Daftar Blog Saya

Tampilkan postingan dengan label Mikromobilitas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mikromobilitas. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Oktober 2022

GOWES, MIKROMOBILITAS

 



Hari Sabtu dan Minggu di kota dan jalan pedesaan banyak orang gowes, naik sepeda pancal, sepeda angin, atau gondang-gandung dengan bergaya. Yang di kota sepada tipis dengan ban tipis. Yang di pedesaan sepeda dengan ban lebar besar. Siap menempuh jalan geronjalan. Orang menyebutnya sepeda gunung. Mereka tidak mencari jalan serba mulus tapi yang berbatu-batu. Geronjalan memaksa seluruh tubuh bekerja. Mereka memang mau olah raga. Yang di kota orang gowes untuk udara segar sambil bergaya.  Sepeda belakangan sangat populer. Harga sepeda melonjak. Penjualan di seluruh dunia naik 109% dari 2019 sampai 2021.

Ibu-ibu nggeleser dengan E-bike, sepeda listrik, moped, dengan keranjang dan tas belanjaan ke pasar. Tapi sepeda listrik juga banyak dipakai anak-anak muda untuk ke gereja. Penuh warna dan pesona. E-bike yang pada 2017 dijual Rp 2 juta belakangan setelah dibuat modis ditawarkan sampai Rp 60 juta per unit dilengkapi baterei yang tahan lama. Belum lagi kehadiran skuter listrik yang bertambah marak.

Kota-kota dan daerah-daerah menyiapkan jalur khusus sepeda di jalan-jalan. Ada peningkatan mikromobilitas, kenaikan pemilikan sarana mikromobilitas, kenaikan lalulintas roda-dua yang tidak menyebabkan polusi dan menambah nuansa keakraban dalam kesegaran udara.  

Mikromobilitas juga ditandai dengan banyaknya mobil kecil yang dirancang mengurangi polusi. Mobil listrik dengan energi surya. Nama-nama merk pun terpampang mengesankan “yang kecil-kecil”. Kecil itu indah. Dan udara yang kurang polusi itu menyegarkan dan menyenangkan.



Penggunaan sarana mikro-mobilitas yang tidak berbahan bakar akan sangat mengurangi konsumsi BBM. Di Indonesia akan banyak menghemat uang negara yang “terbakar habis” dalam subsidi BBM. Jika orang pergi ke kantor dan bekerja naik sepeda situasi yang tampak akan sangat berbeda, kohesi sosial akan bertambah, nuansa pertemanan akan lebih nyata. Ini akan menjadi semacam disrupsi positif yang ramah lingkungan. Lalu perlu pengaturan agar mikromobilitas yang tidak polutif itu juga bisa cepat dan aman, mengurangi tingkat kecelakaan yang fatal, namun tetap ramah.

Mungkin selain kantor-kantor dan pabrik-pabrik, paroki-paroki dapat membantu meningkatkan kecenderungan yang positif ini.