yang ”karena Yesus Kristus, berkenan kepada Allah” (1Ptr 2:5). Dengan itu, para awam pun sebagai yang ditahbiskan Kristus dan diurapi Roh Kudus mempersembahkan dunia itu sendiri kepada Allah.

Mereka mengambil bagian dengan menerima Sabda Kristus dan mewartakannya kepada dunia dengan kesaksian hidup, karya, kata-kata, tindakan, dan katekese. Tindakan pewartaan kabar gembira ini mempunyai daya guna yang khusus karena dilaksanakan dalam situasi real dunia.

Kaum awam mengambil bagian dalam tugas rajawi Kristus karena mereka menerima kuasa dari-Nya untuk mengatasi dosa dalam diri mereka dan dalam dunia melalui penyangkalan diri dan kesucian hidup mereka. Mereka melaksanakan bermacam-macam tugas pelayanan bagi komunitas dan mereka mengisi kegiatan-kegiatan temporal dan kelembagaan dalam masyarakat dengan nilai-nilai moral.

 

PRIBADI DAN MASYARAKAT

Bersamaan dengan panggilan pribadi kepada kebahagiaan, manusia mempunyai dimensi sosial sebagai unsur esensial kodrat dan panggilannya. Semua dipanggil ke arah tujuan yang sama, yaitu Allah. Ada kesamaan tertentu antara persatuan Pribadi Ilahi dan persaudaraan yang dibangun manusia di antara mereka dalam kebenaran dan cinta. Cinta kepada sesama tidak terpisahkan dengan cinta kepada Allah.

Pribadi manusia harus menjadi prinsip, subjek dan tujuan dari semua institusi sosial. Masyarakat tertentu, seperti keluarga dan komunitas sipil, perlu bagi pribadi manusia. Beberapa asosiasi lainnya, baik pada level nasional maupun internasional, juga bisa membantu, tetapi perlu menghormati prinsip subsidiaritas.

Prinsip subsidiaritas menyatakan bahwa komunitas pada level yang lebih tinggi tidak boleh mengambil alih tugas komunitas pada level yang lebih rendah dan mengambil otoritasnya. Namun jika ada kebutuhan, komunitas yang levelnya lebih tinggi wajib mendukungnya.

Masyarakat manusia yang autentik menuntut hormat untuk keadilan, hierarki nilai-nilai yang adil, dan subordinasi dari dimensi material dan naluriah kepada dimensi batiniah dan rohaniah. Secara khusus, jika dosa sudah menyelewengkan suasana sosial, perlulah menyerukan pertobatan hati dan memohon rahmat Allah untuk memperoleh perubahan sosial yang betul-betul berguna bagi pribadi dan seluruh masyarakat. Cinta kasih yang menuntut dan memungkinkan praktek keadilan adalah perintah sosial yang paling agung.

PARTISIPASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Setiap komunitas manusia membutuhkan otoritas yang sah untuk menjaga keteraturan dan memberikan sumbangan untuk mewujudkan kebaikan umum. Dasar otoritas itu terletak dalam kodrat manusia karena berhubungan dengan tatanan yang ditetapkan oleh Allah.

Otoritas dilaksanakan secara sah jika bertindak demi kebaikan umum dan menggunakan sarana yang bisa dibenarkan secara moral untuk mencapainya. Karena itu, rezim politik harus ditentukan oleh keputusan bebas dari warga negaranya. Mereka harus menghormati prinsip ”aturan hukum” (rule of law) tempat hukum yang berkuasa, bukan kehendak sewenang-wenang dari beberapa orang. Hukum yang tidak adil dan peraturan-peraturan yang bertentangan dengan tatanan moral itu tidak mengikat bagi suara hati.

Yang dimaksud dengan kebaikan umum ialah semua kondisi kehidupan sosial yang memungkinkan orang-orang sebagai kelompok atau individu mencapai kesempurnaan (kebahagiaan) mereka sendiri.

Kebaikan umum ini meliputi hormat dan pengakuan akan hak-hak fundamental pribadi, perkembangan hal-hal rohani dan jasmani pribadi dan masyarakat, damai dan keamanan bagi semua.

Realisasi paling lengkap dari kebaikan umum ini dapat ditemukan dalam komunitas politik yang membela dan mengembangkan kebaikan warga mereka dan kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat tanpa melupakan kebaikan universal seluruh keluarga manusia.

Semua orang menurut tempat dan peranan yang mereka punyai dapat berpartisipasi dalam mengusahakan kebaikan umum, yakni dengan menghormati hukum yang adil dan melaksanakan tugas di tempat dia mempunyai tanggung jawab, misalnya mengurus keluarga dan komitmen pada pekerjaannya sendiri. Para warga negara juga wajib berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik sejauh itu mungkin.

KEADILAN SOSIAL

Masyarakat menjamin keadilan sosial jika menghormati martabat dan hak pribadi sebagai tujuan dari masyarakat itu sendiri. Kecuali itu, masyarakat melaksanakan keadilan sosial, yang berhubungan dengan kebaikan umum dan pelaksanaan otoritas, jika menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan asosiasi-asosiasi dan individu untuk mendapatkan apa yang menjadi hak mereka

Semua pribadi mempunyai martabat dan hak fundamental yang setara karena mereka diciptakan menurut gambaran Allah yang satu, dilengkapi dengan jiwa rasional yang sama, mempunyai kodrat dan asal usul yang sama, dan dipanggil dalam Kristus, satu-satunya juru selamat, menuju kebahagiaan ilahi yang sama.

Terdapat ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang penuh dosa yang menimpa jutaan manusia. Ketidaksetaraan ini sangat bertentangan dengan Injil, berlawanan dengan keadilan, dengan martabat pribadi manusia, dan dengan perdamaian. Tetapi, ada beberapa perbedaan di antara orang-orang karena beberapa faktor yang termasuk dalam rencana Allah. Allah menghendaki agar setiap orang menerima apa yang dia butuhkan dari orang lain dan dari mereka yang dilengkapi dengan kemampuan khusus supaya membaginya dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan semacam itu mendorong, bahkan memaksa orang, untuk mempraktekkan kemurahan hati, kebaikan, dan saling berbagi. Perbedaan-perbedaan itu juga mendorong untuk saling memperkaya budaya mereka yang bermacam-macam.

Solidaritas, yang muncul dari persaudaraan manusiawi dan Kristiani, pertama tama diwujudkan dengan pembagian barang yang adil, upah kerja yang layak, dan dalam usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil. Keutamaan solidaritas juga mempraktekkan saling berbagi hal-hal spiritual dari iman yang bahkan lebih penting daripada hal-hal yang material.

 

Artikel di atas menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

188. Apa yang menjadi panggilan kaum beriman awam? 189. Bagaimana kaum awam mengambil bagian dalam imamat Kristus? 190. Bagaimana kaum awam mengambil bagian dalam tugas kenabian? 191. Bagaimana mereka mengambil bagian dalam tugas rajawi? 401. Terdiri dari apa saja dimensi sosial manusia? 402. Apa hubungan antara pribadi dan masyarakat? 403. Apa itu prinsip subsidiaritas? 404. Apa lagi yang dituntut untuk terciptanya masyarakat manusia yang autentik? 405. Apa dasar otoritas sosial?  406. Bilamana otoritas itu dilaksanakan dengan cara yang sah? 407. Apa itu kebaikan umum? 408. Apa saja yang tercakup dalam kebaikan umum? 409. Di mana orang bisa menemukan realisasi yang paling lengkap dari kebaikan umum ini? 410.Bagaimana seseorang dapat berpartisipasi dalam mengusahakan kebaikan umum? 411. Bagaimana masyarakat menjamin keadilan sosial? 412. Berdasar pada apakah kesetaraan antar manusia? 413. Bagaimana kita harus memandang ketidaksetaraan sosial? 414. Bagaimana mewujudkan solidaritas manusia?